title
stringlengths
3
13k
url
stringlengths
26
465
content
stringlengths
61
81.8k
summary_content
stringlengths
49
7.5k
Saya berwudhu, lalu saya memakai kaos kaki, kemudian saya shalat Isya, kemudian saya bangun tidur untuk shalat Shubuh, lalu saya berwudhu dengan mengusap kaos kaki (sebagai pengganti membasuh kaki). Kemudian saya shalat Shubuh. Wudhu saya tidak batal, kemudian saya mengganti kaos kaki saya dengan kaos kaki lain. Lalu datang waktu shalat Zuhur, kemudian saya berwudhu dan mengusap kaos kaki kedua yang saya pakai sesaat setelah saya melepas yang pertama sedangkan saya dalam keadaan suci. Apakah shalat Zuhur saya sah karena wudhunya sah, atau batal karena wudhunya batal?
https://islamqa.info/id/answers/195292/melepas-kaos-kaki-dalam-keadaan-suci-kemudian-memakai-kaos-kaki-lain-lalu-dia-berwudhu-dan-mengusap-atas-telapak-kaki-kemudian-shalat-apakah-shalatnya-sah
Alhamdulillah.Pertama: Jika seseorang melepas khuf atau kaos kakinya yang mereka usap saat berwudhu, maka wudhunya tidak langsung batal berdasarkan pendapat yang benar di antara pendapat para ulama. Karena, ketika seseorang mengusap khufnya, berarti dia telah bersuci secara sempurna berdasarkan dalil syar'i. Dengan demikian, wudhunya tetap. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan jawaban soal no. 26343 dan 100112. Karena itu, dia boleh shalat dengan wudhu sebelumnya kapan saja sebelum berhadats atau wudhunya batal. Penjelasan tentang perkara yang membatalkan wudhu terdapat pada jawaban soal no. 14321 Kedua: Jika seseorang shalat fardhu, lalu masuk waktu shalat lainnya sedangkan dia berada dalam keadaan suci, maka dia tidak diwajibkan berwudhu lagi, tapi disunahkan baginya memperbarui wudhu, sedangkan wudhunya pertama tetap sah dan tidak batal. Karena itu, jika anda membuka kaos kaki anda yang pertama, anda dapat shalat sesuka anda selama belum berhadats. Jika anda mengenakan kaos kaki lain setelah itu, kemudian anda mengusapnya untuk memperbarui wudhu kemudian anda shalat Zuhur, maka usapan terhadap kaos kaki kedua tidak sah, akan tetapi shalat anda sah, karena wudhu anda yang pertama tetap berlaku dan tidak batal, karena memperbarui wudhu tidak menggugurkan wudhu yang pertama. Jika wudhu anda telah batal, maka anda harus melepas kaos kaki anda yang terakhir, kemudian anda berwudhu dan membasuh kedua kaki sebelum memakai kaos kaki berikutnya. Lihat: Al-Mughni, 1/85, Kasyaful Qana, 1/86-87. Wallahua'lam.
Alhamdulillah.Pertama Jika seseorang melepas khuf atau kaos kakinya yang mereka usap saat berwudhu, maka wudhunya tidak langsung batal berdasarkan pendapat yang benar di antara pendapat para ulama. Karena, ketika seseorang mengusap khufnya, berarti dia telah bersuci secara sempurna berdasarkan dalil syari. Dengan demikian, wudhunya tetap. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan jawaban soal no. 26343 dan 100112. Karena itu, dia boleh shalat dengan wudhu sebelumnya kapan saja sebelum berhadats atau wudhunya batal. Penjelasan tentang perkara yang membatalkan wudhu terdapat pada jawaban soal no. 14321 Kedua Jika seseorang shalat fardhu, lalu masuk waktu shalat lainnya sedangkan dia berada dalam keadaan suci, maka dia tidak diwajibkan berwudhu lagi, tapi disunahkan baginya memperbarui wudhu, sedangkan wudhunya pertama tetap sah dan tidak batal. Karena itu, jika anda membuka kaos kaki anda yang pertama, anda dapat shalat sesuka anda selama belum berhadats. Jika anda mengenakan kaos kaki lain setelah itu, kemudian anda mengusapnya untuk memperbarui wudhu kemudian anda shalat Zuhur, maka usapan terhadap kaos kaki kedua tidak sah, akan tetapi shalat anda sah, karena wudhu anda yang pertama tetap berlaku dan tidak batal, karena memperbarui wudhu tidak menggugurkan wudhu yang pertama. Jika wudhu anda telah batal, maka anda harus melepas kaos kaki anda yang terakhir, kemudian anda berwudhu dan membasuh kedua kaki sebelum memakai kaos kaki berikutnya. Lihat AlMughni, 185, Kasyaful Qana, 18687. Wallahualam.
Inilah Petunjuk Nabi Terkait Kuburan (Bagian 4)
https://bersamadakwah.net/inilah-petunjuk-nabi-terkait-kuburan-bagian-4/
Jamaah Masjid Nabawi (alyaum) Lanjutan dari Inilah Petunjuk Nabi Terkait Kuburan (Bagian 3) Ibnul Qayyim juga mengatakan, ”Lihatlah betapa jauhnya perbedaan antara apa yang disyariatkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan apa yang dimaksudkan dalam pelarangan beliau terhadap masalah yang telah disebutkan, yaitu masalah kubur, dengan apa yang mereka syariatkan dan yang mereka inginkan. Tidak dipungkiri, bahwa pada yang demikian itu terdapat banyak kerusakan yang tak terhitung jumlahnya. Ibnul Qayyim lalu menyebutkan kerusakan-kerusakan itu yang di antaranya adalah apa yang disyariatkan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika melakukan ziarah kubur adalah mengingat akhirat, berbuat baik kepada yang diziarahi dengan mendoakannya, memohon rahmat dan ampunan baginya, serta keselamatan untuknya. Dengan demikian, orang yang berziarah telah berbuat baik kepada dirinya sendiri dan kepada orang yang telah meninggal dunia tersebut. Akan tetapi, orang-orang yang berbuat syirik itu memutarbalikkan kebenaran, dan menjadikan tujuan berziarah untuk berbuat syirik, dengan meminta kepada mayat, atau menjadikannya sebagai perantara dalam memohon agar hajatnya terpenuhi, turun keberkahan atas dirinya, ditolong dari musuh-musuhnya dan lain sebagainya. Maka jadilah mereka telah berbuat jahat terhadap dirinya sendiri dan kepada mayat, karena tidak menjalankan apa yang diperintahkan Allah Ta’ala.” Dengan demikian, jelaslah bahwa mempersembahkan bermacam-macam nadzar dan kurban ke kuburan merupakan syirik yang besar. Karena hal itu bertentangan dengan petunjuk Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang bagaimana seharusnya bersikap terhadap kuburan, yaitu tidak mendirikan bangunan dan masjid di atasnya, sebab ketika dibuat kubah di atasnya, dan didirikan masjid, serta tempat berkumpul orang-orang di sekelilingnya. Orang-orang bodoh akan menyangka, bahwa orang-orang yang dikubur di dalamnya dapat mendatangkan manfaat atau madharat, mereka dapat memberi pertolongan kepada orang-orang yang meminta tolong kepadanya, memenuhi kebutuhan orang-orang yang memohon kepadanya. Sehingga, mereka pun mempersembahkan bermacam-macam nadzar dan kurban, pada akhirnya kuburan tersebut menjadi berhala-berhala yang disembah selain Allah. Padahal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah berdoa, “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburanku berhala yang disembah.” (HR. Malik dan Ahmad). Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak berdoa dengan doa ini, melainkan atas dasar keyakinan bahwa hal itu akan terjadi pada orang lain dan fakta menunjukkan hal itu telah banyak terjadi di banyak negara Islam. Adapun kuburannya, maka Allah telah memeliharanya dengan keberkahan doa beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, meskipun di masjidnya (Masjid Nabawi) terkadang terjadi hal-hal yang melanggar aturan, yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, akan tetapi mereka tidak bisa sampai ke kuburan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Hal itu karena kuburannya berada di rumahnya, bukan di masjid dan dikelilingi oleh tembok, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam syairnya, Maka Tuhan semesta alam mengabulkan doanya Dan membentenginya dengan tiga tembok Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. [Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Jamaah Masjid Nabawi alyaum Lanjutan dari Inilah Petunjuk Nabi Terkait Kuburan Bagian 3 Ibnul Qayyim juga mengatakan, Lihatlah betapa jauhnya perbedaan antara apa yang disyariatkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan apa yang dimaksudkan dalam pelarangan beliau terhadap masalah yang telah disebutkan, yaitu masalah kubur, dengan apa yang mereka syariatkan dan yang mereka inginkan. Tidak dipungkiri, bahwa pada yang demikian itu terdapat banyak kerusakan yang tak terhitung jumlahnya. Ibnul Qayyim lalu menyebutkan kerusakankerusakan itu yang di antaranya adalah apa yang disyariatkan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika melakukan ziarah kubur adalah mengingat akhirat, berbuat baik kepada yang diziarahi dengan mendoakannya, memohon rahmat dan ampunan baginya, serta keselamatan untuknya. Dengan demikian, orang yang berziarah telah berbuat baik kepada dirinya sendiri dan kepada orang yang telah meninggal dunia tersebut. Akan tetapi, orangorang yang berbuat syirik itu memutarbalikkan kebenaran, dan menjadikan tujuan berziarah untuk berbuat syirik, dengan meminta kepada mayat, atau menjadikannya sebagai perantara dalam memohon agar hajatnya terpenuhi, turun keberkahan atas dirinya, ditolong dari musuhmusuhnya dan lain sebagainya. Maka jadilah mereka telah berbuat jahat terhadap dirinya sendiri dan kepada mayat, karena tidak menjalankan apa yang diperintahkan Allah Taala. Karena hal itu bertentangan dengan petunjuk Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang bagaimana seharusnya bersikap terhadap kuburan, yaitu tidak mendirikan bangunan dan masjid di atasnya, sebab ketika dibuat kubah di atasnya, dan didirikan masjid, serta tempat berkumpul orangorang di sekelilingnya. Sehingga, mereka pun mempersembahkan bermacammacam nadzar dan kurban, pada akhirnya kuburan tersebut menjadi berhalaberhala yang disembah selain Allah. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak berdoa dengan doa ini, melainkan atas dasar keyakinan bahwa hal itu akan terjadi pada orang lain dan fakta menunjukkan hal itu telah banyak terjadi di banyak negara Islam. Hal itu karena kuburannya berada di rumahnya, bukan di masjid dan dikelilingi oleh tembok, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam syairnya, Maka Tuhan semesta alam mengabulkan doanya Dan membentenginya dengan tiga tembok Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Lima Adab Masuk Kamar Mandi
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/lima-adab-masuk-kamar-mandi/
Kamar mandi termasuk tempat yang rutin didatangi setiap hari oleh setiap orang. Baik tujuannya untuk bersuci, membersihkan diri ataupun buang hajat. Untuk tujuan apapun, Islam memberikan petunjuk dan aturan-aturan tertentu yang harus diperhatikan ketika masuk kamar mandi. Dalam kitab Bidayah al-Hidayah, Imam al-Ghazali menyebutkan secara rinci adab-adab masuk kamar mandi. Dari semua adab-adab yang disebutkan, setidaknya ada lima adab yang berkaitan langsung dengan masuk kamar mandi. Pertama; masuk dengan mendahulukan kaki kiri. Dalam Islam, ada aturan baku bahwa setiap perkara baik dan mulia dianjurkan untuk mendahulukan yang kanan. Dan apabila perkara itu sebaliknya, maka dianjurkan mendahulukan yang kiri, di antaranya ketika hendak masuk kamar mandi. Karena kamar mandi biasanya difungsikan untuk hal-hal kotor, maka dianjurkan mendahulukan kaki kiri ketika masuk. Kedua; membaca basmalah dan doa ketika masuk kamar mandi. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa membaca basmalah ketika masuk kamar mandi dapat mencegah dari pandangan jin. Hadis tersebut diriwayatkan Imam al-Tirmidzi dari Sayyidina Ali, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda; Penghalang antara pandangan jin dan aurat manusia adalah jika salah seorang di antara mereka memasuki kamar mandi, lalu dia mengucapkan bismillah. Di antara doa yang dianjurkan untuk dibaca saat masuk kamar mandi adalah doa berikut; . Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung pada-Mu dari godaan jin laki-laki dan perempuan. Ketiga; tidak boleh membawa benda yang berisi nama Allah atau kalimat alquran. Hal ini karena kita diperintahkan untuk mengagungkan nama Allah dan alquran untuk tidak dibawa ke tempat yang kotor. Nabi Saw meletakkan cincin yang bertuliskan Muhammad Rasulullah ketika hendak masuk kamar mandi. Dalam hadis riwayat Abu Daud dari Anas bin Malik, dia berkata; - - Nabi Saw ketika memasuki kamar mandi, beliau meletakkan cincinnya. Keempat; keluar dengan mendahulukan kaki kanan. Sebab sebelah kanan selalu di dahulukan dalam melakukan setiap perkara yang baik. Keluar dari kamar mandi berarti berpindah dari tempat yang kotor ke tempat yang bersih. Oleh karena itu, dianjurkan mendahulukan kaki kanan ketika keluar. Kelima; membaca doa ketika keluar kamar mandi. Imam al-Ghazali dalam kitab Bidayah al-Hidayah menganjurkan doa berikut ketika keluar kamar mandi. Dengan mengharap ampunan-Mu, segala puji milik Allah yang telah menghilangkan kotoran dari badanku dan menetapkan sesuatu yang bermanfaat bagiku.
Kamar mandi termasuk tempat yang rutin didatangi setiap hari oleh setiap orang. Baik tujuannya untuk bersuci, membersihkan diri ataupun buang hajat. Untuk tujuan apapun, Islam memberikan petunjuk dan aturanaturan tertentu yang harus diperhatikan ketika masuk kamar mandi. Dalam kitab Bidayah alHidayah, Imam alGhazali menyebutkan secara rinci adabadab masuk kamar mandi. Dari semua adabadab yang disebutkan, setidaknya ada lima adab yang berkaitan langsung dengan masuk kamar mandi. Pertama masuk dengan mendahulukan kaki kiri. Dalam Islam, ada aturan baku bahwa setiap perkara baik dan mulia dianjurkan untuk mendahulukan yang kanan. Dan apabila perkara itu sebaliknya, maka dianjurkan mendahulukan yang kiri, di antaranya ketika hendak masuk kamar mandi. Karena kamar mandi biasanya difungsikan untuk halhal kotor, maka dianjurkan mendahulukan kaki kiri ketika masuk. Kedua membaca basmalah dan doa ketika masuk kamar mandi. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa membaca basmalah ketika masuk kamar mandi dapat mencegah dari pandangan jin. Hadis tersebut diriwayatkan Imam alTirmidzi dari Sayyidina Ali, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda Penghalang antara pandangan jin dan aurat manusia adalah jika salah seorang di antara mereka memasuki kamar mandi, lalu dia mengucapkan bismillah. Di antara doa yang dianjurkan untuk dibaca saat masuk kamar mandi adalah doa berikut . Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung padaMu dari godaan jin lakilaki dan perempuan. Ketiga tidak boleh membawa benda yang berisi nama Allah atau kalimat alquran. Hal ini karena kita diperintahkan untuk mengagungkan nama Allah dan alquran untuk tidak dibawa ke tempat yang kotor. Nabi Saw meletakkan cincin yang bertuliskan Muhammad Rasulullah ketika hendak masuk kamar mandi. Dalam hadis riwayat Abu Daud dari Anas bin Malik, dia berkata Nabi Saw ketika memasuki kamar mandi, beliau meletakkan cincinnya. Keempat keluar dengan mendahulukan kaki kanan. Sebab sebelah kanan selalu di dahulukan dalam melakukan setiap perkara yang baik. Keluar dari kamar mandi berarti berpindah dari tempat yang kotor ke tempat yang bersih. Oleh karena itu, dianjurkan mendahulukan kaki kanan ketika keluar. Kelima membaca doa ketika keluar kamar mandi. Imam alGhazali dalam kitab Bidayah alHidayah menganjurkan doa berikut ketika keluar kamar mandi. Dengan mengharap ampunanMu, segala puji milik Allah yang telah menghilangkan kotoran dari badanku dan menetapkan sesuatu yang bermanfaat bagiku.
Pakaian yang Utama Adalah Mengikuti Kebiasaan Masyarakat
https://muslim.or.id/58739-pakaian-yang-utama-adalah-mengikuti-kebiasaan-masyarakat.html
Daftar Isi Di antara adab yang perlu diperhatikan dalam berpakaian adalah hendaknya tidak menyelisihi kebiasaan masyarakat setempat, berusaha menggunakan pakaian yang biasa digunakan masyarakat, selama tidak terdapat pelanggaran syariat. [lwptoc] Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, beliau mengatakan: : Ketika Nabi Shallallahualaihi Wasallam sedang bersama para sahabatnya, datanglah seorang lelaki Badwi lalu bertanya: siapakah diantara kalian yang merupakan cucu Abdul Muthalib? Dalam riwayat lain: : Ketika Nabi Shallallahualaihi Wasallam sedang bersama para sahabatnya, datanglah seorang lelaki sambil menunggang unta, lalu ia meminggirkan untanya di masjid kemudian mengikatnya. Ia bertanya: siapakah diantara kalian yang bernama Muhammad? (HR. Bukhari no. 63, Muslim no. 12). Jadi lelaki Badwi ini hendak mencari Nabi Shallallahualaihi Wasallam, seorang Rasul. Namun dia melihat tidak ada orang penampilannya mencolok atau beda sendiri. Sehingga dia perlu untuk bertanya, siapakah diantara kalian yang bernama Muhammad?. Ini menunjukkan bahwa Nabi Shallallahualaihi Wasallam berbusana dan berpenampilan sebagaimana para sahabatnya, tidak beda sendiri, tidak mencolok perhatian, walaupun beliau seorang yang paling mulia di antara mereka. Beliau berpakaian sesuai dengan keumuman masyarakat setempat. Baca Juga: Perhatikan Adab Nadzor Akhwat Disebutkan dalam beberapa hadits shahih, bahwa Nabi Shallallahualaihi Wasallam menyukai gamis untuk dipakai. Juga bahwa beliau memakai imamah ketika keluar rumah. Juga bahwa beliau sering terlihat menggunakan jubah. Pakaian yang dipakai oleh Nabi Shallallahualaihi Wasallam berupa jubah, gamis, imamah dan lainnya, bukan beliau gunakan dalam rangka tasyri (menjelaskan syariat). Namun dalam rangka mengikuti pakaian masyarakat setempat. Selain itu, ketika beliau mendapat wahyu dan menjadi seorang Nabi, juga ketika beliau menjadi Rasul, beliau tidak mengubah cara berpakaiannya. Ini menunjukkan tidak jenis pakaian khusus yang Allah syariat untuk digunakan kaum Muslimin. Yang ada adalah kaidah-kaidah dan rambu-rambu dari Allah dan Rasul-Nya dalam berpakaian. Seperti: menutup aurat, tidak ada najis, tidak menghiasi wanita, tidak menampakkan lekuk tubuh, tidak menyerupai lawan jenis, dan lainnya. Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan menjelaskan: Seperti pakaian yang digunakan Nabi Shallallahualaihi Wasallam. Ini jenis perbuatan beliau yang tidak dimaksudkan untuk tasyri. Maka tidak ada anjurkan untuk mengikutinya. Karena masalah pakaian adalah masalah yang perlu melihat kepada kebiasaan masyarakat setempat. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam tidak mengubah cara berpakaian beliau sehingga berbeda dengan sebelum beliau menjadi Nabi. Namun Islam memberikan syarat-syarat dan kaidah-kaidah dalam berpakaian bagi laki-laki dan wanita, yang bersumber dari Al Quran dan As Sunnah (Syarhul Waraqat, 128 – 129). Namun pakaian yang digunakan oleh Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam hukum asalnya boleh digunakan, sebagaimana pakaian-pakaian lainnya. Al Juwaini dalam matan Al Waraqat mengatakan: perbuatan Nabi yang dilakukan bukan dalam rangka qurbah (ibadah) atau melakukan ketaatan, maka dimaknai sekedar sebagai pembolehan bagi beliau dan bagi kita. Maka boleh saja seorang lelaki menggunakan jubah, gamis, imamah. Dengan catatan, selama tidak menyelisihi kebiasaan masyarakat setempat dan tidak menjadi libas syuhrah. Baca Juga: Adab-Adab Dalam Memberikan Nasehat Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam melarang menggunakan libas syuhrah. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: Siapa yang memakai pakaian syuhrah di dunia, maka Allah akan memberinya pakaian hina pada hari kiamat (HR. Abu Daud no.4029, An An Nasai dalam Sunan Al-Kubra no,9560, dan dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.2089). Libas syuhrah adalah pakaian yang membuat pemakainya menjadi populer dan menjadi perhatian orang-orang banyak. Asy Syaukani menjelaskan: . . . Hadits ini menunjukkan haramnya memakai pakaian syuhrah. Dan hadits ini tidak melarang suatu jenis pakaian, namun efek yang terjadi ketika memakai suatu pakaian tertentu yang berbeda dengan keumuman masyarakat yang miskin, sehingga yang memakai pakai tersebut dikagumi orang-orang. Ini pendapat Ibnu Ruslan. Dan juga pakaian yang dipakai dengan niat agar tenar di tengah masyarakat. Maka bukan perkaranya apakah pakaian itu sangat bagus atau sangat jelek, ataukah sesuai dengan budaya masyarakat ataukah tidak, karena pengharaman ini ada selama menimbulkan efek ketenaran (Dinukil dari Mukhtashar Jilbab Marah Muslimah, 1/65). Diantara bentuk libas syuhrah adalah ketika menyelisihi kebiasaan masyarakat setempat sehingga yang memakai pakaian tersebut menjadi perhatian dan populer di tengah masyarakat. Baca Juga: Adab Islam Ketika Menguap Dari semua penjelasan di atas, kesimpulannya, hendaknya dalam berpakaian kita memperhatikan apa yang biasa dipakai oleh masyarakat setempat. Demikianlah para ulama kita memberi bimbingan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin ketika ditanya hukum memakai imamah, beliau menjelaskan: Memakai imamah bukanlah sunnah. Bukan sunnah muakkadah ataupun sunnah ghayru muakkadah. Karena Nabi Shallallahualaihi Wasallam dahulu memakainya dalam rangka mengikuti adat pakaian yang dikenakan orang setempat pada waktu itu. Oleh karena itu tidak ada satu huruf pun dari hadits yang memerintahkannya. Maka memakai imamah termasuk perkara adat kebiasaan yang biasa dilakukan orang-orang. Seseorang memakainya dalam rangka supaya tidak keluar dari kebiasaan orang setempat, sehingga kalau memakai selain imamah, pakaiannya malah menjadi pakaian syuhrah. Jika orang-orang setempat tidak biasa menggunakan imamah maka jangan memakainya. Inilah pendapat yang rajih dalam masalah imamah. (Sumber: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani juga menjelaskan: Imamah, paling maksimal bisa jadi hukumnya mustahab (sunnah). Namun yang rajih, memakai imamah adalah termasuk sunnah adah (adat kebiasaan), bukan sunnah ibadah (Silsilah Adh Dhaifah, 1/253, dinukil dari Ikhtiyarat Imam Al Albani, 480). Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta juga ketika ditanya tentang menggunakan pakaian laki-laki setinggi setengah betis, mereka menjawab: Pakaian lelaki itu hendaknya antara setengah betis sampai mata kaki. Jika masyarakat setempat menganggap biasa suatu batas ukuran tertentu, seperti ketika mereka menganggap biasa pakaian yang sebatas mata kaki, maka yang utama adalah tidak menyelisihi mereka. Selama apa yang jadi kebiasaan tersebut dibolehkan dalam syariat. Walhamdulillah (Fatawa Al Lajnah, 24/11-12). Baca Juga: Adab-Adab Safar (Bepergian Jauh) Jika pakaian yang menjadi kebiasaan masyarakat terdapat pelanggaran syariat, maka tidak boleh mengikutinya. Bahkan wajib menyelisihinya walaupun dipandang aneh atau menjadi perhatian. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: Barangsiapa mencari ridha Allah ketika orang-orang tidak suka, maka akan Allah cukupkan ia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari ridha manusia, dengan kemurkaan Allah. Akan Allah buat ia terbebani oleh manusia. Dalam riwayat lain: Barangsiapa yang mencari ridha Allah walaupun orang-orang murka, maka Allah akan ridha padanya dan Allah akan buat manusia ridha kepadanya. Barangsiapa yang mencari ridha manusia walaupun Allah murka, maka Allah murka kepadanya dan Allah akan buat orang-orang murka kepadanya juga (HR. Tirmidzi no.2414, Ibnu Hibban no.276, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi). Dan adat kebiasaan masyarakat itu tidak bisa mengharamkan yang halal dan tidak bisa menghalalkan yang haram. Ini perbuatan yang banyak dicela dalam Al Quran. Di antaranya Allah berfirman: Apabila dikatakan kepada mereka: Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul. Mereka (kaum Musyrikin Jahiliyah) menjawab: Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? (QS. Al Maidah: 104). Misalnya, jika para wanita di suatu masyarakat biasa menggunakan pakaian yang tidak syari, atau bahkan tidak menutup aurat, maka tetap tidak boleh diikuti. Para wanita Muslimah wajib berpegang pada hijab syari dan tidak boleh mengikuti masyarakat. Jika para lelaki di suatu masyarakat biasa melakukan isbal dalam berpakaian, maka tidak boleh mengikuti mereka. Karena isbal diharamkan dalam syariat. Kesimpulannya, pakaian yang utama adalah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat. Namun juga hendaknya tetap wajib memperhatikan adab-adab Islami dalam berpakaian seperti: dan adab-adab lainnya. Juga perlu diperhatikan bahwa hendaknya dalam berpakaian, kaum Muslimin bangga menunjukkan identitasnya sebagai seorang Muslim. Allah taala berfirman: { } Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (QS. Al Hajj: 32). Maka, gunakanlah pakaian-pakaian yang menampilkan identitas Muslim yang tidak menyelisihi kebiasaan masyarakat setempat, dan juga sesuai dengan adab-adab Islam dalam berpakaian. Inilah keadaan ideal bagi seorang Muslim dalam berpakaian. Baca Juga: Wallahu alam. Semoga bermanfaat. Penulis; Yulian Purnama Artikel: Muslim.or.id
Daftar Isi Di antara adab yang perlu diperhatikan dalam berpakaian adalah hendaknya tidak menyelisihi kebiasaan masyarakat setempat, berusaha menggunakan pakaian yang biasa digunakan masyarakat, selama tidak terdapat pelanggaran syariat. lwptoc Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, beliau mengatakan Ketika Nabi Shallallahualaihi Wasallam sedang bersama para sahabatnya, datanglah seorang lelaki Badwi lalu bertanya siapakah diantara kalian yang merupakan cucu Abdul Muthalib Dalam riwayat lain Ketika Nabi Shallallahualaihi Wasallam sedang bersama para sahabatnya, datanglah seorang lelaki sambil menunggang unta, lalu ia meminggirkan untanya di masjid kemudian mengikatnya. Jadi lelaki Badwi ini hendak mencari Nabi Shallallahualaihi Wasallam, seorang Rasul. Sehingga dia perlu untuk bertanya, siapakah diantara kalian yang bernama Muhammad. Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan menjelaskan Seperti pakaian yang digunakan Nabi Shallallahualaihi Wasallam. Ini jenis perbuatan beliau yang tidak dimaksudkan untuk tasyri. Namun Islam memberikan syaratsyarat dan kaidahkaidah dalam berpakaian bagi lakilaki dan wanita, yang bersumber dari Al Quran dan As Sunnah Syarhul Waraqat, 128 129. Abu Daud no.4029, An An Nasai dalam Sunan AlKubra no,9560, dan dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.2089. Dan hadits ini tidak melarang suatu jenis pakaian, namun efek yang terjadi ketika memakai suatu pakaian tertentu yang berbeda dengan keumuman masyarakat yang miskin, sehingga yang memakai pakai tersebut dikagumi orangorang. Diantara bentuk libas syuhrah adalah ketika menyelisihi kebiasaan masyarakat setempat sehingga yang memakai pakaian tersebut menjadi perhatian dan populer di tengah masyarakat. Demikianlah para ulama kita memberi bimbingan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin ketika ditanya hukum memakai imamah, beliau menjelaskan Memakai imamah bukanlah sunnah. Bukan sunnah muakkadah ataupun sunnah ghayru muakkadah. Karena Nabi Shallallahualaihi Wasallam dahulu memakainya dalam rangka mengikuti adat pakaian yang dikenakan orang setempat pada waktu itu. Oleh karena itu tidak ada satu huruf pun dari hadits yang memerintahkannya. Seseorang memakainya dalam rangka supaya tidak keluar dari kebiasaan orang setempat, sehingga kalau memakai selain imamah, pakaiannya malah menjadi pakaian syuhrah. Selama apa yang jadi kebiasaan tersebut dibolehkan dalam syariat. Bahkan wajib menyelisihinya walaupun dipandang aneh atau menjadi perhatian. Barangsiapa yang mencari ridha manusia walaupun Allah murka, maka Allah murka kepadanya dan Allah akan buat orangorang murka kepadanya juga HR. Mereka kaum Musyrikin Jahiliyah menjawab Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapakbapak kami mengerjakannya. Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apaapa dan tidak pula mendapat petunjuk QS. Misalnya, jika para wanita di suatu masyarakat biasa menggunakan pakaian yang tidak syari, atau bahkan tidak menutup aurat, maka tetap tidak boleh diikuti. Kesimpulannya, pakaian yang utama adalah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat. Allah taala berfirman Demikianlah perintah Allah. Dan barangsiapa mengagungkan syiarsyiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. Maka, gunakanlah pakaianpakaian yang menampilkan identitas Muslim yang tidak menyelisihi kebiasaan masyarakat setempat, dan juga sesuai dengan adabadab Islam dalam berpakaian.
2064. HUKUM AKAD NIKAH MUHALLIL
https://www.piss-ktb.com/2012/11/2064-hukum-nikah-muhallil.html
PERTANYAAN : Assalamu'alaikum poro alim. Bagaimana hukumnya menkah yang diniati hanya untuk sementara ( kalau tidak salah istilahnya Muhallil ya ? ), menikah hanya untuk membantu pasangan suami istri yang talaq 3 kali setelah itu dicerai dan dikembalikan lagi ke suami yang pertama ( nyelani = ngelaten_madura ), Mator sakalangkong. [Ida Layyinah]. JAWABAN : Disebutkan pernikahan tahlil haram dan tidak sah, karena nikah tahlil termasuk macam dari nikah mut'ah [ asnal matholib 3/157 ], jika niat thalaq (nikah sementara) disebutkan pada waktu 'aqad nikah, adapun jika tidak disebutkan maka hukumnya sah akan tetapi makruh. [Sunde Pati, Hasanul Zain, Muhammad Mujtahid Muthlaq]. : 278 Intinya : jika penyebutan nikah sementara/pakai jarak waktu itu disebutkan saat ijab qobul maka nikahnya tidak sah, jika tidak disebutkan saat ijab qobul, maka nikahnya sah. - ( 3 / 183) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Tekanan : Kita harus tahu inti dari tidak sah nya hal tersebut gara-gara apa, yang lebih enaknya hukumnya makruh seperti keterangan di i'anah. : 278 Yang dimaksud bahwa nikah muhallil tidak sah itu jika syarat pakai jarak waktu disebutkan saat akad, jika tidak disebutkan dalam akad maka tidak masalah, dan nikahnya sah akan tetapi makruh - ( 4 / 25) - ( 1 / 375) - ( 4 / 136) - ( 4 / 328) ( ) : ( ) . - ( 8 / 108) - ( 7 / 312) : ( ) : ( ) . : ( ) . : ( ) . : ( ) . : ( ) : ( ) - ( 1 / 301) Tidah sah, kecuali jika tidak mensyaratkan penyebutan lafadz IHLAAL nya dalam 'Aqad dan hanya diniatkan menthalaq nya ( cukup hanya niat saja ) nanti agar menjadi halal bagi suami pertama, akan tetapi ini makruh dan akad semacam ini fasid. : : : , : , : , , / www.fb.com/groups/piss.ktb/494253380597475/
PERTANYAAN Assalamualaikum poro alim. Bagaimana hukumnya menkah yang diniati hanya untuk sementara kalau tidak salah istilahnya Muhallil ya , menikah hanya untuk membantu pasangan suami istri yang talaq 3 kali setelah itu dicerai dan dikembalikan lagi ke suami yang pertama nyelani ngelaten_madura , Mator sakalangkong. Ida Layyinah. JAWABAN Disebutkan pernikahan tahlil haram dan tidak sah, karena nikah tahlil termasuk macam dari nikah mutah asnal matholib 3157 , jika niat thalaq nikah sementara disebutkan pada waktu aqad nikah, adapun jika tidak disebutkan maka hukumnya sah akan tetapi makruh. Sunde Pati, Hasanul Zain, Muhammad Mujtahid Muthlaq. 278 Intinya jika penyebutan nikah sementarapakai jarak waktu itu disebutkan saat ijab qobul maka nikahnya tidak sah, jika tidak disebutkan saat ijab qobul, maka nikahnya sah. 3 183 Tekanan Kita harus tahu inti dari tidak sah nya hal tersebut garagara apa, yang lebih enaknya hukumnya makruh seperti keterangan di ianah. 278 Yang dimaksud bahwa nikah muhallil tidak sah itu jika syarat pakai jarak waktu disebutkan saat akad, jika tidak disebutkan dalam akad maka tidak masalah, dan nikahnya sah akan tetapi makruh 4 25 1 375 4 136 4 328 . 8 108 7 312 . . . . 1 301 Tidah sah, kecuali jika tidak mensyaratkan penyebutan lafadz IHLAAL nya dalam Aqad dan hanya diniatkan menthalaq nya cukup hanya niat saja nanti agar menjadi halal bagi suami pertama, akan tetapi ini makruh dan akad semacam ini fasid. , , , , www.fb.comgroupspiss.ktb494253380597475
Pemerintah (Saudi) melakukan program bagi-bagi mushaf kepada jamaah haji. Akan tetapi, sebagian warga (Saudi) mengambilnya dan membagikannya kepada kerabat mereka. Apa hukumnya?
https://islamqa.info/id/answers/125092/hukum-sebagian-warga-saudi-mengambil-mushaf-yang-diperuntukkan-pemerintah-untuk-jamaah-haji
Alhamdulillah. Tidak boleh mengambil mushaf yang sudah dikhususkan oleh pihak berwenang untuk dibagi-bagikan kepada jamaah haji. Karena dengan demikian, maka tujuan tersebut tidak akan tercapai, yaitu membekali jamaah haji dengan Kitabullah. Karena boleh jadi mereka tidak mendapatkan hal itu selain pada kesempatan ini. Disamping mushaf-mushaf itu menjadi wakaf terhadap sasaran yang sudah jelas dituju.  Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta, Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Syekh Shaleh bin Fauzan Al-Fauzan, Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Syekh Bakar bin Abdullah bin Abu Zaid.
Alhamdulillah. Tidak boleh mengambil mushaf yang sudah dikhususkan oleh pihak berwenang untuk dibagibagikan kepada jamaah haji. Karena dengan demikian, maka tujuan tersebut tidak akan tercapai, yaitu membekali jamaah haji dengan Kitabullah. Karena boleh jadi mereka tidak mendapatkan hal itu selain pada kesempatan ini. Disamping mushafmushaf itu menjadi wakaf terhadap sasaran yang sudah jelas dituju. Lajnah Daimah Lil Buhuts AlIlmiah Wal Ifta, Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Syekh Shaleh bin Fauzan AlFauzan, Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Syekh Bakar bin Abdullah bin Abu Zaid.
2067. MAKNA KALIMAT "ALLAAHU MAUJUUDUN" : ALLAH ITU BERWUJUD
https://www.piss-ktb.com/2012/11/2067-makna-kalimat-allaahu-maujuudun.html
PRTANYAAN : Assalamu'alaikum Wr Wb. Bagaimana penjelasannya mengenai kalimat ini : "ALLAHU MAUJUDUN" ? (Maujudun / maujud = isim maf'ul (yang diadakan) sementara Allah swt itu yang mengadakan ! [Badru Zaman ]. JAWABAN : Wa'alaikum salam wr.wb. Arti Allahu maujudun bukanlah Allah itu diwujudkan, melainkan Allah itu Dzat yang dihukumi dengan sifat Wujud. Lafadz maujudun itu isim maf'ul dari fiil madzi wajada bukan dari awjada. Kata almaujud itu ada kalanya tidak butuh pada yang lain ada kalanya butuh pada yang lain. [Abdurrahman As-Syafi'i, Dewi Rosita, Sunde Pati]. - Dasuki 75 : AFISMI MAF'ULIN TSULASIYITTOROD-ZINATU MAF'ULIN KA'ATIN MIN QOSOD. WANABA NAQLAN ANHU DZU FA'ILI-NAHWU FATATIN AO FATAN KAHIILI - ( 1 / 147) www.fb.com/groups/piss.ktb/496694920353321/
PRTANYAAN Assalamualaikum Wr Wb. Bagaimana penjelasannya mengenai kalimat ini ALLAHU MAUJUDUN Maujudun maujud isim maful yang diadakan sementara Allah swt itu yang mengadakan Badru Zaman . JAWABAN Waalaikum salam wr.wb. Arti Allahu maujudun bukanlah Allah itu diwujudkan, melainkan Allah itu Dzat yang dihukumi dengan sifat Wujud. Lafadz maujudun itu isim maful dari fiil madzi wajada bukan dari awjada. Kata almaujud itu ada kalanya tidak butuh pada yang lain ada kalanya butuh pada yang lain. Abdurrahman AsSyafii, Dewi Rosita, Sunde Pati. Dasuki 75 AFISMI MAFULIN TSULASIYITTORODZINATU MAFULIN KAATIN MIN QOSOD. WANABA NAQLAN ANHU DZU FAILINAHWU FATATIN AO FATAN KAHIILI 1 147 www.fb.comgroupspiss.ktb496694920353321
Sejarah Ular yang Dikutuk Allah SWT
https://www.laduni.id/post/read/60265/sejarah-ular-yang-dikutuk-allah-swt.html
PERTANYAAN : Assalamu'alaikum. Mau nanya apa benar ular sebelum dilaknat oleh Allah memiliki empat kaki dan merupakan kendaraan yang paling bagus di surga? JAWABAN : Wa'alaikum salam. Jawabannya : BENAR. Dalam Kitab Al-Kamil Fit-Tarikh (1/32) diterangkan : Maka ketika Allah menempatkan Adam dan istrinya di surga, Allah memutlakkan bagi keduanya untuk memakan setiap apa yang mereka kehendaki dari setiap buah-buahan selain buah dari satu pohon. sebagai bentuk ujian dari Allah bagi keduanya dan untuk meneruskan/memberlangsungkan ketetapan Allah pada mereka dan keturunan mereka. Maka setan menggoda mereka. Dan sebab sampainya setan kepada mereka berdua yang mana ketika setan hendak masuk ke surga, maka penjaga surga mencegahnya, maka datanglah setiap hewan-hewan yang melata dari bumi, kemudian setan menawarkan diri pada hewan-hewan melata itu untuk membawanya ke surga supaya bisa berbicara dengan Adam dan istrinya. Setiap hewan enggan pada tawaran setan, kemudian datang seekor ular, setan berkata pada ular : apa turunan adam melarangmu? kamu dalam tanggungan/perlindungku jika kamu memasukkanku. Ular itu pun meletakkan setan di antara taring-taringnya. dan ular masuk bersama setan, dan ular itu memakai 4 kaki yang termasuk hewan melata yang bagus yang diciptakan oleh Allah, seakan-akan ular itu termasuk yang bernasib baik (beruntung), maka kemudian Allah melepaskannya sehingga ular itu berjalan di atas perutnya. - Kitab Al-Kamil Fit-Tarikh (1/32) : . . . : . Keterangan lainnya bisa juga dibaca dalam TAFSIR THOBARY. Wallohu a'lam. Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
PERTANYAAN Assalamualaikum. Mau nanya apa benar ular sebelum dilaknat oleh Allah memiliki empat kaki dan merupakan kendaraan yang paling bagus di surga JAWABAN Waalaikum salam. Jawabannya BENAR. Dalam Kitab AlKamil FitTarikh 132 diterangkan Maka ketika Allah menempatkan Adam dan istrinya di surga, Allah memutlakkan bagi keduanya untuk memakan setiap apa yang mereka kehendaki dari setiap buahbuahan selain buah dari satu pohon. sebagai bentuk ujian dari Allah bagi keduanya dan untuk meneruskanmemberlangsungkan ketetapan Allah pada mereka dan keturunan mereka. Maka setan menggoda mereka. Dan sebab sampainya setan kepada mereka berdua yang mana ketika setan hendak masuk ke surga, maka penjaga surga mencegahnya, maka datanglah setiap hewanhewan yang melata dari bumi, kemudian setan menawarkan diri pada hewanhewan melata itu untuk membawanya ke surga supaya bisa berbicara dengan Adam dan istrinya. Setiap hewan enggan pada tawaran setan, kemudian datang seekor ular, setan berkata pada ular apa turunan adam melarangmu kamu dalam tanggunganperlindungku jika kamu memasukkanku. Ular itu pun meletakkan setan di antara taringtaringnya. dan ular masuk bersama setan, dan ular itu memakai 4 kaki yang termasuk hewan melata yang bagus yang diciptakan oleh Allah, seakanakan ular itu termasuk yang bernasib baik beruntung, maka kemudian Allah melepaskannya sehingga ular itu berjalan di atas perutnya. Kitab AlKamil FitTarikh 132 . . . . Keterangan lainnya bisa juga dibaca dalam TAFSIR THOBARY. Wallohu alam. Sumber Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
Press Release – Kajian Mempersiapkan Kematian Terbaik
https://belajarislam.com/2014/05/press-release-kajian-mempersiapkan-kematian-terbaik/
Kajian ilmiah penggugah jiwa “Mempersiapkan kematian terbaik” alhamdulillaah telah terlaksana dengan lancar. Acara yang berlangsung pada hari Kamis (01/05/2014) pagi di aula Masjid Diponegoro kompleks Balai Kota Yogyakarta diselenggarakan oleh Lembaga Muslimah Wahdah Islamiyah DPD Kota Yogyakarta. Pemateri dalam acara ini adalah seorang alumni Ummul Quro Saudi & Pengajar Ma’had ‘Aly UMY yaitu Ustadzah Siti Umi Ma’rifah, Lc. Antusiasme masyarakat terlihat dengan kehadiran peserta yang melebihi jumlah yang diperkirakan. Kurang lebih 74 orang peserta hadir dalam acara yang dibagi menjadi dua sesi tersebut. Sesi pertama berisi uraian materi kajian. Kemudian sesi kedua diisi dengan praktek cara mengkafani jenazah yang secara aktif diikuti oleh para peserta. Dengan adanya acara ini diharapkan dapat menambah ilmu agama yang benar bagi para peserta muslimah. Secara keseluruhan, peserta mendapatkan kesan yang baik dan berharap semakin banyak lagi kajian-kajian tentang kemuslimahan yang lainnya. Makalah materi kajian dapat di download di sini.
Kajian ilmiah penggugah jiwa Mempersiapkan kematian terbaik alhamdulillaah telah terlaksana dengan lancar. Acara yang berlangsung pada hari Kamis 01052014 pagi di aula Masjid Diponegoro kompleks Balai Kota Yogyakarta diselenggarakan oleh Lembaga Muslimah Wahdah Islamiyah DPD Kota Yogyakarta. Pemateri dalam acara ini adalah seorang alumni Ummul Quro Saudi Pengajar Mahad Aly UMY yaitu Ustadzah Siti Umi Marifah, Lc. Antusiasme masyarakat terlihat dengan kehadiran peserta yang melebihi jumlah yang diperkirakan. Kurang lebih 74 orang peserta hadir dalam acara yang dibagi menjadi dua sesi tersebut. Sesi pertama berisi uraian materi kajian. Kemudian sesi kedua diisi dengan praktek cara mengkafani jenazah yang secara aktif diikuti oleh para peserta. Dengan adanya acara ini diharapkan dapat menambah ilmu agama yang benar bagi para peserta muslimah. Secara keseluruhan, peserta mendapatkan kesan yang baik dan berharap semakin banyak lagi kajiankajian tentang kemuslimahan yang lainnya. Makalah materi kajian dapat di download di sini.
Jihad Para Perempuan di Masa Nabi Muhammad SAW
https://www.laduni.id/post/read/54278/jihad-para-perempuan-di-masa-nabi-muhammad-saw.html
Laduni.ID, Jakarta - Jihad dalam Islam merupakan konsep yang sering kali disalahpahami, terutama dalam konteks modern yang serba kompleks. Namun, dalam sejarah awal Islam semasa upan Nabi Muhammad SAW, jihad bukanlah sekadar perang fisik, tetapi juga melibatkan perjuangan batin dan spiritual. Para perempuan pada zaman Nabi Muhammad SAW juga turut berperan dalam jihad ini, meskipun perannya mungkin tidak sering diungkapkan dalam catatan sejarah yang terkenal. Para perempuan di zaman Nabi Muhammad SAW berpartisipasi dalam jihad dengan berbagai cara yang sesuai dengan konteks sosial dan budaya mereka. Mereka mendukung pasukan Muslim dengan menyediakan bantuan logistik, perawatan medis, dan dukungan moral kepada para pejuang. Beberapa di antara mereka bahkan turut berperan dalam peperangan fisik, meskipun dalam skala yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan para pejuang pria. Selain itu, para perempuan juga memainkan peran penting dalam menyebarkan pesan Islam dan mendukung komunitas Muslim. Mereka terlibat dalam ikan, memberikan nasihat dan bimbingan kepada sesama Muslim, serta menjadi teladan dalam menjalankan ajaran Islam dalam upan sehari-hari. Dengan berperan aktif dalam jihad spiritual dan mendukung perjuangan umat Islam, para perempuan pada masa itu membuktikan bahwa jihad bukanlah monopoli kaum pria, tetapi merupakan tanggung jawab bersama bagi seluruh umat Muslim. Dalam konteks modern, penting bagi umat Islam untuk memahami bahwa jihad tidak selalu berarti perang fisik atau kekerasan. Jihad juga mencakup perjuangan untuk memperbaiki diri sendiri, membela keadilan, dan memperjuangkan perdamaian. Seperti yang ditunjukkan oleh peran para perempuan dalam sejarah Islam, jihad adalah upaya kolektif umat Muslim untuk mencapai kesempurnaan spiritual dan sosial, yang melibatkan seluruh komunitas tanpa memandang gender. Selain itu, jihad perempuan sudah pernah terjadi di masa Rasulullah SAW. Lalu seperti apa jihad mereka itu? Dalam hadis dijelaskan bahwa, jihadnya wanita adalah haji dan umroh, meskipun sebetulnya ada wanita zaman Nabi dulu juga ada yang ikut perang, tapi bagian pengobatan dan konsumsi. : 2720 : 1 : ( ) " " . " - - " . : [ : 92 ] : ( ) . " " " " : : . . " : " : " . Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 14 Februari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa. __________________ Editor: Kholaf Al Muntadar
Laduni.ID, Jakarta Jihad dalam Islam merupakan konsep yang sering kali disalahpahami, terutama dalam konteks modern yang serba kompleks. Namun, dalam sejarah awal Islam semasa upan Nabi Muhammad SAW, jihad bukanlah sekadar perang fisik, tetapi juga melibatkan perjuangan batin dan spiritual. Para perempuan pada zaman Nabi Muhammad SAW juga turut berperan dalam jihad ini, meskipun perannya mungkin tidak sering diungkapkan dalam catatan sejarah yang terkenal. Para perempuan di zaman Nabi Muhammad SAW berpartisipasi dalam jihad dengan berbagai cara yang sesuai dengan konteks sosial dan budaya mereka. Mereka mendukung pasukan Muslim dengan menyediakan bantuan logistik, perawatan medis, dan dukungan moral kepada para pejuang. Beberapa di antara mereka bahkan turut berperan dalam peperangan fisik, meskipun dalam skala yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan para pejuang pria. Selain itu, para perempuan juga memainkan peran penting dalam menyebarkan pesan Islam dan mendukung komunitas Muslim. Mereka terlibat dalam ikan, memberikan nasihat dan bimbingan kepada sesama Muslim, serta menjadi teladan dalam menjalankan ajaran Islam dalam upan seharihari. Dengan berperan aktif dalam jihad spiritual dan mendukung perjuangan umat Islam, para perempuan pada masa itu membuktikan bahwa jihad bukanlah monopoli kaum pria, tetapi merupakan tanggung jawab bersama bagi seluruh umat Muslim. Dalam konteks modern, penting bagi umat Islam untuk memahami bahwa jihad tidak selalu berarti perang fisik atau kekerasan. Jihad juga mencakup perjuangan untuk memperbaiki diri sendiri, membela keadilan, dan memperjuangkan perdamaian. Seperti yang ditunjukkan oleh peran para perempuan dalam sejarah Islam, jihad adalah upaya kolektif umat Muslim untuk mencapai kesempurnaan spiritual dan sosial, yang melibatkan seluruh komunitas tanpa memandang gender. Selain itu, jihad perempuan sudah pernah terjadi di masa Rasulullah SAW. Lalu seperti apa jihad mereka itu Dalam hadis dijelaskan bahwa, jihadnya wanita adalah haji dan umroh, meskipun sebetulnya ada wanita zaman Nabi dulu juga ada yang ikut perang, tapi bagian pengobatan dan konsumsi. 2720 1 . . 92 . . . . Catatan Tulisan ini telah terbit pada tanggal 14 Februari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa. __________________ Editor Kholaf Al Muntadar
Dua Kebahagiaan Orang yang Berpuasa
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/dua-kebahagiaan-orang-yang-berpuasa/
Berpuasa tidak melulu tentang menahan lapar dan dahaga di siang hari, melainkan juga perihal terciptanya kebahagian yang tidak akan dirasakan oleh orang yang tidak menjalankan ibadah berpuasa. Kebahagian tersebut menyenangkan di dunia dan juga di akhirat kelak. Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah saw., : Bagi orang berpuasa ada dua kebahagiaan: yaitu kebahagiaan ketika berbuka, dan ketika berjumpa Rabbnya bahagia karena puasanya. (HR. Bukhari Muslim) Kebahagian pertama adalah ketika berbuka. Ada perasaan lega ketika kita bisa kuat menahan perihal yang dilarang saat puasa hingga waktu Magrib tiba. Di samping itu juga rasa syukur yang tak terhingga atas setiap karunia sajian untuk berbuka puasa. Belasan jam lamanya menahan makan dan minum, momentum buka puasa menjadi kebahagiaan tersendiri saat boleh kembali memenuhi kebutuhan perut dan sekitarnya. Di saat inilah terbit sebuah rasa bahagia pada hati seseorang yang berpuasa. Kebahagiaan tersebut juga hadir karena mampu menuntaskan perintah-Nya. Kebahagiaan kedua adalah kebahagian secara ruhaniah, yakni ketika mampu berjumpa dengan Sang Penciptnya sebab puasanya. Kebahagiaan ini hanya akan dirasakan oleh mereka yang berpuasa secara total. Dalam arti, tidak hanya menahan diri dari perihal yang bisa membatalkan puasa secara fikih semata, melainkan juga menahan lisan dari perkataan jelek, perbuatan buruk, juga hati yang lalai dari-Nya. Kebahagiaan kedua ini disebut dengan kebahagiaan yang hakiki, di mana seseorang bisa menghadap dan berjumpa dengan Tuhan tanpa ketakutan azab-Nya yang berat. Orang yang berpuasa dengan totalitas tinggi akan menjadi hamba yang saat bertemu dengan Allah, ia dalam keadaan bahagia, tidak sengsara. Sebab orang tersebut menghadap Allah dengan iman, Islam, ketaatan, dan hati yang selamat. Ibadah puasa berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya, di mana puasa hanya bisa diketahui oleh orang yang berpuasa dan Tuhannya. Karena itu kebahagiaan ruhaniah ini terpicu dari kian dekatnya diri seorang Muslim dengan rida Allah Taala. Inilah dimensi ibadah puasa yang sejati, lantaran mengubah seseorang agar kian bertakwa. Bahkan disebutkan dalam hadis qudsi bahwa puasa tersebut memang hanya untuk Allah. Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Aku yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung (HR Bukhari).
Berpuasa tidak melulu tentang menahan lapar dan dahaga di siang hari, melainkan juga perihal terciptanya kebahagian yang tidak akan dirasakan oleh orang yang tidak menjalankan ibadah berpuasa. Kebahagian tersebut menyenangkan di dunia dan juga di akhirat kelak. Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, bahwa Rasulullah saw., Bagi orang berpuasa ada dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika berbuka, dan ketika berjumpa Rabbnya bahagia karena puasanya. HR. Bukhari Muslim Kebahagian pertama adalah ketika berbuka. Ada perasaan lega ketika kita bisa kuat menahan perihal yang dilarang saat puasa hingga waktu Magrib tiba. Di samping itu juga rasa syukur yang tak terhingga atas setiap karunia sajian untuk berbuka puasa. Belasan jam lamanya menahan makan dan minum, momentum buka puasa menjadi kebahagiaan tersendiri saat boleh kembali memenuhi kebutuhan perut dan sekitarnya. Di saat inilah terbit sebuah rasa bahagia pada hati seseorang yang berpuasa. Kebahagiaan tersebut juga hadir karena mampu menuntaskan perintahNya. Kebahagiaan kedua adalah kebahagian secara ruhaniah, yakni ketika mampu berjumpa dengan Sang Penciptnya sebab puasanya. Kebahagiaan ini hanya akan dirasakan oleh mereka yang berpuasa secara total. Dalam arti, tidak hanya menahan diri dari perihal yang bisa membatalkan puasa secara fikih semata, melainkan juga menahan lisan dari perkataan jelek, perbuatan buruk, juga hati yang lalai dariNya. Kebahagiaan kedua ini disebut dengan kebahagiaan yang hakiki, di mana seseorang bisa menghadap dan berjumpa dengan Tuhan tanpa ketakutan azabNya yang berat. Orang yang berpuasa dengan totalitas tinggi akan menjadi hamba yang saat bertemu dengan Allah, ia dalam keadaan bahagia, tidak sengsara. Sebab orang tersebut menghadap Allah dengan iman, Islam, ketaatan, dan hati yang selamat. Ibadah puasa berbeda dengan ibadahibadah lainnya, di mana puasa hanya bisa diketahui oleh orang yang berpuasa dan Tuhannya. Karena itu kebahagiaan ruhaniah ini terpicu dari kian dekatnya diri seorang Muslim dengan rida Allah Taala. Inilah dimensi ibadah puasa yang sejati, lantaran mengubah seseorang agar kian bertakwa. Bahkan disebutkan dalam hadis qudsi bahwa puasa tersebut memang hanya untuk Allah. Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Aku yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung HR Bukhari.
5208. HUKUM WANITA MEMAKAI MUKENA POTONGAN SAAT SHALAT
https://www.piss-ktb.com/2017/08/5208-hukum-wanita-memakai-mukena.html
PERTANYAAN : Assalaamu'alaikum. Deskripsi : Produsen mukenah pada saat banyak memunculkan ide-ide baru misalnya mukenah potongan, yang sangat disayangkan apabila memakai mukenah potongan di saat mengangkat kedua tangan maka terlihat bagian lengan, dan mukenah panjang bisa dikatakan sudah banyak yang menanggalkannya dengan berbagai macam alasan. Pertanyaan : 1. Apakah sah memakai mukenah potongan ? 2.Seperti apa batasan batasan kain mukenah yang ternilai menutup aurat ? Atas penjelasannya terima kasih. [Yahya Basafari] JAWABAN : Waalaikum salam. Memakai Mukena Yang Benar. Pada umumnya para muslimah dalam memakai mukena/rukuh ketika shalat, masih ada yang tidak tertutup, terutama yang memakai mukena potongan. Anggota badan yang tidak tertutup biasanya adalah bagian bawah dagu, pergelangan tangan saat diangkat dan betis bagi wanita ketika ia sujud. Menurut pendapat yang kuat dalam madzhab Syafii, dalam shalat perempuan wajib menutup anggota badannya, selain wajah dan tangan sampai pergelangan, dengan perkara yang dapat menyembunyikan warna anggata badan tersebut. Anggota badannya harus tidak nampak ketika dilihat dari segala arah, kecuali dari bawah. Maka misalnya seorang perempuan melakukan shalat di tempat tinggi, dan bagian yang harus ditutupi nampak dari bawah, maka hal ini tidak berakibat batalnya shalat. Dalam Hasyiah Al-Jamal; 1/409 disebutkan: () : ( ) () . Namun demikian, jika bagian yang wajib ditutupi itu terlihat dari bawah saat ia rukuk atau sujud, maka hal ini dapat membatalkan shalat, sebab nampaknya bagian tersebut bukan dari bawah, sebab yang dimaksud shalat tidak batal ketika bagian yang wajib ditutupi telihat dari bawah adalah nampak dari bawah baju yang menutupi aurat secara umum. Dalam Bughyatul Mustarsyidin; 51 disebutkan : Hal ini juga berlaku pada nampaknya pergelangan tangan saat diangkat, betis dan telapak kaki saat sujud. Dalam Hasyiah Jamal; 1/411 disebutkan : ( ) Sedangkan untuk bagian bawah dagu yang nampak, maka ini jelas membatalkan karena ia adalah bagian yang wajib ditutupi saat shalat. Dalam Qurratul Ain Bi Fatawa Syeikh Ismail Az-Zain; 59 disebutkan: : Dalam masalah terbukanya pergelangan tangan dari arah bawah saat tangan lurus ke bawah (tidak dalam keadaan diangkat) menurut kitab Al-Iab dan pendapat imam Romli hukum shalatnya dianggap sah. Dalam Bughyatul Mustarsyidin; 51 disebutkan : : Selain itu menurut pendapat madzhab Hanafi, terlihatnya bagian anggota tubuh yang wajib ditutupi, apabila tidak melebihi seperempat, maka tidak membatalkan shalat. Dalam Minah al-Jalil; 1/452 disebutkan : ( , ) { } . : , . ( ) ( , : ) Menurut salah satu pendapat dalam madzhab Maliki, terlihatnya bagian-bagian tersebut dalam shalat tidak menyebabkan batalnya shalat karena bagian itu bukan termasuk aurat dalam shalat. Dalam Inarah Ad-Duja; 92 disebutkan : ... Oleh karenanya, bagi wanita muslimah yang menggunakan mukena dengan resiko terlihatnya aurat sebagaimana dimaksud dalam pertanyaan, diharapkan merubah cara pemakiannya sehingga dapat menutup semua auratnya atau dalam kondisi terpaksa dapat mengikuti beberapa pendapat sebagaimana penjelasan diatas. Dalam Qurratul Ain Bi Fatawa Syeikh Ismail Az-Zain; 59 disebutkan : Wallahu alam. [ Mujawib : Aqilah Auliya Al-ardany ]. www.fb.com/notes/1607163562639779/ www.fb.com/groups/piss.ktb/1400505239972280/
Deskripsi Produsen mukenah pada saat banyak memunculkan ideide baru misalnya mukenah potongan, yang sangat disayangkan apabila memakai mukenah potongan di saat mengangkat kedua tangan maka terlihat bagian lengan, dan mukenah panjang bisa dikatakan sudah banyak yang menanggalkannya dengan berbagai macam alasan. Apakah sah memakai mukenah potongan 2.Seperti apa batasan batasan kain mukenah yang ternilai menutup aurat Atas penjelasannya terima kasih. Pada umumnya para muslimah dalam memakai mukenarukuh ketika shalat, masih ada yang tidak tertutup, terutama yang memakai mukena potongan. Anggota badan yang tidak tertutup biasanya adalah bagian bawah dagu, pergelangan tangan saat diangkat dan betis bagi wanita ketika ia sujud. Menurut pendapat yang kuat dalam madzhab Syafii, dalam shalat perempuan wajib menutup anggota badannya, selain wajah dan tangan sampai pergelangan, dengan perkara yang dapat menyembunyikan warna anggata badan tersebut. Anggota badannya harus tidak nampak ketika dilihat dari segala arah, kecuali dari bawah. Maka misalnya seorang perempuan melakukan shalat di tempat tinggi, dan bagian yang harus ditutupi nampak dari bawah, maka hal ini tidak berakibat batalnya shalat. Dalam Hasyiah Jamal 1411 disebutkan Sedangkan untuk bagian bawah dagu yang nampak, maka ini jelas membatalkan karena ia adalah bagian yang wajib ditutupi saat shalat. Dalam Qurratul Ain Bi Fatawa Syeikh Ismail AzZain 59 disebutkan Dalam masalah terbukanya pergelangan tangan dari arah bawah saat tangan lurus ke bawah tidak dalam keadaan diangkat menurut kitab AlIab dan pendapat imam Romli hukum shalatnya dianggap sah. Dalam Minah alJalil 1452 disebutkan , . , . , Menurut salah satu pendapat dalam madzhab Maliki, terlihatnya bagianbagian tersebut dalam shalat tidak menyebabkan batalnya shalat karena bagian itu bukan termasuk aurat dalam shalat. Dalam Inarah AdDuja 92 disebutkan Oleh karenanya, bagi wanita muslimah yang menggunakan mukena dengan resiko terlihatnya aurat sebagaimana dimaksud dalam pertanyaan, diharapkan merubah cara pemakiannya sehingga dapat menutup semua auratnya atau dalam kondisi terpaksa dapat mengikuti beberapa pendapat sebagaimana penjelasan diatas. Dalam Qurratul Ain Bi Fatawa Syeikh Ismail AzZain 59 disebutkan Wallahu alam. www.fb.comnotes1607163562639779 www.fb.comgroupspiss.ktb1400505239972280
Mau Syafaat Rasulullah di Hari Kiamat? Ini Caranya
https://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/mau-syafaat-rasulullah-di-hari-kiamat-ini-caranya/
Eramuslim – DALAM rentang waktu yang lama sekali, mereka berdiri menanti di padang mahsyar. Padahal matahari sangat dekat jaraknya dengan mereka. Mereka dibanjiri keringatnya sendiri sesuai dengan amalannya. Mereka merasakan panas yang dahsyat, kesempitan hidup dan keletihan yang luar biasa akibat lamanya mereka menunggu keputusan, yakni selama 50 tahun.[1] Ketika hal ini terjadi, sebagian mereka dengan hidayah Allah membicarakan tentang sesuatu yang akan melepaskan mereka dari tempat mereka menunggu keputusan yang sangat lama waktunya dan sangat memberatkan mereka situasinya. (Syarh Lumatul Itiqad, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hal. 202) Allah berfirman: Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (Al-Baqarah: 210) Ilustrasi Tanda Tanda Kiamat Kisah terjadinya syafaat Rasulullah Dari Abu Hurairah, dia berkata: Dihidangkan untuk Rasulullah masakan daging, lalu dipilihkan untuk beliau daging paha bagian depan, yang merupakan kesukaan beliau. Beliaupun menggigitnya lalu bersabda: Aku adalah pemimpin manusia pada hari kiamat. Tahukah kalian, mengapa? Allah akan mengumpulkan seluruh umat manusia dari yang pertama hingga yang terakhir di suatu tempat, di mana seorang penyeru akan mampu memperdengarkan (seruan) kepada mereka semuanya. Pandangan mata akan mampu menembus mereka semuanya, sedangkan matahari dekat sekali. Maka kesedihan dan kesusahan meliputi mereka, sampai mereka tidak mampu menanggung dan merasakannya. Maka orang-orang berkata: Tidakkah kalian saksikan apa yang menimpa kalian? Tidakkah kalian tahu siapa yang mampu memberikan syafaat kepada kalian di hadapan Rabb kalian? Sebagian mereka lalu berkata kepada sebagian yang lain: Kalian harus datang kepada Adam. Namun Adam mengajukan alasan. Kemudian mereka menemui Nuh, namun dia juga mengajukan alasan. Kemudian mereka menemui Ibrahim, namun dia mengajukan alasan pula. Kemudian mereka menemui Musa, ternyata dia juga mengajukan alasan. Kemudian mereka menemui Isa, namun dia juga mengajukan alasannya. Akhirnya mereka menemui Nabi Muhammad dan mengatakan: Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang. Maka berikanlah syafaat kepada kami di hadapan Rabbmu. Tidakkah engkau lihat keadaan kami? Maka akupun berangkat sampai di bawah Arsy, lalu aku tersungkur sujud kepada Rabbku. Kemudian Allah membukakan untukku pujian-pujian dan sanjungan yang baik untuk-Nya, yang belum Dia bukakan kepada seorangpun sebelumku. Kemudian dikatakan (kepadaku): Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, dan mintalah, niscaya kamu akan diberi. Berilah syafaat niscara akan diterima (syafaatmu). Maka akupun mengangkat kepalaku kemudian aku katakan: Umatku wahai Rabbku, umatku wahai Rabbku. Kemudian datanglah Allah untuk menentukan keputusan hukum di antara hamba-Nya. Maknanya, Allah benar-benar datang dengan cara yang Dia kehendaki, sebagaimana firman-Nya: Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan datanglah Rabbmu; sedang malaikat berbaris-baris. (Al-Fajr: 21-22). Inilah syafaat agung yang khusus bagi Rasulullah. (Syarh Lumatul Itiqad, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hal. 203) Allah berfirman kepada Rasul-Nya, Muhammad: Dan pada sebahagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Rabbmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Oleh karena itulah, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang berdoa setelah mendengar adzan: Ya Allah, Rabb yang memiliki panggilan yang sempurna dan salat yang akan ditegakkan ini, karuniakanlah kepada Muhammad al-wasilah dan keutamaan, serta bangkitkanlah baginya kedudukan yang terpuji yang Engkau telah janjikan untuknya, niscaya dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat (dengan izin-Nya).” (HR. Al-Bukhari no. 579, Kitabul Adzan, Bab Ad-Dua inda an-nida, dari Jabir bin Abdillah). [Asysyariah] [1] Beliau hafizhahullah mengisyaratkan kepada salah satu penafsiran firman Allah , Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada-Nya dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (Al-Maarij: 4). (Inilah) Lihat Tafsir Ibnu Katsir (4/357).
Eramuslim DALAM rentang waktu yang lama sekali, mereka berdiri menanti di padang mahsyar. Padahal matahari sangat dekat jaraknya dengan mereka. Mereka dibanjiri keringatnya sendiri sesuai dengan amalannya. Mereka merasakan panas yang dahsyat, kesempitan hidup dan keletihan yang luar biasa akibat lamanya mereka menunggu keputusan, yakni selama 50 tahun.1 Ketika hal ini terjadi, sebagian mereka dengan hidayah Allah membicarakan tentang sesuatu yang akan melepaskan mereka dari tempat mereka menunggu keputusan yang sangat lama waktunya dan sangat memberatkan mereka situasinya. Syarh Lumatul Itiqad, AsySyaikh Shalih AlFauzan hal. 202 Allah berfirman Tiada yang mereka nantinantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat pada hari kiamat dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. AlBaqarah 210 Ilustrasi Tanda Tanda Kiamat Kisah terjadinya syafaat Rasulullah Dari Abu Hurairah, dia berkata Dihidangkan untuk Rasulullah masakan daging, lalu dipilihkan untuk beliau daging paha bagian depan, yang merupakan kesukaan beliau. Beliaupun menggigitnya lalu bersabda Aku adalah pemimpin manusia pada hari kiamat. Tahukah kalian, mengapa Allah akan mengumpulkan seluruh umat manusia dari yang pertama hingga yang terakhir di suatu tempat, di mana seorang penyeru akan mampu memperdengarkan seruan kepada mereka semuanya. Maka kesedihan dan kesusahan meliputi mereka, sampai mereka tidak mampu menanggung dan merasakannya. Kemudian mereka menemui Ibrahim, namun dia mengajukan alasan pula. Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang. Maka berikanlah syafaat kepada kami di hadapan Rabbmu. Tidakkah engkau lihat keadaan kami Maka akupun berangkat sampai di bawah Arsy, lalu aku tersungkur sujud kepada Rabbku. Kemudian Allah membukakan untukku pujianpujian dan sanjungan yang baik untukNya, yang belum Dia bukakan kepada seorangpun sebelumku. Kemudian dikatakan kepadaku Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, dan mintalah, niscaya kamu akan diberi. Kemudian datanglah Allah untuk menentukan keputusan hukum di antara hambaNya. Maknanya, Allah benarbenar datang dengan cara yang Dia kehendaki, sebagaimana firmanNya Jangan berbuat demikian. Apabila bumi digoncangkan berturutturut, dan datanglah Rabbmu sedang malaikat berbarisbaris. Inilah syafaat agung yang khusus bagi Rasulullah. 203 Allah berfirman kepada RasulNya, Muhammad Dan pada sebahagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu mudahmudahan Rabbmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. AlIsra 79 Oleh karena itulah, Rasulullah bersabda Barangsiapa yang berdoa setelah mendengar adzan Ya Allah, Rabb yang memiliki panggilan yang sempurna dan salat yang akan ditegakkan ini, karuniakanlah kepada Muhammad alwasilah dan keutamaan, serta bangkitkanlah baginya kedudukan yang terpuji yang Engkau telah janjikan untuknya, niscaya dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat dengan izinNya. Asysyariah 1 Beliau hafizhahullah mengisyaratkan kepada salah satu penafsiran firman Allah , Malaikatmalaikat dan Jibril naik menghadap kepadaNya dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.
Dalil Nishfu Syaban: Amaliah Penduduk Makkah
https://www.laduni.id/post/read/58612/dalil-nishfu-syaban-amaliah-penduduk-makkah.html
LADUNI.ID, Jakarta - Penduduk Makkah antusias menyambut malam Nishfu Sya’ban. Al-Fakihani berkata: . ( - 5 / 23 “(Bab tentang amaliah penduduk Makkah di malam Nishfu Sya’ban dan kesungguhan mereka di malam tersebut karena keutamaannya). Penduduk Makkah, dari dulu hingga sekarang, jika bertemu dengan malam Nishfu Sya’ban maka kebanyakan orang laki-laki dan perempuan mendatangi il Haram, mereka salat, tawaf, beribadah di malam harinya hingga pagi dengan membaca al-Quran di il Haram, hingga mengkhatamkan al-Quran keseluruhannya dan melanjutkan. Orang-orang diantara mereka yang melakukan salat di malam tersebut 100 rakaat, diawali dengan Hamdalah setiap rakaatnya, al-Ikhlas 100 kali, mereka juga mengambil air zamzam lalu meminumnya, menyiramkannya, dan diberikan kepada orang sakit dari mereka, adalah karena mengharap berkah di malam tersebut. Telah diriwayatkan beberapa hadis yang banyak tentang malam Nishfu Sya’ban” (Syaikh al-Fakihani, Akhbar Makkah 5/23) Catatan: Ulama Syafiiyah menegaskan bahwa salat 100 rakaat di malam Nishfu Sya’ban adalah bid’ah yang buruk, hadisnya adalah hadis palsu (Al-Majmu’, 4/56) Sumber dari Buku Digital “Mana Dalil Malam Nishfu Syaban?” Karya Ustadz Ma’ruf Khozin yang diterbitkan LTN PBNU
LADUNI.ID, Jakarta Penduduk Makkah antusias menyambut malam Nishfu Syaban. AlFakihani berkata . 5 23 Bab tentang amaliah penduduk Makkah di malam Nishfu Syaban dan kesungguhan mereka di malam tersebut karena keutamaannya. Penduduk Makkah, dari dulu hingga sekarang, jika bertemu dengan malam Nishfu Syaban maka kebanyakan orang lakilaki dan perempuan mendatangi il Haram, mereka salat, tawaf, beribadah di malam harinya hingga pagi dengan membaca alQuran di il Haram, hingga mengkhatamkan alQuran keseluruhannya dan melanjutkan. Orangorang diantara mereka yang melakukan salat di malam tersebut 100 rakaat, diawali dengan Hamdalah setiap rakaatnya, alIkhlas 100 kali, mereka juga mengambil air zamzam lalu meminumnya, menyiramkannya, dan diberikan kepada orang sakit dari mereka, adalah karena mengharap berkah di malam tersebut. Telah diriwayatkan beberapa hadis yang banyak tentang malam Nishfu Syaban Syaikh alFakihani, Akhbar Makkah 523 Catatan Ulama Syafiiyah menegaskan bahwa salat 100 rakaat di malam Nishfu Syaban adalah bidah yang buruk, hadisnya adalah hadis palsu AlMajmu, 456 Sumber dari Buku Digital Mana Dalil Malam Nishfu Syaban Karya Ustadz Maruf Khozin yang diterbitkan LTN PBNU
Kata Bapak saya, tidak semestinya melakukan sujud sahwi pada shalat Jum’at dan shalat Ied, apakah hal ini benar?
https://islamqa.info/id/answers/191730/apakah-boleh-meninggalkan-sujud-sahwi-pada-shalat-jumat-dan-shalat-ied
Alhamdulillah. Pertama: Telah dijelaskan sebelumnya tentang hukum shalat Ied pada jawaban soal nomor: 48983 dan 49014. Dan juga sudah dijelaskan sebelumnya pada nomor: 45456, bahwa sujud sahwi juga disyari’atkan pada shalat sunnah sebagaimana shalat wajib. Ini pendapat jumhur ulama’. Hal itu karena pada dasarnya disyari’atkan sujud sahwi itu ketika sebabnya ada, dan tidak dibedakan antara shalat wajib dan shalat sunnah. Syeikh Ibnu Baaz –rahimahullah- berkata: “Sujud sahwi itu disyari’atkan pada semua shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah; karena keumuman haditsnya”. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz: 30/13) Shalat jum’at yang tidak ada perbedaan pendapat akan wajibnya, maka sujud sahwi pada shalat jum’at lebih disyari’atkan. Sedangkan shalat ied, meskipun sebagian mengatakan wajib dan sebagian yang lain sunnah, tetapi tidak jauh berbeda dengan shalat yang lain, maka sujud sahwi juga disyari’atkan. Kami juga tidak mendapatkan dari pendapat para ulama dari pengikut madzhab yang empat, dan ulama fiqih yang lain yang membedakan antara semua shalat dengan shalat jum’at dan shalat idul fitri atau idul adha dalam hal sujud sahwi. Kecuali pendapat ulama belakangan dari madzhab Hanafi yang mengatakan bahwa yang lebih utama adalah meninggalkan sujud sahwi pada shalat id dan jum’at apabila dihadiri oleh jama’ah yang banyak; agar tidak terjadi kesalah fahaman, meskipun sebenarnya mereka juga tidak membedakan sujud sahwi dilakukan pada shalat fardhu atau sunnah. Burhani ad din al Bukhori al Hanafi dalam “al Muhith: 2/229” mengatakan bahwa sujud sahwi pada shalat ied dan shalat Jum’at dan shalat lima waktu adalah satu, yaitu sama-sama ada sujud sahwinya. Sebagian masyayikh mengatakan: Imam tidak boleh sujud sahwi pada shalat jum’at dan shalat id; agar tidak terjadi salah faham bagi makmum yang posisinya jauh dari imam”. Ibnu Abidin dalam “al Hasyiyah: 2/157” berkata: “Alasan ulama kontemporer (kholaf) berpendapat tidak ada sujud sahwi pada shalat jum’at dan shalat id; agar orang-orang pemahaman agamanya kurang tidak berprasangka ada tambahan dalam shalat, demikian yang tertera dalam “as Siraj” dan yang lainnya. Hal ini bukan berarti tidak boleh, tetapi lebih baik ditinggalkan agar tidak terjadi fitnah di antara masyarakat”. Pernyataan Ibnu Abidin di atas merupakan pendapat yang masyhur di kalangan ulama kontemporer pendukung madzhab Hanafi. Adapun para imam dan tokoh madzhab Hanafi yang terdahulu tidak dikenal dari mereka pendapat seperti di atas, bahkan yang dikenal di kalangan mereka sebaliknya. Muhammad bin Hasan asy Syaibani misalnya, yang merupakan sahabat Imam Abu Hanifah, penyebar mandzhabnya, ahli fiqih dari Irak berpendapat bahwa sujud sahwi juga dilakukan pada shalat id dan shalat jum’at sebagaimana shalat-shalat yang lain. Abu Sulaiman al Jauz jani berkata kepada Muhammad Hasan: “Apakah anda berpendapat bahwa sujud sahwi itu juga dilakukan pada shalat id dan shalat jum’at, termasuk shalat wajib dan shalat sunnah?. Dia menjawab: “Ya”. (al Mabsuth: 1/383) Inilah pendapat yang benar dan sesuai dengan pendapat jumhur para ulama. Sedangkan pernyataan ulama kontemporer dari kalangan madzhab Hanafi di atas adalah sebuah pendapat dan istihsan, namun pendapat yang tidak kuat. Sedangkan yang kuat adalah bahwa sujud sahwi itu dilakukan pada semua shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah, apabila sebabnya ada. Tidak dibedakan antara shalat id ataupun shalat jum’at. Wallahu Ta’ala A’lam.
Pertama Telah dijelaskan sebelumnya tentang hukum shalat Ied pada jawaban soal nomor 48983 dan 49014. Majmu Fatawa Ibnu Baz 3013 Shalat jumat yang tidak ada perbedaan pendapat akan wajibnya, maka sujud sahwi pada shalat jumat lebih disyariatkan. Sedangkan shalat ied, meskipun sebagian mengatakan wajib dan sebagian yang lain sunnah, tetapi tidak jauh berbeda dengan shalat yang lain, maka sujud sahwi juga disyariatkan. Kami juga tidak mendapatkan dari pendapat para ulama dari pengikut madzhab yang empat, dan ulama fiqih yang lain yang membedakan antara semua shalat dengan shalat jumat dan shalat idul fitri atau idul adha dalam hal sujud sahwi. Kecuali pendapat ulama belakangan dari madzhab Hanafi yang mengatakan bahwa yang lebih utama adalah meninggalkan sujud sahwi pada shalat id dan jumat apabila dihadiri oleh jamaah yang banyak agar tidak terjadi kesalah fahaman, meskipun sebenarnya mereka juga tidak membedakan sujud sahwi dilakukan pada shalat fardhu atau sunnah. Sebagian masyayikh mengatakan Imam tidak boleh sujud sahwi pada shalat jumat dan shalat id agar tidak terjadi salah faham bagi makmum yang posisinya jauh dari imam. Hal ini bukan berarti tidak boleh, tetapi lebih baik ditinggalkan agar tidak terjadi fitnah di antara masyarakat. Pernyataan Ibnu Abidin di atas merupakan pendapat yang masyhur di kalangan ulama kontemporer pendukung madzhab Hanafi. Adapun para imam dan tokoh madzhab Hanafi yang terdahulu tidak dikenal dari mereka pendapat seperti di atas, bahkan yang dikenal di kalangan mereka sebaliknya. Abu Sulaiman al Jauz jani berkata kepada Muhammad Hasan Apakah anda berpendapat bahwa sujud sahwi itu juga dilakukan pada shalat id dan shalat jumat, termasuk shalat wajib dan shalat sunnah. al Mabsuth 1383 Inilah pendapat yang benar dan sesuai dengan pendapat jumhur para ulama. Sedangkan pernyataan ulama kontemporer dari kalangan madzhab Hanafi di atas adalah sebuah pendapat dan istihsan, namun pendapat yang tidak kuat. Sedangkan yang kuat adalah bahwa sujud sahwi itu dilakukan pada semua shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah, apabila sebabnya ada. Tidak dibedakan antara shalat id ataupun shalat jumat.
Keutamaan Taawudz dalam Hadis-hadis Sahih
https://islami.co/keutamaan-taawudz-dalam-hadis-hadis-sahih/
Meminta perlindungan kepada Pemilik segala bentuk perlindungan memang adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan, sebab manusia adalah makhluk yang lemah (ajzun). Ungkapan Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk selain sebagai bentuk meminta perlindungan, ternyata juga memiliki beberapa khasiat atau keutamaan yang telah disebutkan dalam hadis-hadis shohih. Fadhilah yang pertama adalah bacaan taawwudz dapat menghilangkan rasa marah, bahkan marah tingkat dewa sekalipun. Sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Sulaiman bin Sarad yang menceritakan tentang dua orang yang saling menghina di hadapan Nabi Muhammad. Satu di antara dua orang tersebut memaki orang yang satunya dengan marah tingkat dewa hingga raut mukanya tampak berwarna sangat merah. Kemudian Nabi Muhammad bersabda, Sungguh Aku mengetahui sebuah kalimat yang jika diucapkan, maka kemarahan yang dirasakan olehnya akan hilang. Kalimat tersebut adalah Audzu Billahi min al-Syaithan ar-Rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk). Keutamaan yang kedua yaitu siapapun yang meminta sesuatu (perlindungan atau permintaan) atas nama Allah kepada manusia, maka ia memiliki hak untuk dipenuhi permintaannya. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Muhammad bersabda: Siapapun yang meminta perlindungan kepada kalian dengan nama Allah, maka berilah perlindungan padanya. Dan siapapun yang meminta (sesuatu) kepada kalian dengan nama Allah, maka kabulkan permintaanya. Hadis ini dinyatakan hasan oleh Imam as-Suyuthi, sedangkan Imam an-Nawawi dalam Riyadh as-Shalihin menyatakan hadis ini sahih. Begitu pula Imam al-Albani juga sependapat dengan Imam Nawawi. Keutamaan ketiga yakni mengamalkan sebuah amalan yang biasa dilakukan oleh manusia paling mulia di muka bumi (Nabi Muhammad). Pernyataan ini disampaikan oleh Siti Aisyah dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa Nabi Muhammad biasa mengucapkan, Ya Allah, Aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu, Aku berlindung dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu, dan Aku berlindung pada-Mu dari siksa-Mu. Membaca taawwudz adalah amalan yang tidak terlalu berat, tetapi memiliki kasiat yang hebat. Terkadang hal-hal yang sering dipandang ringan seperti ini justru sering ditemui keikhlasannya. Seperti Imam al-Ghazali yang menemui keihklasannya dari amalan ringan (meminumi lalat ketika mengarang kitab). (AN) Wallahu Alam.
Meminta perlindungan kepada Pemilik segala bentuk perlindungan memang adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan, sebab manusia adalah makhluk yang lemah ajzun. Ungkapan Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk selain sebagai bentuk meminta perlindungan, ternyata juga memiliki beberapa khasiat atau keutamaan yang telah disebutkan dalam hadishadis shohih. Fadhilah yang pertama adalah bacaan taawwudz dapat menghilangkan rasa marah, bahkan marah tingkat dewa sekalipun. Sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Sulaiman bin Sarad yang menceritakan tentang dua orang yang saling menghina di hadapan Nabi Muhammad. Satu di antara dua orang tersebut memaki orang yang satunya dengan marah tingkat dewa hingga raut mukanya tampak berwarna sangat merah. Kemudian Nabi Muhammad bersabda, Sungguh Aku mengetahui sebuah kalimat yang jika diucapkan, maka kemarahan yang dirasakan olehnya akan hilang. Kalimat tersebut adalah Audzu Billahi min alSyaithan arRajim Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Keutamaan yang kedua yaitu siapapun yang meminta sesuatu perlindungan atau permintaan atas nama Allah kepada manusia, maka ia memiliki hak untuk dipenuhi permintaannya. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Muhammad bersabda Siapapun yang meminta perlindungan kepada kalian dengan nama Allah, maka berilah perlindungan padanya. Dan siapapun yang meminta sesuatu kepada kalian dengan nama Allah, maka kabulkan permintaanya. Hadis ini dinyatakan hasan oleh Imam asSuyuthi, sedangkan Imam anNawawi dalam Riyadh asShalihin menyatakan hadis ini sahih. Begitu pula Imam alAlbani juga sependapat dengan Imam Nawawi. Keutamaan ketiga yakni mengamalkan sebuah amalan yang biasa dilakukan oleh manusia paling mulia di muka bumi Nabi Muhammad. Pernyataan ini disampaikan oleh Siti Aisyah dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa Nabi Muhammad biasa mengucapkan, Ya Allah, Aku berlindung dengan ridhaMu dari murkaMu, Aku berlindung dengan ampunanMu dari hukumanMu, dan Aku berlindung padaMu dari siksaMu. Membaca taawwudz adalah amalan yang tidak terlalu berat, tetapi memiliki kasiat yang hebat. Terkadang halhal yang sering dipandang ringan seperti ini justru sering ditemui keikhlasannya. Seperti Imam alGhazali yang menemui keihklasannya dari amalan ringan meminumi lalat ketika mengarang kitab. AN Wallahu Alam.
Kalau seorang wanita haid pada hari kesembilan, sepuluh dan sebelas Muharam. Apakah dia diperbolehkan mengqadha hari-hari itu setelah mandi janabah?
https://islamqa.info/id/answers/146212/wanita-haid-jika-terlewatkan-puasa-asyura-apakah-mengqadhanya-setelah-itu
Alhamdulillah.Siapa yang terlewatkan puasa Asyura, maka ia tidak mengqadhanya. Karena tidak ada ketetapan akan hal itu. Juga karena pahala terkait dengan puasa pada hari kesepuluh di bulan Muharam telah terlewatkan. Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya, “Siapa yang mendapatkan Asyura sementara dia dalam kondisi haid, apakah diperbolehkan mengqadha puasanya? Apakah ada kaidah amalan sunah yang boleh di qodho dan yang tidak. Terima kasih? Maka beliau menjawab, “Amalan sunah ada dua macam, satu macam yang mempunyai sebab, dan lainnya tidak mempunyai sebab. Yang mempunyai sebab, maka terlewatkan dengan terlewatnya sebab dan tidak diqadha. Contoh hal itu, tahiyatul masjid (shalat menghormati masjid) kalau ada seseorang datang dan duduk, kemudian lama duduknya. Kemudian dia ingin melakukan tahiyatul masjid, itu bukan termasuk tahuyyatul masjid. Karena ia shalat yang mempunyai sebab, maka terikat dengan sebabnya. Kalau terlewat, maka terlewatkan yang disyariatkan. Contoh hal itu, hari Arafah dan Hari Asyura. Kalau seseorang tidak berpuasa di hari Arafah dan Asyura tanpa uzur, tidak diragukan hal itu tidak diqadha. Tidak bermanfaat meskipun dia qadha. Maksudnya tidak berlaku baginya keutamaan puasa hari Arafah dan hari Asyura. Adapun jika seseorang yang berpuasa dalam kondisi mempunyai uzur, seperti wanita haid, nifas atau sakit, pendapat yang kuat, tidak diqadha juga. Karena hal ini khusus untuk hari tertentu, maka hukumnya terlewat dengan berlalunya hari ini.” (Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin, 20/43) Akan tetapi orang yang ada uzur dalam meninggalkan puasa –seperti haid, nifas sakit dan safar- sementara kebiasaannya berpuasa hari itu, atau dia mempunyai niat puasa hari itu. Maka dia akan mendapatkan pahala sesuai dengan niatannya. Sebagaimana diriwayatkan Bukhori,, (2996) dari Abu Musa radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ketika seorang hamba sakit atau bepergian, maka ditulis baginya (pahala) seperti dia melakukannya saat menetap dan sehat.” Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Ungkapan ‘ditulis baginya (pahala) seperti dia melakukan dalam kondisi menetap dan sehat. Hal itu bagi orang yang hendak melakukan ketaatan namun terhalang, sementara niatnya –jika tidak ada penghalang- dia akan terus melakukannya.” (Fathul Bari) Wallahu a’lam.
Alhamdulillah.Siapa yang terlewatkan puasa Asyura, maka ia tidak mengqadhanya. Karena tidak ada ketetapan akan hal itu. Juga karena pahala terkait dengan puasa pada hari kesepuluh di bulan Muharam telah terlewatkan. Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya, Siapa yang mendapatkan Asyura sementara dia dalam kondisi haid, apakah diperbolehkan mengqadha puasanya Apakah ada kaidah amalan sunah yang boleh di qodho dan yang tidak. Terima kasih Maka beliau menjawab, Amalan sunah ada dua macam, satu macam yang mempunyai sebab, dan lainnya tidak mempunyai sebab. Yang mempunyai sebab, maka terlewatkan dengan terlewatnya sebab dan tidak diqadha. Contoh hal itu, tahiyatul masjid shalat menghormati masjid kalau ada seseorang datang dan duduk, kemudian lama duduknya. Kemudian dia ingin melakukan tahiyatul masjid, itu bukan termasuk tahuyyatul masjid. Karena ia shalat yang mempunyai sebab, maka terikat dengan sebabnya. Kalau terlewat, maka terlewatkan yang disyariatkan. Contoh hal itu, hari Arafah dan Hari Asyura. Kalau seseorang tidak berpuasa di hari Arafah dan Asyura tanpa uzur, tidak diragukan hal itu tidak diqadha. Tidak bermanfaat meskipun dia qadha. Maksudnya tidak berlaku baginya keutamaan puasa hari Arafah dan hari Asyura. Adapun jika seseorang yang berpuasa dalam kondisi mempunyai uzur, seperti wanita haid, nifas atau sakit, pendapat yang kuat, tidak diqadha juga. Karena hal ini khusus untuk hari tertentu, maka hukumnya terlewat dengan berlalunya hari ini. Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin, 2043 Akan tetapi orang yang ada uzur dalam meninggalkan puasa seperti haid, nifas sakit dan safar sementara kebiasaannya berpuasa hari itu, atau dia mempunyai niat puasa hari itu. Maka dia akan mendapatkan pahala sesuai dengan niatannya. Sebagaimana diriwayatkan Bukhori,, 2996 dari Abu Musa radhiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda Ketika seorang hamba sakit atau bepergian, maka ditulis baginya pahala seperti dia melakukannya saat menetap dan sehat. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, Ungkapan ditulis baginya pahala seperti dia melakukan dalam kondisi menetap dan sehat. Hal itu bagi orang yang hendak melakukan ketaatan namun terhalang, sementara niatnya jika tidak ada penghalang dia akan terus melakukannya. Fathul Bari Wallahu alam.
Koruptor, Kafir ?
https://konsultasisyariah.com/16341-koruptor-kafir.html
Dalam tatanan hukum positif, korupsi banyak ragamnya, mulai dari suap, gratifikasi, penggelapan, pemalsuan, dan yang lainnya. Korupsi adalah perilaku negatif yang dicela Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan, dicela semua peradaban manusia, karena termasuk perbuatan khianat dan kecurangan yang merugikan masyarakat banyak. Banyak nash yang mencela dan mengancam perilaku koruptif, di antaranya : Allah Ta’ala berfirman: ak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berbuat ghulul (khianat) dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu” [QS. Ali ‘Imran : 161]. Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa ayat di atas merupakan ancama yang keras dan tegas dari Allah Ta’ala terhadap perbuatan ghulul (khianat/korupsi) [Tafsiir Ibni Katsir, 2/151]. : ” Dari Ubaadah bin ash-Shamit bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengambil bulu onta dari perut onta ghanimah, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sedikit yang aku ambil dari (harta rampasan perang) ini, tak lain seperti yang diambil oleh salah seorang dari kalian. Jauhilah perbuatan ghulul (khianat/korupsi), karena perbuatan ghulul adalah kehinaan bagi pelakunya pada hari kiamat….” [Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dalam al-Musnad 5:330; dihasankan oleh al-Arna’uth dkk. dalam Takhrij Musnad al-Imam Ahmad 37:455-456 no. 22795]. Dalam lafadz lain : “Janganlah kalian berbuat ghulul, karena perbuatan ghulul tempatnya di neraka dan merupakan aib bagi pelakunya di dunia dan akhirat” [Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dalam Al-Musnad 5/316; dihasankan oleh al-Arna’uth dkk. dalam Takhriij Musnad Al-Imaam Ahmad 37/371-372 no. 22699]. : : : ” : : ” “ Umar bin al-Khaththab menuturkan, “Ketika perang Khaibar berlangsung, sekelompok shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap beliau dan berkata ‘Fulan mati , Fulan mati ’, hingga ketika mereka melewati seseorang pun mereka juga berkata : ‘Fulan mati , Fulan mati ’. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sekali-kali tidak. Sesungguhnya aku melihatnya di neraka dengan sebab kain burdah atau ‘abaa-ah yang ia ambil secara khianat (ghulul)”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Ibnul-Khaththab, pergilah dan serulah kepada orang-orang bahwasannya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang mukmin”. Maka ‘Umar berkata, “Aku pun berseru, ‘Ketahuilah, bahwasannya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang mukmin” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 114]. : : “ : ” Dari Tsauban ia berkata, Rasulullah bersabda shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang meninggal dan ia berlepas diri dari tiga hal, yaitu : sombong, ghulul (khianat/korupsi), dan hutang; maka dijamin masuk surga” [Diriwayatkan oleh ziy no. 1572; dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan zi, 2/197-198]. : ” “ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang kami pekerjakan dengan satu pekerjaan dan kami upah ia (atas pekerjaan yang ia lakukan), maka harta apapun yang ia ambil selebih dari itu adalah ghulul (korupsi)” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 2943; dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud, 2:230]. : : Dari ‘Adi bin ‘Amirah al-Kindiy, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa di antara kalian yang kami pekerjakan dengan satu pekerjaan, lalu ia menyembunyikan sebatang jarum atau yang lebih dari itu, maka itu termasuk ghulul (korupsi) yang akan dibawanya di hari kiamat…’.” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1833]. : : ” : : : : : : : : (Dari) Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri di tengah-tengah kami lalu menyebutkan tentang permasalahan ghulul (pengkhianatan/korupsi). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggapnya sebagai sesuatu yang besar lagi penting, lalu bersabda, “Sungguh aku akan menjumpai salah seorang di antara kalian pada hari kiamat yang di lehernya dipikulkan kambing yang mengembik dan di lehernya dipikulkan kuda yang meringkik, lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, tolonglah aku’. Aku berkata, ‘Aku tidak punya wewenang sedikit pun dari Allah untuk menolongmu. Semuanya telah aku sampaikan kepadamu’. Dan orang yang di lehernya dipikulkan onta yang menderum berkata, ‘Wahai Rasulullah, tolonglah aku’. Aku pun berkata, ‘Aku tidak punya wewenang sedikit pun dari Allah untuk menolongmu. Semuanya telah aku sampaikan kepadamu’. Dan orang yang di lehernya dipikulkan emas dan perak berkata, ‘Wahai Rasulullah, tolonglah aku’. Aku pun berkata, ‘Aku tidak punya wewenang sedikit pun dari Allah untuk menolongmu. Semuanya telah aku sampaikan kepadamu’. Dan orang yang di lehernya terdapat lembaran kertas yang melambai-lambai berkata, ‘Wahai Rasulullah, tolonglah aku’. Aku pun berkata, ‘Aku tidak punya wewenang sedikit pun dari Allah untuk menolongmu. Semuanya telah aku sampaikan kepadamu” [Diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 3073]. : : : “ Dari Abu i radliyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memperkerjakan seseorang dari suku al-Azd yang bernama Ibnul-Utbiyyah untuk menarik zakat. Ketika ia datang (dari pekerjaannya itu), ia berkata : “Ini adalah harta kalian, dan ini adalah harta yang dihadiahkan untukku”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya ia duduk saja di rumah ayah atau ibunya, maka lihatlah, apakah ia akan diberikan hadiah ataukah tidak. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah seorang pun yang mengambil harta (suap) itu sedikit pun juga, kecuali ia akan datang pada hari kiamat dengan memikul harta suap itu di lehernya yang mungkin berupa onta yang menderum, sapi yang melenguh, atau kambing yang mengembik,”  Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat tangannya hingga kami melihat putih ketiak beliau, yang bersabda, “Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan, Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan” – sebanyak tiga kali [Diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 2597]. An-Nawawi rahimahullah berkata, : “Dalam hadis ini terdapat penjelasan bahwa hadiah bagi pegawai adalah haram dan (termasuk) ghulul, karena ia telah berbuat khianat dalam kekuasaan dan amanah yang diberikan kepadanya” [Syarh Shahih Muslim, 6:304]. Banyak contoh dari salaf kita yang shalih bagaimana mereka sangat menjaga diri dari perbuatan ghulul. Sedikit di antaranya adalah yang terdeskripsi dalam riwayat berikut: : : . : : . Dari Sulaiman bin Yasar bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus Abdullah bin Rawahah ke Khaibar, lalu ia menaksir pembagian antara dirinya dan Yahudi Khaibar. Perawi berkata, “Lalu mereka (Yahudi Khaibar) mengumpulkan perhiasan wanita-wanita mereka untuknya. Mereka berkata kepadanya, ‘Ini adalah bagianmu. Berilah keringanan bagi kami dan lebihkanlah bagian kami’.” Maka Abdullah bin Rawahah berkata, “Wahai sekalian orang Yahudi, demi Allah, sesungguhnya kalian termasuk makhluk Allah yang paling aku benci. Namun demikian, hal itu tidak menyebabkan aku berbuat zalim kepada kalian. Adapun sesuatu yang kalian berikan kepadaku itu termasuk risywah (suap/sogokan) dan dosa. Sesungguhnya kami (kaum muslimin) tidak memakannya”. Mereka berkata,  “Dengan ini, tegaklah langit dan bumi.” [Diriwayatkan oleh Malik dalam al-Muwaththa’ 3:494-495 no. 1514; sanadnya mursal shahih. al-Arna’uth menjelaskan beberapa jalan yang menyambungkannya, dan kemudian menghasankannya dalam Jaam’ul-Ushuul 4:617 no. 2701. Dishahihkan oleh al-Hilali dalam Takhrij al-Muwaththa’ 3:494-495]. : ” : : : : : : “ Dari Furat bin Salman, ia berkata, “’Umar bin ‘Abdil-‘Aziz pernah menginginkan buah apel. Maka ia mengutus seseorang ke rumahnya, namun utusan itu tidak mendapatkan uang untuk membelikan apel untuknya. Ia pun menaiki tunggangannya, dan kami pun menaiki tunggangan kami bersamanya. Kemudian ia melewati sebuah biara. Ada dua orang penghuni biara menemuinya dengan membawa beberapa nampan yang berisi apel. Lalu ia berhenti di salah satu nampan dan mengambil apel lalu menciumnya. Kemudian ia mengembalikan apel itu ke nampan, seraya berkata, “Masuklah kalian ke biara kalian. Aku tidak mengenal kalian. Kalian telah mengutus seseorang kepada salah seorang shahabatku dengan membawa sesuatu”. Perawi berkata, Lalu aku pun menggerakkan keledaiku berjalan mendekatinya. Aku berkata, “Wahai Amirul–Mukminin, engkau tadi menginginkan apel, namun mereka tidak mendapatkan sesuatu (untuk membelinya) buatmu. Kemudian dihadiahkan apel untukmu, namun engkau menolaknya”. Ia berkata, “Aku tidak membutuhkannya”. Aku berkata, “Bukankah dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, dan ‘Umar menerima hadiah?” Ia menjawab, “Hal itu bagi mereka adalah hadiah, dan bagi para pemimpin setelahnya adalah suap.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d, 5:188; sanadnya shahih]. Semua orang ‘gregetan’ dengan korupsi dan koruptor. Sayangnya, ada beberapa oknum yang berlebih-lebihan menyikapinya hingga menghukumi kafir bagi pelaku korupsi. Benar jika dikatakan bahwa korupsi itu termasuk dosa besar sebagaimana nash-nya telah disebutkan di atas. Namun menjadi tidak benar jika korupsi termasuk perbuatan kufur akbar yang menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam. Pengkafiran adalah hukum syar’i dan merupakan hak murni milik Allah Ta’ala, tidak dimiliki oleh u atau kelompok tertentu. Konsekuensinya, seseorang tidaklah dikafirkan kecuali yang memang telah dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Hal ini bertentangan dengan pekataan sebagian orang seperti Abu Ishaq al-Isfirayini serta orang yang mengikuti pendapatnya, mereka mengatakan, “Kami tidak mengkafirkan kecuali orang-orang mengkafirkan (kami). (Perkataan ini salah), karena takfir itu bukanlah hak mereka tapi hak Allah. Seseorang tidak boleh berdusta kepada orang yang pernah berdusta atas namanya. Tidak boleh pula ia berbuat keji (zina) dengan istri seseorang yang pernah menzinahi istrinya. Bahkan kalau ada orang yang memaksanya untuk melakukan liwath (homo sex), tidak boleh baginya untuk membalas dengan memaksanya untuk melakukan perbuatan yang sama, karena hal ini merupakan pelanggaran terhadap hak Allah. Seandainya orang Nashrani mencela Nabi kita, kita tidak boleh mencela Al-Masih (‘Isa ‘alaihissalam). Demikian pula seandainya orang-orang lah mengkafirkan Abu Bakar dan ‘Umar, tidak boleh bagi kita untuk mengkafirkan ‘Ali radliyallahu ‘anhum ajma’iin” [Minhajus-Sunnah, 5:244]. Pengkafiran itu dijatuhkan berdasarkan nash Alquran, sunah, dan ijmaa’; bukan dengan perasaan, emosi, atau sentimen kelompok. Jika demikian, apakah ada nash yang menyatakan korupsi termasuk kufur akbar? Jawabnya: Tidak ada. Apakah ada nash yang menyatakan koruptor termasuk orang kafir lagi murtad, keluar dari agama Islam? Jawabnya: Tidak. Mari kita perhatikan nash berikut : : : ” : : “ Dari Abu Dzar radliyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah bersabda shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Malaikat utusan Rabbku datang kepadaku, lalu ia mengabarkan kepadaku – atau : ia memberikan berita gembira untukku – bahwasannya barangsiapa yang meninggal dari kalangan umatku yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun niscaya akan masuk surga”. Aku (Abu Dzarr) berkata : “Meskipun ia pernah berzina dan mencuri ?”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Ya, walau ia pernah berzina dan mencuri?” [Diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 1236]. Mencuri dan korupsi itu pada hakekatnya sama, yaitu mengambil harta yang bukan haknya. Seandainya perbuatan itu termasuk kufur akbar, niscaya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menafikkan surga pada pelaku perbuatan tersebut. : : ” “ Dari Abu ‘Amrah, dari bin , ia berkata, “Seseorang meninggal di Khaibar. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalatilah shahabat kalian ini. Sesungguhnya ia telah berbuat ghulul di jalan Allah”. Maka kami pun memeriksa perbekalan yang ia bawa dan kami dapati padanya batu mulia dari perhiasan orang-orang Yahudi yang tidak mencapai dua dirham [Diriwayatkan oleh an-Nasa’i no. 1959; dilemahkan oleh al-Albani dalam Dla’iif Sunan an-Nasa’i hal. 66-67, namun dihasankan oleh al-Arna’uth dalam takhriij Sunan Abi Dawud 4:344]. Para ulama berhujjah dengan hadis di atas bahwa seorang imam disyari’atkan untuk tidak menshalatkan jenazah orang muslim yang fasiq dan menyuruh orang lain untuk menshalatkannya sebagai peringatan untuk menjauhi perbuatan yang dilakukan orang tersebut.  Al-Imaam Ahmad rahimahullah berkata : “Kami tidak mengetahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan untuk menyalati seseorang kecuali orang yang berbuat ghulul dan bunuh diri” [al-Kabair, hal. 56]. Ath-Thahawi rahimahullah berkata : : “Dan kami tidak mengkafirkan seorang pun dari ahli kiblat dengan sebab perbuatan dosa selama ia tidak menghalalkannya. Dan kami pun tidak mengatakan : perbuatan dosa tidak membahayakan keimanan pelakunya.” ah ath-Thahawiyyah, hal. 21]. . : [ : 48 116 ] . “Dan para pelaku dosa besar dari umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di neraka namun tidak kekal di dalamnya apabila mereka meninggal dalam keadaan kan Allah – meski belum sempat bertaubat – pasca mereka menghadap Allah dan mengakui dosa-dosa yang mereka perbuat. Mereka berada dalam kehendak dan hukum Allah. Apabila berkehendak, Allah akan mengampuni mereka dan memaafkannya dengan karunia-Nya, sebagaimana disebutkan Allah ‘azza wa jalla dalam Kitab-Nya : ‘Dan Dia mengampuni apa (dosa) selain (syirik) itu bagi siapa saja yang Ia kehendaki.” (QS. An-Nisaa’ : 48 & 116). Dan apabila berkehendak, Allah akan mengadzabnya di neraka dengan keadilan-Nya, kemudian mengeluarkan mereka darinya dengan rahmat-Nya dan syafa’at orang-orang yang dapat memberi syafa’at dari kalangan orang-orang mukmin. Kemudian Allah masukkan mereka ke surga-Nya. Hal itu dikarenakan Allah Ta’ala adalah Penolong bagi hamba-Nya yang muslim, dan Allah tidak menjadikan mereka di dunia dan di akhirat hidup sengsara seperti orang-orang yang ingkar (kepada-Nya)” ah ath-Thahawiyyah, hal. 22-23]. Ash-Shabuni rahimahullah berkata : “Ahlus-Sunnah berkeyakinan bahwa seorang mukmin meski ia banyak berbuat dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil, maka ia tidaklah dikafirkan dengannya. Seandainya ia meninggal dunia belum bertaubat dari dosa tersebut, dan ia meninggal di atas , maka perkaranya di kahirat diserahkan kepada Allah (apakah ia akan mengadzabnya ataukah akan mengampuninya)” atus-Salaf wa Ashhabil-Hadits, hal. 276]. An-Nawawi rahimahullah setelah menjelaskan hadis ‘barangsiapa berdusta atas namanya dengan sengaja, maka persiapkanlah tempat duduknya di neraka’, berkata : : . “Makna hadis tersebut, hal ini merupakan balasan bagi orang itu. Bisa jadi ia memang dibalas (siksaan) dengannya, dan boleh jadi Allah Yang Maha Pemurah akan memaafkannya. Tidak boleh dipastikan baginya akan masuk neraka. Demikianlah pemahaman yang benar tentang ancaman neraka bagi para pelaku dosa besar yang bukan termasuk katagori kekufuran. Semuanya itu hendaknya dikatakan dalam permasalahan tersebut (pelaku dosa besar) : itulah balasannya (ancaman neraka) yang bisa jadi ia akan benar-benar dibalas dan bisa jadi ia dimaafkan. Kemudian jika ia dibalas dan dimasukkan ke dalam neraka, maka ia tidak kekal di dalamnya. Akan tetapi, ia pasti akan keluar darinya dengan karunia Allah Ta’ala dan rahmat-Nya. Tidak ada yang kekal di dalam neraka orang yang meninggal di atas an. Ini adalah kaedah yang disepakati menurut Ahlus-Sunnah” [Syarh Shahih Muslim, 1:4]. Di akhir tulisan ini, akan saya tutup dengan hadis : : : ” : “ Dari Abdullah bin Diinaar, bahwasannya ia mendengar Ibnu ‘Umar berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya : ‘Wahai kafir!’, maka sesungguhnya kalimat itu kembali kepada salah satu dari keduanya. Seandainya saudaranya itu seperti yang dikatakannya, (maka kekafiran itu ada padanya), namun jika tidak demikian, maka perkataan itu kembali pada pengucapnya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 60]. Wallaahu a’lam. Semoga ada manfaatnya. Ditulis oleh Ustadz Abul-Jauzaa’ –Perum Ciomas Permai, Ciapus, Ciomas, Bogor –08022013–0039. Artikel
Dalam tatanan hukum positif, korupsi banyak ragamnya, mulai dari suap, gratifikasi, penggelapan, pemalsuan, dan yang lainnya. Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa ayat di atas merupakan ancama yang keras dan tegas dari Allah Taala terhadap perbuatan ghulul khianatkorupsi Tafsiir Ibni Katsir, 2151. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dalam alMusnad 5330 dihasankan oleh alArnauth dkk. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Wahai IbnulKhaththab, pergilah dan serulah kepada orangorang bahwasannya tidak akan masuk surga kecuali orangorang mukmin. Aku pun berkata, Aku tidak punya wewenang sedikit pun dari Allah untuk menolongmu. Dan orang yang di lehernya dipikulkan emas dan perak berkata, Wahai Rasulullah, tolonglah aku. Dan orang yang di lehernya terdapat lembaran kertas yang melambailambai berkata, Wahai Rasulullah, tolonglah aku. Ketika ia datang dari pekerjaannya itu, ia berkata Ini adalah harta kalian, dan ini adalah harta yang dihadiahkan untukku. Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, tidaklah seorang pun yang mengambil harta suap itu sedikit pun juga, kecuali ia akan datang pada hari kiamat dengan memikul harta suap itu di lehernya yang mungkin berupa onta yang menderum, sapi yang melenguh, atau kambing yang mengembik, Kemudian beliau shallallahu alaihi wa sallam mengangkat tangannya hingga kami melihat putih ketiak beliau, yang bersabda, Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan, Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan sebanyak tiga kali Diriwayatkan oleh alBukhari no. Perawi berkata, Lalu mereka Yahudi Khaibar mengumpulkan perhiasan wanitawanita mereka untuknya. Berilah keringanan bagi kami dan lebihkanlah bagian kami. Mereka berkata, Dengan ini, tegaklah langit dan bumi. Dari Furat bin Salman, ia berkata, Umar bin AbdilAziz pernah menginginkan buah apel. Ia pun menaiki tunggangannya, dan kami pun menaiki tunggangan kami bersamanya. Kemudian ia mengembalikan apel itu ke nampan, seraya berkata, Masuklah kalian ke biara kalian. Perawi berkata, Lalu aku pun menggerakkan keledaiku berjalan mendekatinya. Benar jika dikatakan bahwa korupsi itu termasuk dosa besar sebagaimana nashnya telah disebutkan di atas. Tidak boleh pula ia berbuat keji zina dengan istri seseorang yang pernah menzinahi istrinya. Demikian pula seandainya orangorang lah mengkafirkan Abu Bakar dan Umar, tidak boleh bagi kita untuk mengkafirkan Ali radliyallahu anhum ajmaiin MinhajusSunnah, 5244. Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab Ya, walau ia pernah berzina dan mencuri Diriwayatkan oleh alBukhari no. 1959 dilemahkan oleh alAlbani dalam Dlaiif Sunan anNasai hal. Seandainya ia meninggal dunia belum bertaubat dari dosa tersebut, dan ia meninggal di atas , maka perkaranya di kahirat diserahkan kepada Allah apakah ia akan mengadzabnya ataukah akan mengampuninya atusSalaf wa AshhabilHadits, hal. AnNawawi rahimahullah setelah menjelaskan hadis barangsiapa berdusta atas namanya dengan sengaja, maka persiapkanlah tempat duduknya di neraka, berkata . Demikianlah pemahaman yang benar tentang ancaman neraka bagi para pelaku dosa besar yang bukan termasuk katagori kekufuran. Kemudian jika ia dibalas dan dimasukkan ke dalam neraka, maka ia tidak kekal di dalamnya. Ini adalah kaedah yang disepakati menurut AhlusSunnah Syarh Shahih Muslim, 14.
5691. HUKUM JUAL BELI UANG YANG ROBEK / RUSAK
https://www.piss-ktb.com/2019/08/5691-hukum-jual-beli-uang-yang-robek.html
PERTANYAAAN : Assalamualaikum. Langsung saja, di Masyarakat masih ada pedagang yang mencari dan membeli uang / duit yang robek, dengan dihargai setengahnya. Itu bagaimana hukum nya jual beli tersebut? Mohon referensinya. [Douglas]. JAWABAN : Wa'alaikumussalam. Hukumnya ditafshil : - Kalau uang lusuh tersebut masih laku, maka hukumnya haram menukar dengan uang yang baru dengan nilai yang tidak sama (lebih tinggi atau lebih rendah). Karena mengandung unsur riba. Dan riba itu haram Akan tetapi kalau uang yang lusuh itu tidak laku, maka boleh ditukar dengan uang baru dengan nilai yang tidak sama (lebih rendah atau tinggi) karena ia dianggap barang; bukan uang. Sehingga tidak ada usnur riba walaupun sistem penukaran tidak sama. - Kalau penukaran uang lama yang masih berlaku dan uang baru itu sama nilainya, maka hukumnya boleh. Wallohu a'lam. [Dul]. Referensi : (: ) . www.fb.com/groups/piss.ktb/2446411745381619
PERTANYAAAN Assalamualaikum. Langsung saja, di Masyarakat masih ada pedagang yang mencari dan membeli uang duit yang robek, dengan dihargai setengahnya. Itu bagaimana hukum nya jual beli tersebut Mohon referensinya. Douglas. JAWABAN Waalaikumussalam. Hukumnya ditafshil Kalau uang lusuh tersebut masih laku, maka hukumnya haram menukar dengan uang yang baru dengan nilai yang tidak sama lebih tinggi atau lebih rendah. Karena mengandung unsur riba. Dan riba itu haram Akan tetapi kalau uang yang lusuh itu tidak laku, maka boleh ditukar dengan uang baru dengan nilai yang tidak sama lebih rendah atau tinggi karena ia dianggap barang bukan uang. Sehingga tidak ada usnur riba walaupun sistem penukaran tidak sama. Kalau penukaran uang lama yang masih berlaku dan uang baru itu sama nilainya, maka hukumnya boleh. Wallohu alam. Dul. Referensi . www.fb.comgroupspiss.ktb2446411745381619
Bali’s newest boutique hotel is an art-inspired design hideaway in Ubud
https://www.harakatuna.com/balis-newest-boutique-hotel-is-an-art-inspired-design-hideaway-in-ubud.html
Strech lining hemline above knee burgundy glossy silk complete hid zip little catches rayon. Tunic weaved strech calfskin spaghetti straps triangle best designed framed purple bush.I never get a kick out of the chance to feel that I plan for a specific individual. Separated they live in Bookmarksgrove right at the coast of the Semantics, a large language ocean. A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary regelialia. It is a paradisematic country, in which roasted parts of sentences fly into your mouth. A wonderful serenity has taken possession of my entire soul, like these sweet mornings of spring which I enjoy with my whole heart. Even the all-powerful Pointing has no control about the blind texts it is an almost unorthographic life One day however a small line of blind text by the name of Lorem Ipsum decided to leave for the far World of Grammar. The Big Oxmox advised her not to do so, because there were thousands of bad Commas, wild Question Marks and devious Semikoli, but the Little Blind Text didn’t listen. On her way she met a copy. The copy warned the Little Blind Text, that where it came from it would have been rewritten a thousand times and everything that was left from its origin would be the word “and” and the Little Blind Text should turn around and return to its own, safe country. But nothing the copy said could convince her and so it didn’t take long until a few insidious Copy Writers ambushed her, made her drunk with Longe and Parole and dragged her into their agency, where they abused her for their projects again and again. And if she hasn’t been rewritten, then they are still using her. ALL YOU NEED IN THIS LIFE IS IGNORANCE AND CONFIDENCE, AND THEN SUCCESS IS SURE. Far far away, behind the word mountains, far from the countries Vokalia and Consonantia, there live the blind texts. Separated they live in Bookmarksgrove right at the coast of the Semantics, a large language ocean. A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary regelialia. Gregor then turned to look out the window at the dull weather. Drops of rain could be heard hitting the pane, which made him feel quite sad. “How about if I sleep a little bit longer and forget all this nonsense”, he thought, but that was something he was unable to do because he was used to sleeping on his right, and in his present state couldn’t get into that position. However hard he threw himself onto his right, he always rolled back to where he was. The most complete solution for web publishing Responsive Design. Tested on Google Mobile Friendly Header Builder with Live Preview Optimized for Google Page Speed as SEO Signal Website schema using JSON LD which is recommended by Google I am so happy, my dear friend, so absorbed in the exquisite sense of mere tranquil existence, that I neglect my talents. I should be incapable of drawing a single stroke at the present moment; and yet I feel that I never was a greater artist than now. A collection of textile samples lay spread out on the table – Samsa was a travelling salesman – and above it there hung a picture that he had recently cut out of an illustrated magazine and housed in a nice, gilded frame. It showed a lady fitted out with a fur hat and fur boa who sat upright, raising a heavy fur muff that covered the whole of her lower arm towards the viewer. Even the all-powerful Pointing has no control about the blind texts it is an almost unorthographic life One day however a small line of blind text by the name of Lorem Ipsum decided to leave for the far World of Grammar. The Big Oxmox advised her not to do so, because there were thousands of bad Commas, wild Question Marks and devious Semikoli, but the Little Blind Text didn’t listen. His room, a proper human room although a little too small, lay peacefully between its four familiar walls. A collection of textile samples lay spread out on the table – Samsa was a travelling salesman – and above it there hung a picture that he had recently cut out of an illustrated magazine and housed in a nice, gilded frame.
Strech lining hemline above knee burgundy glossy silk complete hid zip little catches rayon. Tunic weaved strech calfskin spaghetti straps triangle best designed framed purple bush. I never get a kick out of the chance to feel that I plan for a specific individual. Separated they live in Bookmarksgrove right at the coast of the Semantics, a large language ocean. A small river named Duden flows by their place and supplies it with the necessary regelialia. A wonderful serenity has taken possession of my entire soul, like these sweet mornings of spring which I enjoy with my whole heart. Even the allpowerful Pointing has no control about the blind texts it is an almost unorthographic life One day however a small line of blind text by the name of Lorem Ipsum decided to leave for the far World of Grammar. The Big Oxmox advised her not to do so, because there were thousands of bad Commas, wild Question Marks and devious Semikoli, but the Little Blind Text didnt listen. But nothing the copy said could convince her and so it didnt take long until a few insidious Copy Writers ambushed her, made her drunk with Longe and Parole and dragged her into their agency, where they abused her for their projects again and again. And if she hasnt been rewritten, then they are still using her. ALL YOU NEED IN THIS LIFE IS IGNORANCE AND CONFIDENCE, AND THEN SUCCESS IS SURE. Gregor then turned to look out the window at the dull weather. How about if I sleep a little bit longer and forget all this nonsense, he thought, but that was something he was unable to do because he was used to sleeping on his right, and in his present state couldnt get into that position. The most complete solution for web publishing Responsive Design. A collection of textile samples lay spread out on the table Samsa was a travelling salesman and above it there hung a picture that he had recently cut out of an illustrated magazine and housed in a nice, gilded frame. It showed a lady fitted out with a fur hat and fur boa who sat upright, raising a heavy fur muff that covered the whole of her lower arm towards the viewer. His room, a proper human room although a little too small, lay peacefully between its four familiar walls.
Waktu Terbaik Shalat Dhuha
https://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/waktu-terbaik-shalat-dhuha/
Eramuslim – SHALAT dhuha memiliki banyak keutamaan. Shalat yang dihukumi sunnah ini termasuk shalat ringan yang dikerjakan pada siang hari. Yakni antara waktu setelah matahari terbit hingga menjelang dzuhur. Lalu kapan waktu terbaik untuk shalat dhuha? Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, disebutkan bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam Nabi melarang melaksanakan shalat dan mengubur jenazah pada tiga waktu berikut. Pertama ketika matahari terbit sampai tinggi, kedua ketika seseorang berdiri di tengah bayangannya sampai matahari tergelincir, dan ketiga ketika matahari miring hendak tenggelam sampai benar-benar tenggelam. Berdasarkan hadits tiga larangan waktu untuk shalat di atas, maka di mana waktu dhuha (dibolehkannya shalat)? Shalat dhuha bisa dilakukan setelah matahari terbit dan matahari meninggi hingga jarak satu tombak (sekira dua meter). Bila diukur dengan keumuman waktu zaman ini adalah sekitar limabelas menit. Jadi sebaiknya apabila hendak shalat dhuha di awal waktu, maka kita dapat melaksanakan pada lima belas menit setelah waktu terbit matahari. Lalu kapan batas akhirnya? Batas akhirnya adalah hingga sebelum waktu terlarang kedua untuk shalat sebagaimana disebutkan hadits di atas. Atau bila diukur dengan keumuman waktu sekarang, kurang lebih lima belas menit sebelum dzhuhur tiba. Sedangkan waktu yang utama untuk shalat dhuha adalah ketika matahari sudah mulai panas. Dalam shahih Muslim, disebutkan bahwa Zaib bin Al Arqam radliyallahu anhu melihat beberapa orang sedang shalat dhuha, dan kemudian beliau berkata, Andai mereka tahu bahwa shalat dhuha setelah waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda, Shalat awwabin adalah ketika anak onta mulai kepanasan. Karenanya, ulama menjelaskan, yakni waktu ketika matahari mulai panas adalah waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat dhuha, meskipun dibolehkan shalat sejak terbit matahari hingga menjelang tergelincirnya matahari. (Inilah) Allahu Alam.
Eramuslim SHALAT dhuha memiliki banyak keutamaan. Shalat yang dihukumi sunnah ini termasuk shalat ringan yang dikerjakan pada siang hari. Yakni antara waktu setelah matahari terbit hingga menjelang dzuhur. Lalu kapan waktu terbaik untuk shalat dhuha Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, disebutkan bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam Nabi melarang melaksanakan shalat dan mengubur jenazah pada tiga waktu berikut. Pertama ketika matahari terbit sampai tinggi, kedua ketika seseorang berdiri di tengah bayangannya sampai matahari tergelincir, dan ketiga ketika matahari miring hendak tenggelam sampai benarbenar tenggelam. Berdasarkan hadits tiga larangan waktu untuk shalat di atas, maka di mana waktu dhuha dibolehkannya shalat Shalat dhuha bisa dilakukan setelah matahari terbit dan matahari meninggi hingga jarak satu tombak sekira dua meter. Bila diukur dengan keumuman waktu zaman ini adalah sekitar limabelas menit. Jadi sebaiknya apabila hendak shalat dhuha di awal waktu, maka kita dapat melaksanakan pada lima belas menit setelah waktu terbit matahari. Lalu kapan batas akhirnya Batas akhirnya adalah hingga sebelum waktu terlarang kedua untuk shalat sebagaimana disebutkan hadits di atas. Atau bila diukur dengan keumuman waktu sekarang, kurang lebih lima belas menit sebelum dzhuhur tiba. Sedangkan waktu yang utama untuk shalat dhuha adalah ketika matahari sudah mulai panas. Dalam shahih Muslim, disebutkan bahwa Zaib bin Al Arqam radliyallahu anhu melihat beberapa orang sedang shalat dhuha, dan kemudian beliau berkata, Andai mereka tahu bahwa shalat dhuha setelah waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda, Shalat awwabin adalah ketika anak onta mulai kepanasan. Karenanya, ulama menjelaskan, yakni waktu ketika matahari mulai panas adalah waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat dhuha, meskipun dibolehkan shalat sejak terbit matahari hingga menjelang tergelincirnya matahari. Inilah Allahu Alam.
5 Keistimewaan Nabi Idris yang Harus diketahui
https://dalamislam.com/info-islami/keistimewaan-nabi-idris
Nabi Idris ‘alaihis salam atau Khanukh adalah keturunan Adam yang pertama diberi keNabian setelah Nabi Adam ‘alaihis salam dan putranya Syits ‘alaihis salam.Nabi yang bernama lengkap Idris bin Yarod bin Mahlail bin Qainan bin Anusi bin Syits bin Adam ‘alaihis salam ini juga memiliki beberapa keistimewaan antara lain sebagai berikut.1. Pandai Membaca dan MenulisDisebutkan oleh Ibnu Ishaq bahwa Nabi idris ‘alahis salam adalah orang pertama yang memiliki kemampuan untuk menulis dengan menggunakan pena dengan merujuk pada hadits berikut. Dari Mu’awiyah bin Al-Hakam As-Sulami, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang tulisan di atas pasir, beliau bersabda, “Dulu ada seorang Nabi yang menulis dengannya (maksudnya menulis di atas pasir). Barangsiapa yang sejalan dengan tulisannya, maka demikian itulah (tulisannya).”HR. MuslimAdapun hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad menyatakan sebagai berikut.Dari Mu’awiyah bin Al-Hakam As-Sulami, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang penulisan dengan kerikil, beliau menjawab, “Idris adalah nabi yang menulis dengannya. Siapa yang mengikuti jejak tulisannya maka demikian itulah tulisannya.”HR. Ahmad2. Menguasai Berbagai Macam Ilmu PengetahuanNabi Idris ‘alaihis salam juga disebut menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan, ilmu tafsir, dan hukum.Beberapa ilmu pengetahuan yang dikuasai Nabi Idris ‘alaihis salam di antaranya adalah ilmu perbintangan, ilmu hitung, dan tata busana.Dengan menggunakan ilmu perbintangan, Nabi Idris ‘alaihis salam memprediksi kondisi cuaca, menentukan waktu bercocok tanam, menentukan arah, dan lain sebagainya.Ilmu perbintangan ini kemudian berkembang menjadi ilmu astronomi yang kita kenal saat ini.Selain ilmu perbintangan dan ilmu hitung, Nabi Idris ‘alaihis salam juga menjadi pelopor berkembangnya tata busana. Beliaulah manusia pertama yang menjahit pakaiannya sendiri.Hal inilah yang menjadi mendasari Nabi Daud ‘alaihis salam membuat pakaian yang terbuat dari sebagai pelindung diri sebagaimana diceritakan dalam . 3. Menempati Tempat TertinggiDalam surat ayat 56-57 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam kitab (Al Qur’an). Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenarandan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”QS. Maryam : 56-57Dalam Tafsir Al Qur’an Hidayatul Insan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan martabat tertinggi adalah diangkatnya Nabi Idris ‘alaihis salam ke langit keempat untuk diambil nyawanya.4. Merasakan Sakratul MautDalam suatu riwayat dikisahkan, suatu ketika Nabi Idris ‘alaihis salam dikunjungi oleh Malaikat Izrail. Nabi Idris ‘alaihis salam pun bertanya, “Hai malaikat Izrail, engkau datang ini untuk mencabut nyawa atau untuk menziarah?” Malaikat Izrail berkata, “Aku datang untuk menziarah dengan izin Allah.” Nabi Idris ‘alaihis salam berkata kepada Malaikat Izrail, “Hai Malaikat Izrail, saya ada keperluan dan kepentingan kepadamu” Malaikat Izrail bertanya, “Kepentingan apa itu?” Jawab Nabi Idris ‘alaihis salam, “Kepentingan denganmu adalah supaya engkau mencabut nyawaku dan kemudian Allah menghidupkan kembali sehingga aku dapat beribadah kepada Allah setelah aku merasakan sakaratul maut”.Malaikat Izrail berkata, “Sesungguhnya aku tidak akan mencabut nyawa seseorang melainkan mendapat izin Allah.” Maka Allah memberi wahyu kepada kepada Malaikat Izrail agar dia mencabut nyawa Nabi Idris ‘alaihis salam, maka seketika itu Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris ‘alaihis salam.Malaikat Izrail menangis atas kematian Nabi Idris sambil memohon kepada Allah agar Allah menghidupkan kembali Nabi Idris ‘alaihis salam.Kemudian Allah mengabulkan permohonan Malaikat Izrail dan Nabi Idris ‘alaihis salam pun hidup kembali.Malaikat Izrail bertanya kepada Nabi Idris ‘alaihis salam, “Hai saudaraku, bagaimana rasanya sakaratul maut itu?” Nabi Idris ‘alaihis salam menjawab, “Sesungguhnya rasa sakaratul maut itu saya umpamakan binatang yang dibuang kulitnya hidup-hidup dan begitulah rasanya sakaratul maut bahkan lebih seribu kali sakit.”5. Melihat Neraka dan SurgaKeistimewaan Nabi Idris ‘alaihis salam yang satu ini diperoleh sebagai akibat buah persahabatannya dengan malaikat Izrail dan atas izin Allah subhanahu wa ta’ala. Dikisahkan dalam sebuah hadits sebagai berikut.Ummu Salamah berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Nabi Idris dulu berteman dengan Malaikat Maut. Lalu ia meminta kepadanya agar diperlihatkan surga dan neraka. Maka Idris pun naik (ke langit), lalu Malaikat Maut memperlihatkan neraka kepadanya. Lalu Idris kaget sehingga hampir pingsan. Maka Malaikat Maut mengelilingkan sayapnya pada Idris seraya berkata, “Bukankah engkau telah melihatnya?” Idris menjawab, “Ya, aku belum pernah melihatnya seperti hari ini.” Selanjutnya, Malaikat Maut memperlihatkan surga kepada Nabi Idris seraya masuk kedalamnya. Malaikat Maut berkata, “Pergilah, sesungguhnya engkau telah melihatnya,” “Ke mana?” tanya Idris. “Ke tempatmu semula,” jawab Malaikat Maut. “Tidak! Demi Allah, aku tidak akan keluar setelah aku memasukinya,” tukas Idris. Lalu kepada Malaikat Maut itu pun dikatakan, “Bukankah engkau yang telah memasukkannya? Sesungguhnya seorang yang telah memasukinya tidak boleh keluar darinya.”HR. Ath-ThabraniWallahu a’lam.
Nabi Idris alaihis salam atau Khanukh adalah keturunan Adam yang pertama diberi keNabian setelah Nabi Adam alaihis salam dan putranya Syits alaihis salam. Nabi yang bernama lengkap Idris bin Yarod bin Mahlail bin Qainan bin Anusi bin Syits bin Adam alaihis salam ini juga memiliki beberapa keistimewaan antara lain sebagai berikut.1. Barangsiapa yang sejalan dengan tulisannya, maka demikian itulah tulisannya. MuslimAdapun hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad menyatakan sebagai berikut. Dari Muawiyah bin AlHakam AsSulami, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika ditanya tentang penulisan dengan kerikil, beliau menjawab, Idris adalah nabi yang menulis dengannya. Beberapa ilmu pengetahuan yang dikuasai Nabi Idris alaihis salam di antaranya adalah ilmu perbintangan, ilmu hitung, dan tata busana. Ilmu perbintangan ini kemudian berkembang menjadi ilmu astronomi yang kita kenal saat ini. Beliaulah manusia pertama yang menjahit pakaiannya sendiri. Hal inilah yang menjadi mendasari Nabi Daud alaihis salam membuat pakaian yang terbuat dari sebagai pelindung diri sebagaimana diceritakan dalam . Menempati Tempat TertinggiDalam surat ayat 5657 Allah subhanahu wa taala berfirman,Dan ceritakanlah Muhammad kisah Idris di dalam kitab Al Quran. Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenarandan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. Merasakan Sakratul MautDalam suatu riwayat dikisahkan, suatu ketika Nabi Idris alaihis salam dikunjungi oleh Malaikat Izrail. Malaikat Izrail berkata, Sesungguhnya aku tidak akan mencabut nyawa seseorang melainkan mendapat izin Allah. Lalu ia meminta kepadanya agar diperlihatkan surga dan neraka. Maka Idris pun naik ke langit, lalu Malaikat Maut memperlihatkan neraka kepadanya. Malaikat Maut berkata, Pergilah, sesungguhnya engkau telah melihatnya, Ke mana tanya Idris. Tidak Demi Allah, aku tidak akan keluar setelah aku memasukinya, tukas Idris.
Hukum Shalat Dhuha Berjamaah dan Dalilnya
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-shalat-dhuha-berjamaah
Shalat berjamaah merupakan ibadah yang sangat dianjurkan bagi umat muslim dan memiliki . Pasalnya, shalat berjamaah memiliki ganjaran pahala yang berlipat ganda sehingga umat muslim ingin mendapatkan ridho Allah SWT sebanyak mungkin.Tak hanya shalat berjamaah pada , ada kala Anda mendapati sebuah pesantren atau tempat ibadah yang melakukan berjamaah.Shalat sunnah ada berbagai macam, salah satunya . Muncullah pertanyaan bagaimana hukum shalat Dhuha secara berjamaah? Apakah diperbolehkan dan memiliki ganjaran yang sama dengan shalat wajib berjamaah? Pada dasarnya ada beberapa shalat sunnah yang dapat dikerjakan secara berjamaah, seperti: , shalat idul adha, shalat gerhana matahari (kusuf), shalat gerhana bulan (khusuf), shalat meminta hujan (istiqa’), shalat tarawih, dan setelah shalat tarawih. Selain shalat sunnah yang belum disebutkan dianjurkan untuk dikerjakan untuk dilakukan sendiri (munfarid). Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut, Artinya: “Hendaklah kalian manusia melaksanakan shalat (sunnah) di rumah kalian karena sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari no. 731)Hal ini menyebabkan asumsi bahwa Shalat Dhuha tidak termasuk ke dalam shalat yang tidak perlu dilakukan secara berjamaah. Shalat Dhuha dapat dilakukan munfarid dan di rumah. Pasalnya, shalat Dhuha telah diwasiatkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana dalam hadits berikut, : Artinya: “(Rasulullah SAW) berwasiat kepadaku tiga perkara yang tidak aku tinggalkan sampai mati: berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha, dan tidur dengan keadaan sudah shalat shalat Witir.” (HR. Bukhari dan Muslim) Artinya: “Jika memang harus melaksanakan shalat dhuha, mengapa tidak di rumah kalian.” (Fathul Bari 3:53)Dalam Hadits muttafaq ‘alaih tidak menyarankan untuk shalat sunnah berjamaah secara terus-menerus sebagai berikut (2) (3). Artinya: “Jika seseorang ingin shalat sunnah selalu secara berjamaah maka ini tidak disyariatkan. Adapun dia shalat sunnah kadang-kadang secara berjamaah, tidak ada yang salah dengan itu, karena terdapat petunjuk dari Rasulullah SAW mengenai hal tersebut, seperti dalam hadits Ibnu Abbas bersamanya dalam doa malam. Seperti halnya dengan Anas bin Malik, semoga Allah senang dengan dia dan anak yatim di rumah Umm Salim dan sejenisnya (3).”Kesimpulannya, Shalat Dhuha berjamaah dibolehkan apabila:Tidak dilakukan secara terus-menerus setiap hariTidak terikat waktu atau peristiwa tertentu.Tidak ada kesepakatan kepada masyarakat.Tidak dilaksanakan bersama-sama di masjid.Jumlah orang yang ikut berjamaah tidak terlalu banyak seperti shalat berjamaah seperti saat mengerjakan shalat wajib.Demikian penjelasan terkait bagaimana hukum shalat dhuha berjamaah. Semoga bermanfaat.
Shalat berjamaah merupakan ibadah yang sangat dianjurkan bagi umat muslim dan memiliki . Pasalnya, shalat berjamaah memiliki ganjaran pahala yang berlipat ganda sehingga umat muslim ingin mendapatkan ridho Allah SWT sebanyak mungkin.Tak hanya shalat berjamaah pada , ada kala Anda mendapati sebuah pesantren atau tempat ibadah yang melakukan berjamaah.Shalat sunnah ada berbagai macam, salah satunya . Muncullah pertanyaan bagaimana hukum shalat Dhuha secara berjamaah Apakah diperbolehkan dan memiliki ganjaran yang sama dengan shalat wajib berjamaah Pada dasarnya ada beberapa shalat sunnah yang dapat dikerjakan secara berjamaah, seperti , shalat idul adha, shalat gerhana matahari kusuf, shalat gerhana bulan khusuf, shalat meminta hujan istiqa, shalat tarawih, dan setelah shalat tarawih. Selain shalat sunnah yang belum disebutkan dianjurkan untuk dikerjakan untuk dilakukan sendiri munfarid. Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut, Artinya Hendaklah kalian manusia melaksanakan shalat sunnah di rumah kalian karena sebaikbaik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib. HR. Bukhari no. 731Hal ini menyebabkan asumsi bahwa Shalat Dhuha tidak termasuk ke dalam shalat yang tidak perlu dilakukan secara berjamaah. Shalat Dhuha dapat dilakukan munfarid dan di rumah. Pasalnya, shalat Dhuha telah diwasiatkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana dalam hadits berikut, Artinya Rasulullah SAW berwasiat kepadaku tiga perkara yang tidak aku tinggalkan sampai mati berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha, dan tidur dengan keadaan sudah shalat shalat Witir. HR. Bukhari dan Muslim Artinya Jika memang harus melaksanakan shalat dhuha, mengapa tidak di rumah kalian. Fathul Bari 353Dalam Hadits muttafaq alaih tidak menyarankan untuk shalat sunnah berjamaah secara terusmenerus sebagai berikut 2 3. Artinya Jika seseorang ingin shalat sunnah selalu secara berjamaah maka ini tidak disyariatkan. Adapun dia shalat sunnah kadangkadang secara berjamaah, tidak ada yang salah dengan itu, karena terdapat petunjuk dari Rasulullah SAW mengenai hal tersebut, seperti dalam hadits Ibnu Abbas bersamanya dalam doa malam. Seperti halnya dengan Anas bin Malik, semoga Allah senang dengan dia dan anak yatim di rumah Umm Salim dan sejenisnya 3.Kesimpulannya, Shalat Dhuha berjamaah dibolehkan apabilaTidak dilakukan secara terusmenerus setiap hariTidak terikat waktu atau peristiwa tertentu.Tidak ada kesepakatan kepada masyarakat.Tidak dilaksanakan bersamasama di masjid.Jumlah orang yang ikut berjamaah tidak terlalu banyak seperti shalat berjamaah seperti saat mengerjakan shalat wajib.Demikian penjelasan terkait bagaimana hukum shalat dhuha berjamaah. Semoga bermanfaat.
Thawaf Wada, Akhir Haji
https://muslim.or.id/18378-thawaf-wada-akhir-haji.html
Thawaf wada adalah sebagai penghormatan terakhir pada Masjidil Haram. Jadinya thawaf ini adalah amalan terakhir bagi orang yang menjalankan haji sebelum ia meninggalkan Mekkah, tidak ada lagi amalan setelah itu. Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Manusia diperintahkan menjadikan akhir amalan hajinya adalah di Baitullah (dengan thowaf wada, pen) kecuali hal ini diberi keringanan bagi wanita haidh. (HR. Bukhari no. 1755 dan Muslim no. 1328). Adapun wanita haidh yang telah menjalani thowaf ifadhoh jika ia bisa menunggu sampai haidhnya suci, maka ia diperintahkan melakukan thowaf wada. Jika tidak mampu menunggu karena harus meninggalkan Mekkah, thowaf wada gugur darinya. Thowaf wada ini wajib menjadi akhir amalan orang yang berhaji di Baitullah dan ia tidak boleh lagi tinggal lama setelah itu. Jika ia tinggal lama setelah itu, thowaf wadanya wajib diulangi. Adapun jika diamnya sebentar seperti karena menunggu rombongan, membeli makanan atau ada kebutuhan lainnya, maka itu tidaklah masalah. Begitu pula jika ada yang belum menunaikan sai hajinya, maka ia boleh menjadikan sainya setelah thowaf wada. Karena melakukan sai tidak memerlukan waktu yang lama. Sedangkan bagi penduduk Mekkah tidak ada kewajiban thowaf wada. Begitu pula tidak ada kewajiban thowaf wada bagi orang yang berumroh karena tidak ada dalil yang menjelaskannya sebagaimana pendapat jumhur ulama, yaitu Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyah dan Hanabilah. Boleh pula mengakhirkan thowaf Ifadhoh dan digabungkan satu niat dengan thowaf Wada. Demikian menurut pendapat yang shahih. Bagi yang telah selesaikan menunaikan seluruh manasik, segeralah pulang dan kembali pada keluarganya, karena demikian mendapatkan pahala yang besar dan inilah yang biasa dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, Safar adalah bagian dari adzab (siksa). Ketika safar salah seorang dari kalian akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah kembali kepada keluarganya. (HR. Bukhari no. 1804 dan Muslim no. 1927). Semoga Allah menjadikan perjalanan haji kita penuh barokah dan menuai haji mabrur yang tiada balasan mulia selain Surga. Referensi: Ar Rofiq fii Rihlatil Hajj, terbitan Majalah Al Bayan, cetakan 1429 H. Shifat Hajjatin Nabi -shallallahu alaihi wa sallam-, Syaikh Abdul Aziz bin Marzuq At Thorifiy, terbitan Maktabah Dar Al Minhaj, cetakan ketiga, 1433 H. @ Sakan 27 Jamiah Malik Suud, Riyadh-KSA, 5 Dzulhijjah 1433 H Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal (Rumaysho.Com) Artikel Muslim.Or.Id
Thawaf wada adalah sebagai penghormatan terakhir pada Masjidil Haram. Jadinya thawaf ini adalah amalan terakhir bagi orang yang menjalankan haji sebelum ia meninggalkan Mekkah, tidak ada lagi amalan setelah itu. Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Manusia diperintahkan menjadikan akhir amalan hajinya adalah di Baitullah dengan thowaf wada, pen kecuali hal ini diberi keringanan bagi wanita haidh. Adapun wanita haidh yang telah menjalani thowaf ifadhoh jika ia bisa menunggu sampai haidhnya suci, maka ia diperintahkan melakukan thowaf wada. Jika tidak mampu menunggu karena harus meninggalkan Mekkah, thowaf wada gugur darinya. Adapun jika diamnya sebentar seperti karena menunggu rombongan, membeli makanan atau ada kebutuhan lainnya, maka itu tidaklah masalah. Begitu pula jika ada yang belum menunaikan sai hajinya, maka ia boleh menjadikan sainya setelah thowaf wada. Karena melakukan sai tidak memerlukan waktu yang lama. Sedangkan bagi penduduk Mekkah tidak ada kewajiban thowaf wada. Boleh pula mengakhirkan thowaf Ifadhoh dan digabungkan satu niat dengan thowaf Wada. Bagi yang telah selesaikan menunaikan seluruh manasik, segeralah pulang dan kembali pada keluarganya, karena demikian mendapatkan pahala yang besar dan inilah yang biasa dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, Safar adalah bagian dari adzab siksa. Ketika safar salah seorang dari kalian akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah kembali kepada keluarganya. Semoga Allah menjadikan perjalanan haji kita penuh barokah dan menuai haji mabrur yang tiada balasan mulia selain Surga. Referensi Ar Rofiq fii Rihlatil Hajj, terbitan Majalah Al Bayan, cetakan 1429 H. Shifat Hajjatin Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Syaikh Abdul Aziz bin Marzuq At Thorifiy, terbitan Maktabah Dar Al Minhaj, cetakan ketiga, 1433 H. Sakan 27 Jamiah Malik Suud, RiyadhKSA, 5 Dzulhijjah 1433 H Penulis Muhammad Abduh Tuasikal Rumaysho.
Apakah boleh bagi seseorang yang ingin berkurban, baik laki-laki mapun perempuan, memotong rambut dan kukunya ?, Apa saja yang dilarang ketika awal munculnya hilah Dzul Hijjah ?
https://islamqa.info/id/answers/83381/seorang-laki-laki-atau-perempuan-jika-ingin-berkurban-keduanya-dilarang-untuk-memotong-rambut-dan-kukunya
Alhamdulillah.Jika hilal Dzul Hijjah terbit, maka diharamkan bagi siapa saja yang ingin berkurban memotong rambut, kuku dan bulu yang lain, berdasarkan hadits riwayat Muslim (1977) dari Ummu Salamah –radhiyallhu ‘anha- bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: ( ) : ( ). “Jika kalian melihat hilal Dzul Hijjah, dan seseorang dari kalian ingin berkurban, maka hendaklah menahan diri (tidak memotong) rambut dan kuku-kukunya”. Dalam redaksi yang lain: “Jika sepuluh hari awal Dzul Hijjah sudah masuk, dan seseorang dari kalian ingin berkurban, maka hendaknya tidak menyentuh (memotong) rambut dan bulu tubuhnya sedikitpun”. Imam Nawawi –rahimahullah- berkata: “Para ulama berbeda pendapat terkait siapa saja yang memasuki sepuluh awal bulan Dzul Hijjah sedang ia ingin berkurban. Sa’id bin Musayyib, Rabi’ah, Ahmad, Ishak, Daud dan sebagian pengikut madzhab Syafi’i berpendapat: Haram hukumnya ia mencukur rambut dan memotong kukunya sampai hewan kurbannya disembelih pada waktunya. Asy Syafi’i dan rekan-rekannya berkata: “Hal itu adalah makruh tanziih dan tidak sampai haram”. (Syarh Muslim) Hukum tersebut untuk umum, baik yang ingin berkurban laki-laki ataupun perempuan. Syeikh Ibnu Baaz pernah ditanya: “Apa yang boleh dilakukan oleh seorang wanita terhadap rambutnya ketika memasuki awal bulan Dzul Hijjah, jika ia berniat untuk berkurban untuk dirinya dan keluarganya, atau untuk kedua orang tuanya ? Beliau menjawab: ”Ia boleh mengurai rambutnya dan mencucinya, akan tetapi jangan disisir. Namun jika ada rambut yang rontok sendiri ketika diurai atau di bilas, maka hal itu tidak masalah”. (Fatawa Syeikh Ibnu Baaz: 18/47) Dan orang yang ingin berkurban tidak dilarang mengganti pakaian, memakai wewangian, dan jima’. Lihat juga jawaban soal nomor: 70290. Wallahu a’alam.
Alhamdulillah.Jika hilal Dzul Hijjah terbit, maka diharamkan bagi siapa saja yang ingin berkurban memotong rambut, kuku dan bulu yang lain, berdasarkan hadits riwayat Muslim 1977 dari Ummu Salamah radhiyallhu anha bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda . Jika kalian melihat hilal Dzul Hijjah, dan seseorang dari kalian ingin berkurban, maka hendaklah menahan diri tidak memotong rambut dan kukukukunya. Dalam redaksi yang lain Jika sepuluh hari awal Dzul Hijjah sudah masuk, dan seseorang dari kalian ingin berkurban, maka hendaknya tidak menyentuh memotong rambut dan bulu tubuhnya sedikitpun. Imam Nawawi rahimahullah berkata Para ulama berbeda pendapat terkait siapa saja yang memasuki sepuluh awal bulan Dzul Hijjah sedang ia ingin berkurban. Said bin Musayyib, Rabiah, Ahmad, Ishak, Daud dan sebagian pengikut madzhab Syafii berpendapat Haram hukumnya ia mencukur rambut dan memotong kukunya sampai hewan kurbannya disembelih pada waktunya. Asy Syafii dan rekanrekannya berkata Hal itu adalah makruh tanziih dan tidak sampai haram. Syarh Muslim Hukum tersebut untuk umum, baik yang ingin berkurban lakilaki ataupun perempuan. Syeikh Ibnu Baaz pernah ditanya Apa yang boleh dilakukan oleh seorang wanita terhadap rambutnya ketika memasuki awal bulan Dzul Hijjah, jika ia berniat untuk berkurban untuk dirinya dan keluarganya, atau untuk kedua orang tuanya Beliau menjawab Ia boleh mengurai rambutnya dan mencucinya, akan tetapi jangan disisir. Namun jika ada rambut yang rontok sendiri ketika diurai atau di bilas, maka hal itu tidak masalah. Fatawa Syeikh Ibnu Baaz 1847 Dan orang yang ingin berkurban tidak dilarang mengganti pakaian, memakai wewangian, dan jima. Lihat juga jawaban soal nomor 70290. Wallahu aalam.
Hadits Arbain #11: Tinggalkanlah yang Meragukanmu
https://rumaysho.com/18479-hadits-arbain-11-tinggalkanlah-yang-meragukanmu.html
Dalam syariat kita, yang ragu-ragu itu ditinggalkan, diperintahkan bagi kita untuk mengambil yang yakin. Lihat penjelasan dalam hadits #11 dari Hadits Arbain karya Imam Nawawi. : . : .Dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan kesayangannya radhiyallahu anhuma, ia berkata, Aku hafal (sebuah hadits) dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Tinggalkanlah yang meragukanmu lalu ambillah yang tidak meragukanmu. (HR. Tirmidzi, An-Nasai. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih) [HR. Tirmidzi, no. 2518; An-Nasai, no. 5714. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih] Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhuma adalah cucu dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari jalur anak perempuan, karenanya disebut sibth. Sedangkan cucu dari anak laki-laki disebut hafiid.Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menyifati Al-Hasan bin Ali dengan as-sayyid, beliau bersabda, Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid (pemimpin), dengannya Allah akan mendamaikan dua kelompok yang bertikai dari umatku. Semoga Allah memperbaiki lewatnya dua kelompok besar yang bertikai. (HR. Abu Daud, no. 4662; Tirmidzi, no. 3773. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)Apa yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam sabdakan benar-benar terjadi, di mana setelah Ali bin Abi Thalib wafat, Al-Hasan dibaiat untuk menjadi khalifah setelahnya. Akan tetapi, ia mengalah dan khilafah diberikannya kepada Muawiyah radhiyallahu anhu.Dengan sikap beliau yang mulia ini, Allah mendamaikan antara pengikut Ali dan pengikut Muawiyah. Dengan sebab ini pulalah kaum muslimin memperoleh kebaikan yang banyak.Al-Hasan lebih utama daripada Al-Husain. Akan tetapi, kaum Rafidhah (Syiah) lebih mengutamakan Al-Husain karena terbunuhnya beliau radhiyallahu anhu membuahkan kesedihan yang sangat mendalam. Mereka menjadikan peristiwa ini sebagai alasan, karena jika seandainya mereka jujur dalam penghormatan kepada Ahlul Bait (keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam), niscaya mereka akan mengutamakan Al-Hasan, karena memang ia lebih utama dari Al-Husain.Adapun istilah Raihanah adalah bunga wangi nan indah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menyifati kedua cucu beliau, Al-Hasan dan Al-Husain dengan sebutan itu.Kata artinya tinggalkanlah. Sedangkan adalah sesuatu yang meragukanmu. Adapun adalah sesuatu yang tidak meragukanmu.Hadits ini termasuk jawamiul kalim, kalimat yang singkat namun padat. Dan para ulama jadikan ini sebagai kaidah dalam fikih. Dalam shahih Bukhari-Muslim disebutkan hadits dari Abdullah bin Zaid radhiyallahu anhu bahwasanya ia pernah mengadukan pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengenai seseorang yang biasa merasakan sesuatu dalam shalatnya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun bersabda, Janganlah berpaling hingga ia mendengar suara atau mendapati bau. (HR. Bukhari, no. 177 dan Muslim, no. 361).Imam Nawawi rahimahullah berkata mengenai hadits di atas, Makna hadits tersebut adalah ia boleh berpaling sampai ia menemukan adanya suara atau mencium bau, dan tidak mesti ia mendapati kedua-duanya sekaligus sebagaimana hal ini disepakati oleh para ulama kaum muslimin (ijmak). Hadits ini menjadi landasan suatu kaidah dalam Islam dan menjadi kaidah fikih, yaitu sesuatu tetap seperti aslinya sampai datang suatu yang yakin yang menyelisihinya. Jika ada ragu-ragu yang datang tiba-tiba, maka tidak membahayakan. (Syarh Shahih Muslim, 4:47). 1- Siapa yang yakin dalam keadaan suci, kemudian dalam keadaan ragu-ragu datang hadats, maka ia tetap dalam keadaan thaharah (suci), baik hal ini didapati ketika shalat atau di luar shalat. Inilah pendapat madzhab Syafii dan mayoritas ulama lainnya dari salaf (ulama dahulu) dan khalaf (ulama belakangan). Demikian kata Imam Nawawi rahimahullah sebagaimana dalam Syarh Shahih Muslim, 4:47.2- Siapa yang berhadats pada Shubuh hari, kemudian ia ragu-ragu setelah itu apakah ia sudah bersuci ataukah belum, maka ia dihukumi seperti keadaan pertama yaitu ia dalam keadaan hadats. Jadinya ia harus berwudhu. Karena keadaan awal itulah keadaan yang yakin dan tidak bisa dikalahkan dengan hanya sekedar ragu-ragu. (Syarh Al-Manzhumah As-Sadiyah, hlm. 77)3- Barangsiapa yang pada sore hari menjelang matahari tenggelam telah berbuka puasa, padahal ia masih ragu akan tenggelamnya matahari, maka batal puasanya. Karena yang yakin adalah matahari belum tenggelam dan yakin tersebut tidak bisa dihilangkan dengan sekedar ragu-ragu. Lihat Al-Mufasshal fi Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah, hlm. 283.4- Seseorang membeli air dan mengklaim setelah itu bahwa air tersebut najis. Lalu si penjual mengingkarinya. Maka yang jadi pegangan adalah perkataan si penjual. Karena hukum asal air–inilah hukum yakinnya–adalah suci, tidak bisa dihilangkan dengan ragu-ragu. (Al-Mufasshal fi Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah, hlm. 283).5- Jika seseorang bepergian jauh ke suatu negeri dan tidak lagi didengar kabarnya dalam jangka waktu yang lama. Lalu muncul keraguan apakah ia masih hidup. Padahal tidak ada berita yang menunjukkan kematiannya, artinya belum datang suatu yang yakin. Maka tidak boleh ia dinyatakan mati sampai datang berita yang pasti (yang yakin). Sehingga ahli waris tidak bisa begitu saja membagi hartanya sebagai warisan sampai yakin akan kematiannya. (Al-Mufasshal fi Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah, hlm. 282).6- Jika seseorang yakin di pakaiannya terdapat najis, namun tidak diketahui manakah tempatnya, maka dalam rangka kehati-hatian, ia menggosok seluruh bagian dari pakaiannya. Karena keraguan tidak bisa menghilangkan yang yakin. (Al-Mufasshal fi Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah, hlm. 282).7- Tidak wajib bagi pembeli menanyakan kepada penjual mengenai barang dagangannya apakah barang tersebut miliknya atau bukan, atau barang tersebut barang curian ataukah bukan. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Hukum asal segala sesuatu di tangan seorang muslim adalah miliknya (Majmuah Al-Fatawa, 29:323). Inilah hukum asalnya dan inilah yang yakin. Yang yakin ini tidak bisa dikalahkan dengan sekedar keraguan.8- Kehati-hatian dalam rangka ragu-ragu dalam masalah menilai suatu air, bukanlah hal yang disunnahkan (dianjurkan) bahkan tidak disunnahkan sama sekali untuk menanyakannya. Bahkan yang dianjurkan adalah membangun perkara di atas hukum asal yaitu suci. Jika ada indikasi yang menunjukkan najis, barulah dikatakan najis. Jika tidak, maka tidak perlu sampai dianjurkan untuk menjauhi penggunaan air tersebut cuma atas dasar sangkaan. Namun jika telah sampai hukum yakin, maka ini masalah lain lagi. Demikian yang dicontohkan oleh Ibnu Taimiyah dalam Majmuah Al-Fatawa, 21:56.9- Ada seseorang yang telah selesai shalat, lantas ia ragu-ragu apakah mengerjakan shalat Zhuhur tadi tiga ataukah empat rakaat. Keragu-raguan seperti ini tidak perlu diperhatikan. Asalnya shalatnya sah. Selama tidak datang yakin kalau ia mengerjakan shalat tiga rakaat. Kalau memang yakin baru tiga rakaat, maka ia menambah lagi rakaat yang keempat selama jedanya tidak lama, lalu ia salam, dan kemudian tutup dengan sujud sahwi. Lihat Syarh Al-Arbain An-Nawawiyyah, hlm. 180.Semoga bermanfaat.Allahumma inna nas-aluka ilman naafia. —Diselesaikan di Pesantren Darush Sholihin, Jumat sore, 12 Dzulhijjah 1439 HOleh: Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.Com
Dalam syariat kita, yang raguragu itu ditinggalkan, diperintahkan bagi kita untuk mengambil yang yakin. Lihat penjelasan dalam hadits 11 dari Hadits Arbain karya Imam Nawawi. . Sedangkan cucu dari anak lakilaki disebut hafiid. Semoga Allah memperbaiki lewatnya dua kelompok besar yang bertikai. AlHafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahihApa yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam sabdakan benarbenar terjadi, di mana setelah Ali bin Abi Thalib wafat, AlHasan dibaiat untuk menjadi khalifah setelahnya. Akan tetapi, ia mengalah dan khilafah diberikannya kepada Muawiyah radhiyallahu anhu. Dengan sebab ini pulalah kaum muslimin memperoleh kebaikan yang banyak. Mereka menjadikan peristiwa ini sebagai alasan, karena jika seandainya mereka jujur dalam penghormatan kepada Ahlul Bait keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, niscaya mereka akan mengutamakan AlHasan, karena memang ia lebih utama dari AlHusain. Adapun istilah Raihanah adalah bunga wangi nan indah. Sedangkan adalah sesuatu yang meragukanmu. Dan para ulama jadikan ini sebagai kaidah dalam fikih. 361.Imam Nawawi rahimahullah berkata mengenai hadits di atas, Makna hadits tersebut adalah ia boleh berpaling sampai ia menemukan adanya suara atau mencium bau, dan tidak mesti ia mendapati keduaduanya sekaligus sebagaimana hal ini disepakati oleh para ulama kaum muslimin ijmak. Jika ada raguragu yang datang tibatiba, maka tidak membahayakan. Demikian kata Imam Nawawi rahimahullah sebagaimana dalam Syarh Shahih Muslim, 447.2 Siapa yang berhadats pada Shubuh hari, kemudian ia raguragu setelah itu apakah ia sudah bersuci ataukah belum, maka ia dihukumi seperti keadaan pertama yaitu ia dalam keadaan hadats. 773 Barangsiapa yang pada sore hari menjelang matahari tenggelam telah berbuka puasa, padahal ia masih ragu akan tenggelamnya matahari, maka batal puasanya. 283.4 Seseorang membeli air dan mengklaim setelah itu bahwa air tersebut najis. AlMufasshal fi AlQawaid AlFiqhiyyah, hlm. Padahal tidak ada berita yang menunjukkan kematiannya, artinya belum datang suatu yang yakin. Sehingga ahli waris tidak bisa begitu saja membagi hartanya sebagai warisan sampai yakin akan kematiannya. Karena keraguan tidak bisa menghilangkan yang yakin. 282.7 Tidak wajib bagi pembeli menanyakan kepada penjual mengenai barang dagangannya apakah barang tersebut miliknya atau bukan, atau barang tersebut barang curian ataukah bukan. Inilah hukum asalnya dan inilah yang yakin. Yang yakin ini tidak bisa dikalahkan dengan sekedar keraguan.8 Kehatihatian dalam rangka raguragu dalam masalah menilai suatu air, bukanlah hal yang disunnahkan dianjurkan bahkan tidak disunnahkan sama sekali untuk menanyakannya. Namun jika telah sampai hukum yakin, maka ini masalah lain lagi. Demikian yang dicontohkan oleh Ibnu Taimiyah dalam Majmuah AlFatawa, 2156.9 Ada seseorang yang telah selesai shalat, lantas ia raguragu apakah mengerjakan shalat Zhuhur tadi tiga ataukah empat rakaat. Selama tidak datang yakin kalau ia mengerjakan shalat tiga rakaat.
Lafal Ijab Kabul Akad Nikah yang Benar
https://konsultasisyariah.com/8455-ijab-kabul-akad-nikah.html
Assalamu’alaikum. Ustadz, bagaimanakah ucapan atau lafal ijab kabul pernikahan yang benar menurut islam? Mohon penjelasan. Donar Jawaban: Wa’alaikum salam. Di antara rukun nikah adalah adanya ijab kabul. Ijab adalah perkataan wali pengantin wanita kepada pengantin pria: Zawwajtuka ibnatii…, saya nikahkan kamu dengan putriku…. Sedangkan kabul adalah ucapan pengantin pria: Saya terima… Jika sudah dilakukan ijab kabul dan dihadiri dua saksi laki-laki atau diumumkan (diketahui halayak), maka nikahnya sah. Dalam pengucapn ijab kabul, tidak disyaratkan menggunakan kalimat tertentu dalam ijab kabul. Akan tetapi, semua kalimat yang dikenal masyarakat sebagai kalimat ijab kabul akad nikah maka status nikahnya sah. Lajnah Daimah ditanya tentang lafadz nikah. Mereka menjawab, Semua kalimat yang menunjukkan ijab kabul maka akad nikahnya sah dengan menggunakan kalimat tersebut, menurut pendapat yang lebih kuat. Yang paling tegas adalah kalimat: ‘zawwajtuka’ dan ‘ankahtuka’ (aku nikahkan kamu), kemudian ‘mallaktuka’ (aku serahkan padamu). Fatawa Lajnah Daimah (17:82). Demikian penjelasan di: Pendapat yang lebih kuat, bahwa akad nikah sah dengan selain bahasa Arab, meskipun dia bisa bahasa Arab. Disebutkan dalam Mausu’ah Fiqhiyah al-Kuwaitiyah: Mayoritas ulama berpendapat bahwa orang yang tidak bisa bahasa Arab boleh melakukan akad nikah dengan bahasa kesehariannya. Karena dia tidak mampu berbahasa Arab, sehingga tidak harus menggunakan bahasa arab. Sebagaimana orang bisu. Kemudian disebutkan perselisihan ulama tentang akad nikah dengan selain bahasa Arab, yang kesimpulannya: Akad nikah sah dengan bahasa apapun, meskipun orangnya bisa bahasa Arab. Ini adalah pendapat Hanafiyah, Syafi’iyah – menurut keterangan yang lebih kuat –, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan Ibnu Qudamah. Dalam hal ini kedudukan bahasa non-Arab dengan bahasa Arab sama saja. Karena Orang yang menggunakan bahasa selain Arab, memiliki maksud yang sama dengan orang yang berbahasa Arab. Akad nikah tidak sah dengan selain bahasa Arab. Meskipun dia tidak bisa bahasa Arab. Ini adalah pendapat sebagian ulama Syafi’iyah. Mereka beralasan bahwa lafadz ijab kabul akad nikah statusnya sebagaimana takbir ketika salat yang hanya boleh diucapkan dengan bahasa Arab. Akad nikah sah menggunakan selain bahasa Arab, dengan syarat pelakunya tidak bisa bahasa Arab. Jika pelakunya bisa bahasa Arab maka harus menggunakan bahasa Arab. Ini adalah pendapat ketiga dalam madzhab syafii. (Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah: 11:174). Diantara syarat sahnya nikah adalah adanya kejelasan masing-masing pengantin. Seperti menyebut nama pengantin wanita atau dengan isyarat tunjuk, jika pengantin ada di tempat akad. Misalnya, seorang wali pengantin wanita berkata kepada pengantin lelaki “Aku nikahkan kamu dengan anak ini, kemudian si wali menunjuk putrinya yang berada di sebelahnya.” hukum akad nikahnya sah. Ibnu Qudamah mengatakan, “Diantara syarat nikah adalah adanya kejelasan pengantin. Karena orang yang melakukan akad dan yang diakadkan harus jelas. Kemudian dilihat, jika pengantin wanita ada di tempat akad, kemudian wali mengatakan, ‘saya nikahkan anda dengan anak ini’ maka akad nikahnya sah. Karena isyarat sudah dianggap penjelasan. Jika ditambahi, misalnya dengan mengatakan, ‘saya nikahkan kamu dengan anakku yang ini’ atau ‘…dengan anakku yang bernama fulanah’ maka ini sifatnya hanya menguatkan makna. Jika pengantin wanita tidak ada di tempat akad maka ada dua keadaan: Wali hanya memiliki satu anak perempuan. Maka dia boleh mengatakan, “Saya nikahkan anda dengan putriku” Jika disebutkan namanya maka statusnya hanya menguatkan. Wali nikah memiliki anak perempuan lebih dari satu. Wali ini tidak boleh menggunakan kalimat umum, misalnya mengatakan, “Saya nikahkan kamu dengan putriku” Dalam keadaan ini akad nikahnya tidak sah, sampai si wali menyebutkan ciri khas salah satu putrinya yang hendak dia nikahkan, baik dengan menyebut nama atau sifatnya. Misalnya dia mengatakan, “Saya nikahkan kamu dengan putriku yang pertama atau yang bernama…” (Al-Mughni, 7:444). Allahu a’lam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah) Artikel Materi terkait: 1. Urutan Wali Nikah. 2. Biaya Pernikah KUA, Siapa yang Menanggung? 3. Mau Menikah Sirri.
Ustadz, bagaimanakah ucapan atau lafal ijab kabul pernikahan yang benar menurut islam Mohon penjelasan. Di antara rukun nikah adalah adanya ijab kabul. Ijab adalah perkataan wali pengantin wanita kepada pengantin pria Zawwajtuka ibnatii, saya nikahkan kamu dengan putriku. Lajnah Daimah ditanya tentang lafadz nikah. Mereka menjawab, Semua kalimat yang menunjukkan ijab kabul maka akad nikahnya sah dengan menggunakan kalimat tersebut, menurut pendapat yang lebih kuat. Yang paling tegas adalah kalimat zawwajtuka dan ankahtuka aku nikahkan kamu, kemudian mallaktuka aku serahkan padamu. Karena dia tidak mampu berbahasa Arab, sehingga tidak harus menggunakan bahasa arab. Kemudian disebutkan perselisihan ulama tentang akad nikah dengan selain bahasa Arab, yang kesimpulannya Akad nikah sah dengan bahasa apapun, meskipun orangnya bisa bahasa Arab. Dalam hal ini kedudukan bahasa nonArab dengan bahasa Arab sama saja. Karena Orang yang menggunakan bahasa selain Arab, memiliki maksud yang sama dengan orang yang berbahasa Arab. Ini adalah pendapat sebagian ulama Syafiiyah. Diantara syarat sahnya nikah adalah adanya kejelasan masingmasing pengantin. Seperti menyebut nama pengantin wanita atau dengan isyarat tunjuk, jika pengantin ada di tempat akad. Misalnya, seorang wali pengantin wanita berkata kepada pengantin lelaki Aku nikahkan kamu dengan anak ini, kemudian si wali menunjuk putrinya yang berada di sebelahnya. Karena orang yang melakukan akad dan yang diakadkan harus jelas. Karena isyarat sudah dianggap penjelasan. Jika ditambahi, misalnya dengan mengatakan, saya nikahkan kamu dengan anakku yang ini atau dengan anakku yang bernama fulanah maka ini sifatnya hanya menguatkan makna. Jika pengantin wanita tidak ada di tempat akad maka ada dua keadaan Wali hanya memiliki satu anak perempuan. Maka dia boleh mengatakan, Saya nikahkan anda dengan putriku Jika disebutkan namanya maka statusnya hanya menguatkan. Wali ini tidak boleh menggunakan kalimat umum, misalnya mengatakan, Saya nikahkan kamu dengan putriku Dalam keadaan ini akad nikahnya tidak sah, sampai si wali menyebutkan ciri khas salah satu putrinya yang hendak dia nikahkan, baik dengan menyebut nama atau sifatnya. Misalnya dia mengatakan, Saya nikahkan kamu dengan putriku yang pertama atau yang bernama AlMughni, 7444. Allahu alam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Konsultasi Syariah Artikel Materi terkait 1. Biaya Pernikah KUA, Siapa yang Menanggung 3.
Kaidah yang Lagi Viral “Mengambil yang Lebih Ringan Mudharatnya”
https://radiomutiaraquran.com/2019/04/10/kaidah-yang-lagi-viral-mengambil-yang-lebih-ringan-mudharatnya/
Dalam tulisan ini, penulis ingin memberikan sedikit faedah tentang kaidah ini, dan untuk lebih mudah memahaminya, penulis akan jabarkan dalam beberapa poin berikut ini: Pertama: Dalam bahasa arab, ada banyak redaksi utk kaidah ini, diantaranya: – Mudharat yang lebih berat, harus dihilangkan dengan melakukan yang mudharat yang lebih ringan – Yang harusnya dipilih adalah mudharat yang lebih ringan – Yang harusnya dipilih adalah keburukan yang lebih ringan – Jika ada dua mudharat yang berkumpul, maka yang lebih besar harus digugurkan, untuk melakukan yang lebih kecil. – Mafsadat yang lebih ringan harus dijalani untuk menolak mafsadat yang lebih besar. – Apabila ada dua mafsadat bertentangan, maka yang harus ditinggalkan adalah mafsadat yang mudharatnya lebih besar, dengan melakukan mudharat yang lebih ringan. Jika ada banyak mafsadat berkumpul, dan terpaksa harus melakukan salah satunya, maka yang didahulukan sebagai pilihan adalah mafsadat yang paling ringan. Baca Juga: Jangan Sembarang Share Berita Dan Wacana Yang Membuat Resah Kedua: Kaidah ini adalah bukti nyata kesempurnaan Islam dan betapa besar rahmat yang dibawa oleh Islam. Dalam masalah yang sulit seperti ini pun, Islam masih memberikan solusi yang memudahkan manusia, dan tentunya akan tetap mendatangkan pahala bila niatnya adalah untuk tunduk dan patuh kepada syariat Allah yang menciptakan kita. Ketiga: Ada banyak dalil yang menunjukkan benarnya kaidah ini, diantaranya: 1. Firman Allah Ta’ala: “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah: berperang dalam bulan itu adalah dosa besar. Tetapi menghalangi orang dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) masjidil haram, dan mengusir penduduknya darinya, itu lebih besar dosanya dalam pendangan Allah. Dan tindakan² fitnah tersebut lebih parah daripada pembunuhan”. [Al-Baqarah: 217]. Baca Juga: Hukum Pemilu / Pilpres (1) : Dibolehkan Jika Ada Maslahah Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa mafsadat yang dilakukan oleh kaum musyrikin berupa: tindakan kufur kepada Allah, menghalangi manusia dari petunjuk Allah, mengusir kaum muslimin dari tanah mekah, ini semua lebih berat dari tindakan kaum muslimin memerangi sebagian kaum musyrikin di bulan haram itu. Sehingga tindakan memerangi orang-orang kafir di bulan haram saat itu menjadi boleh, karena mafsadatnya lebih ringan daripada mafsadat² yang dilakukan kaum musyrikin terhadap kaum muslimin .. dan kaum muslimin tidaklah melakukan hal itu kecuali agar mafsadat yang lebih besar dari kaum musyrikin tidak terjadi. 2. Firman Allah Ta’ala tentang kisah Nabi Khidir alaihissalam yang melubangi kapal milik orang miskin dan membunuh anak kecil . Kedua tindakan ini dilakukan oleh beliau untuk menghindari mudharat yang lebih besar, yaitu: diambilnya kapal yang masih bagus oleh penguasa yang zalim, dan kufurnya kedua orang tua anak tersebut karena terfitnah oleh anaknya. [Lihat QS Al-Kahfi, ayat: 71-74, dan ayat 79-81, dan kitab Al-qawaid wal ushul A-ljamiah: 150] 3. Firman Allah Ta’ala tentang larangan mencela tuhannya kaum kafir, karena itu menyebabkan mereka mencela Allah Ta’ala [Al-An’am: 108]. Hal ini disebabkan karena mafsadat dicelanya Allah secara zalim itu jauh lebih besar daripada mafsadat tidak dicelanya tuhan-tuhan mereka yang batil itu. 4. Diantara dalil yang menjadi dasar kaidah di atas adalah kisah perjanjian Hudaibiyah, dimana ada beberapa sisi ketidak-adilan yang tampak jelas dalam perjanjian itu. Akan tetapi hal itu tetap diterima dan dipilih oleh Nabi kita shallallahu alaihi wasallam, karena mafsadat tidak menerima perjanjian itu lebih besar, yaitu dengan terancamnya kaum muslimin yang masih berada di mekah dari pembunuhan dan penyiksaan. [Shahih Bukhari: 2731]. Dan terbukti setelah perjanjian itu, tidak hanya kaum muslimin yang ada di makkah selamat, tapi lebih dari itu perkembangan dakwah beliau semakin cepat dan menguat dimana-mana. 5. Dalil lain yang menunjukkan benarnya kaidah di atas adalah kisah seorang badui yang kencing di masjid Nabi shallallahu alaihi wasallam, kemudian ada sebagian sahabat beliau yang ingin menghentikannya. Maka beliau mengatakan kepada para sahabatnya, “Biarkan dia, dan jangan kalian memutus (kencing)-nya!” Kemudian beliau meminta seember air, lalu beliau menyiram (tempat bekas kencing)-nya. [HR. Muslim 284] Ini menunjukkan bahwa beliau lebih memilih mudharat yang lebih ringan. Jika orang badui itu dihardik dan dihentikan, maka air kencingnya akan berhamburan di masjid beliau, tentu ini mafsadat yang lebih besar. Oleh karena itu, beliau meninggalkan mafsadat tersebut dengan cara membiarkan mafsadat yang lebih ringan, yaitu:kencing di masjid beliau sampai selesai di satu tempat saja. Baca Juga: Pelajaran dari Perdebatan Memberikan Suara dalam Pemilu Keempat: Sebagian orang mengatakan, bahwa “Kaidah ini hanya berlaku bila keadaannya darurat, ketika keadaannya tidak darurat, maka kaidah ini tidak boleh diterapkan”. Ini adalah kesimpulan yang prematur dan tidak sesuai dengan praktik para ulama dalam menjelaskan kaidah ini. Tapi yang menjadi syarat kaidah ini adalah “Ketika dua mudharat tidak bisa dihindari semuanya, tapi masih bisa menghindari salah satunya dan tahu mudharat yang lebih ringan, maka itulah yang harusnya dilakukan”. Ada beberapa bukti yang menunjukkan hal ini, diantaranya: a. Kenyataan bahwa contoh yang diberikan oleh para ulama dalam kaidah “mengambil mudharat yang lebih ringan”, tidak semuanya sampai pada keadaan darurat. Sehingga bisa kita pahami, bahwa kaidah itu tidak hanya berlaku pada keadaan darurat saja, tapi juga bisa berlaku pada keadaan lain. b. Kenyataan bahwa kaidah “mengambil mudaharat yang lebih ringan” sering disandingkan dengan kaidah “apabila maslahat dan mafsadat berkumpul, dan maslahatnya lebih besar, maka yang didahulukan adalah maslahatnya”. Karena kaidah ini tidak hanya berlaku ketika keadaan darurat, maka kaidah yang sering disandingkan dengannya pun demikian, tidak hanya berlaku pada keadaan darurat saja. Di antara contohnya adalah berdakwah lewat video, ada maslahatnya, ada juga mafsadatnya. Akan tetapi kalau kita bandingkan, maka kita akan dapati lebih banyak maslahatnya, sehingga tetap boleh dilakukan. c. Kenyataan bahwa mudharat atau mafsadah itu bisa terjadi meski keadaannya tidak darurat. Apabila ada dua mudharat atau mafsadat yang tidak bisa kita hindari semuanya, maka yang kita lakukan adalah memilih mudharat atau mafsadat yang lebih ringan. Perlu diketahui, bahwa keadaan darurat adalah “Sesuatu yang harus ada untuk terciptanya maslahat agama dan dunia. Sehingga bila tidak ada, maka maslahat dunia akan rusak, keadaan kacau, dan terjadi kematian. Sedang di akhirat mendatangkan kerugian nyata dengan tidak mendapatkan surga dan kenikmatan”. [Al-Muwafaqat: 2/8] Atau lebih simpelnya keadaan darurat adalah “Keadaan yang apabila seseorang tidak melakukan larangan, dia akan mati atau mendekati kematian”. [Al-Mantsur fil Qawaid liz zarkasyi 2/319] atau “Kebutuhan mendesak yang memaksa seseorang melakukan sesuatu yang diharamkan syariat”. [Haqiqatud Dharuratisy Syar’iyyah, lil jizani, hal: 25] Baca Juga: Sogok Warga Agar Dapat Suara dalam Pemilu Kelima: Ada banyak contoh yang disebutkan oleh para ulama dalam penerapan kaidah ini. Kalau kita renungkan, kita akan mendapati bahwa kaidah itu bisa diterapkan pada semua keadaan, baik keadaannya darurat maupun tidak. Yang penting dua mudharat itu tidak bisa dihindari semuanya, dan hanya bisa menghindar dari salah satunya. Berikut sebagian contoh kaidah ini: 1. Bolehnya mendiamkan kemungkaran, apabila ditakutkan timbul kemungkaran yang lebih besar dengan mengingkarinya, karena mafsadat adanya kemungkaran yang sedang terjadi = lebih ringan daripada mafsadat kemungkaran yang dikhawatirkan. [Alqawaid Alkubra, hal: 532] 2. Apabila cincin berharga seseorang dimakan oleh ayam ternak tetangganya, maka pemilik cincin itu berhak memiliki ayam tersebut dengan membelinya, lalu menyembelihnya untuk mendapatkan kembali cincinnya, karena mafsadat matinya ayam ternak lebih ringan, daripada mafsadat hilangnya cincin berharga. [Alqawaid Alkubra, hal: 532] 3. Seandainya ada orang yang shalat, dia tidak mampu menutup auratnya ketika berdiri. Tetapi bila dia duduk auratnya bisa tertutupi, maka dia diperintahkan untuk shalat duduk, karena mafsadat tidak berdiri lebih ringan daripada mafsadat tidak menutup aurat dalam shalat. [Alqawaid Alkubra, hal: 532] 4. Boleh bagi produsen atau pemerintah membatasi harga jual suatu produk, padahal membatasi harga jual pada asalnya dilarang dan itu bisa mendatangkan mudharat kepada penjual. Tetapi hal itu menjadi boleh, karena mudharat mahalnya harga yang harus dialami oleh masyarakat umum = lebih besar dan lebih luas efeknya, daripada mudharat yang harus dialami oleh penjual. 5. Apabila ada orang terpaksa harus makan, dan di depannya hanya ada dua bangkai, yang satu bangkai kambing, dan yang satu bangkai anjing, maka yang harus dia pilih adalah bangkai kambing, karena mudharatnya lebih ringan. [Alqawaid Wal Ushul Aljamiah: 86] 6. Barangsiapa terpaksa harus menjimak salah satu dari dua isterinya, tapi yang satunya sedang haid dan yang satunya lagi puasa wajib. Maka yang harus dia pilih adalah isteri yang sedang puasa wajib, karena itu yang mudharatnya lebih ringan, karena puasa wajib boleh dibatalkan untuk kebutuhan orang lain yang mendesak, seperti: karena menyusui, khawatir dengan kesehatan janin, menyelamatkan seseorang dari kebakaran, dst. [Al-qawaid Wal Ushul Al-jamiah: 86] Baca Juga: Menjadi Sesat Karena Hobi Berdebat Kusir 7. Boleh merusak rumah seseorang yang berada di samping rumah orang lain yang sedang terbakar dengan pertimbangan agar kebakaran tidak menjalar ke banyak rumah yang lainnya, karena rusaknya satu rumah adalah mudharat yang lebih ringan, daripada terbakar dan rusaknya banyak rumah yang lainnya. [Al-qawaid Wal Ushul Al-jamiah, ta’liq Syeikh Utsaimin: 151] 8. Boleh untuk tidak taat kepada kedua orang tua ketika melarang anaknya menunaikan ibadah haji wajib, meskipun itu menjadikan mereka marah, karena mudharat tidak menunaikan kewajiban ibadah haji lebih besar daripada mudharat tidak taat kepada kedua orang tua. Karena mudharat bermaksiat kepada Allah lebih besar daripada mudharat bermaksiat kepada kedua orang tua, maka ada sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam yang artinya: “Tidak boleh taat kepada makhluk, dalam hal bermaksiat kepada sang Khaliq” [Alqawaid Wal Ushul Aljamiah, ta’liq syeikh Utsaimin: 151] 9. Apabila seorang yang sedang ihram terpaksa harus makan, dan di depannya hanya ada dua pilihan, hewan buruan atau bangkai kambing. Maka yang menjadi pilihan adalah hewan buruan, karena memakan hewan buruan bagi dia, mudharatnya lebih ringan. Karena haramnya bangkai itu berkaitan dengan dzatnya, sedangkan haramnya hewan buruan itu bukan karena dzatnya, tapi karena keadaan dia yang sedang ihram. [Alqawaid Wal Ushul Aljamiah, ta’liq syeikh Utsaimin: 152] 10. Boleh berdusta antara suami isteri untuk menjaga keharmonisan dan rasa cinta antara keduanya. Karena mudharat dusta untuk menguatkan tali pernikahan = lebih ringan daripada rusaknya tali suci pernikahan. [Hadits At-Tirmidzi No. 1939, Hadist shahih] 11. Boleh berdusta untuk mendamaikan dua insan yang sama-sama muslim yang sedang tidak rukun. Karena mudharat berdusta untuk mendamaikan keduanya = lebih ringan daripada rusaknya persaudaraan sesama muslim. [Hadits At-Tirmidzi No. 1939, Hadist shahih] 12. Boleh membuka perut ibu hamil yang sudah meninggal, bila diperkirakan janinnya bisa diselamatkan dengan cara itu. Karena mudharat dilukainya tubuh mayit lebih ringan daripada mudharat matinya janin yang ada di rahimnya. [Al-wajiz fil qawaidil fiqhiyyah 261] 13. Seseorang yang dimintai keterangan tentang wanita yang akan dipinang, dia boleh membuka aib wanita itu kepada orang yang ingin meminangnya. Karena mudharat membuka aibnya dalam kondisi seperti ini lebih ringan daripada mudharat salah pilih istri yang akan dialami oleh orang tersebut. 14. Boleh menyebut orang dengan aib yang ada pada jasadnya, jika memang dengan itu kita mudah mengenalkannya kepada orang lain, selama tidak ada niat merendahkan. Padahal itu sebenarnya masuk dalam kategori ghibah, tapi ini dibolehkan, karena memang mudharatnya lebih ringan daripada mudharat sulitnya mengenalkan orang tersebut. Makanya ada beberapa ulama yang masyhur dengan sebutan yang menunjukkan aib pada tubuhnya, seperti: Al-A’masy (yang matanya kabur), Al-A’raj (yang pincang), Al-Ashamm (yang tuli), Al-A’ma (yang buta), Al-Ahwal (yang juling), dst. Baca Juga: Inilah Noda Hitam Demokrasi 15. Orang yang memamerkan kemaksiatannya, boleh disebarkan aibnya yang berhubungan dengan kemaksiatan tersebut. Karena mudharat meng-ghibah dia dalam kondisi seperti itu lebih ringan daripada mudharat tertipunya masyarakat umum dengan keadaan dia. 16. Boleh memajang gambar hewan bernyawa seperti burung tertentu atau foto figur tertentu, bila memang tanpa itu keberlangsungan lembaga pendidikan akan terkendala. Karena mudharat memajang gambar hewan bernyawa lebih ringan daripada mudharat terkendalanya kehidupan lembaga pendidikan. 17. Boleh memberikan jalan kepada kelompok-kelompok tertentu untuk mengadakan kajian di masjid fasum, bila tanpa itu kajian ahlussunnah malah akan distop oleh mereka yang mayoritas. Karena mudharat adanya kajian mereka lebih ringan, daripada mudharat distopnya kajian ahlussunnah di masjid fasum tersebut. 18. Boleh menggunakan keberadaan preman, untuk melindungi kegiatan² dakwah, bila tanpa itu kegiatan dakwah tidak bisa berlangsung dengan baik, aman, dan lancar .. karena mafsadat hidupnya preman tersebut yang dibarengi dengan aman dan lancarnya kegiatan dakwah = lebih ringan daripada terhentinya kegiatan dakwah di daerah tersebut. 19. Boleh memandang wanita yang bukan mahram ketika ada niat kuat untuk menikahinya (yakni: dalam syariat nazhar). Karena mudharat melihat wanita yang bukan mahram dalam kondisi seperti itu lebih ringan, daripada mudharat terganggunya akad nikah di kemudian hari apabila dia kurang puas dengan keadaan lahir pasangannya karena tidak nazhar sebelum melakukan akad. 20. Apabila dalam suatu keadaan, kita tidak bisa menghindar dari 2 pilihan buruk, mengorbankan kalung emas 50 gram, atau mengorbankan uang di dompet 5 juta. Maka tentunya kita akan memilih mengorbankan uang 5 juta di dompet, karena mudharatnya lebih ringan daripada mudharat kehilangan kalung emas 50 gram. [Qowaidul Ahkam 1/74] 21. Boleh ikut menyumbangkan suara di pemilu, karena mudharat ikut memilih calon yang lebih baik untuk Islam dan kaum muslimin = lebih ringan daripada mudharat dikuasainya kaum muslimin oleh mereka yang tidak perhatian kepada Islam dan kaum muslimin atau bahkan memusuhi Islam dan kaum muslimin. Dan masih banyak contoh-contoh yang lainnya. Coba kita renungkan contoh-contoh di atas, apakah semuanya masuk dalam keadaan darurat. Orang yang obyektif dan insaf, akan mengatakan tidak semuanya masuk dalam keadaan darurat, yang ada adalah adanya dua mafsadat atau kemudharatan yang tidak memberikan pilihan kecuali mengambil salah satunya. Baca Juga: Jangan Salah Pilih Idola! Keenam: Apakah penerapan kaidah “mengambil yang lebih ringan mudharatnya” dalam masalah bolehnya mengikuti pemilu, sudah tepat dan memenuhi syarat? Kita katakan, bahwa penerapan kaidah itu dalam masalah pemilu sudah tepat dan memenuhi syarat, karena dua alasan: a. Alasan pertama. Karena banyak Syeikh kibar ketika berfatwa tentang bolehnya ikut memilih dalam pemilu menyebutkan kaidah ini dalam penjelasannya. Jika penerapan kaidah ini dalam masalah pemilu tidak memenuhi syarat, tentunya mereka tidak akan menyebutkannya. [sebagiannya bisa dilihat di link ini: Tentang Memberikan Suara di PEMILU b. Alasan kedua. Karena sistem demokrasi ini adalah keburukan yang dipaksakan kepada kita. Mau tidak mau kita harus mengikuti dan menjalaninya. Memilih atau tidak memilih, dua-duanya adalah pilihan yang diberikan oleh sistem demokrasi. Sehingga sebenarnya apapun keadaan kita, memilih atau tidak, tetap saja kita masih dalam sistem demokrasi, ini tidak bisa kita hindari selama kita masih hidup di negara demokrasi dan kita ikut memilih atau tidak ikut memilih, sistem itu akan tetap berjalan, dan efeknya akan mempengaruhi Islam dan kaum muslimin. Jika keadaannya demikian, tidak diragukan lagi, bahwa menyumbangkan suara dalam pemilu untuk memilih calon pemimpin yang lebih ringan keburukannya bagi Islam dan kaum muslimin mudharatnya lebih ringan daripada mudharat tidak ikut menyumbangkan suara di pemilu, bila akhirnya akan berakibat buruk terhadap Islam dan kaum muslimin. Cobalah kita bayangkan bila kaum muslimin yang baik-baik tidak ikut memilih dalam pemilu? Apakah dengan begitu sistem demokrasi akan berhenti? Tentunya tidak, sistem ini akan tetap berjalan selama masih ada banyak pemilih yang menyumbangkan suaranya. Lalu jika kaum muslimin yang baik-baik tidak ikut memilih pemimpin, siapa yang akan memilih pemimpin? Tidak lain adalah kaum muslimin yang tidak baik, dan mereka yang non muslim (kafir). Jika yang memilih pemimpin adalah orang-orang yang tidak baik, lalu apakah mereka akan memilih pemimpin yang memperjuangkan kebaikan untuk Islam dan kaum muslimin? Tentunya tidak, karena jawaban “iya” sangat jauh kemungkinannya. Lalu jika yang dipilih oleh mereka adalah pemimpin yang tidak memperjuangkan Islam dan kaum muslimin, bukankah efeknya akan sangat buruk bagi Islam dan kaum muslimin? Tentunya iya, itulah jawaban sangat logis. Baca Juga: Inilah Alasan Mengapa Pemimpin Hasil Pilpres Harus Tetap Ditaati Ketujuh: Sebagian orang menganggap, bahwa paparan yang disebutkan di akhir poin keenam, adalah jalan pemikiran kelompok haroki, sehingga harusnya sangat tabu disampaikan oleh seorang yang bermanhaj salaf. Kita katakan, sungguh itu adalah tuduhan yang zhalim. Tuduhan yang keluar karena tidak punya jawaban yang logis untuk mematahkan dalil yang disampaikan. Sungguh dalil logis di atas telah disampaikan oleh Syeikh Utsaimin rahimahullah sejak dahulu, coba simak perkataan beliau berikut ini: : . : …. “Saya melihat (ikut memilih dalam) pemilu itu WAJIB, kita wajib memilih orang yang kita lihat ada kebaikan pada dirinya, karena apabila orang-orang baik tidak ikut berpartisipasi, siapa yang akan mengisi tempat mereka? Yang akan mengisi tempat mereka tentunya orang-orang buruk, atau orang-orang pasif (lemah) yang tidak punya kebaikan dan keburukan, bisanya hanya mengekor orang lain. Baca Juga: Tidak Semua Kejadian Viral Harus Dikomentari Oleh karenanya kita harus memilih orang yang kita lihat shalih (baik). Apabila ada yang berkata: kita kan hanya memilih satu orang saja, padahal mayoritas orang yang di majlis tidak baik seperti dia. Kita jawab: tidak masalah, satu orang yang baik ini, apabila Allah menjadikan keberkahan padanya, dan dia sampaikan kebenaran di majlis itu, pastinya akan memiliki pengaruh baik. Tapi memang kita itu kurang percaya kepada Allah, kita biasa bersandar pada perkara-perkara yang kasat mata saja, dan kita tidak melihat kalimat Allah ‘azza wa jalla. Maka, pilihlah orang yang engkau lihat baik, dan bertawakkallah kepada Allah”. [Liqa babil maftuh 211/13] Inilah penjelasan yang sangat gamblang dari Syeikh Utsaimin rahimahullah dalam masalah ini, semoga bisa dipahami dengan baik. Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat dan Allah berkahi. Aamiin… Penulis: Dr. Musyaffa Addariny, Lc., M.A. Sumber: Muslim.or.id .
Dalam tulisan ini, penulis ingin memberikan sedikit faedah tentang kaidah ini, dan untuk lebih mudah memahaminya, penulis akan jabarkan dalam beberapa poin berikut ini Pertama Dalam bahasa arab, ada banyak redaksi utk kaidah ini, diantaranya Mudharat yang lebih berat, harus dihilangkan dengan melakukan yang mudharat yang lebih ringan Yang harusnya dipilih adalah mudharat yang lebih ringan Yang harusnya dipilih adalah keburukan yang lebih ringan Jika ada dua mudharat yang berkumpul, maka yang lebih besar harus digugurkan, untuk melakukan yang lebih kecil. Apabila ada dua mafsadat bertentangan, maka yang harus ditinggalkan adalah mafsadat yang mudharatnya lebih besar, dengan melakukan mudharat yang lebih ringan. Dan tindakan² fitnah tersebut lebih parah daripada pembunuhan. Hal ini disebabkan karena mafsadat dicelanya Allah secara zalim itu jauh lebih besar daripada mafsadat tidak dicelanya tuhantuhan mereka yang batil itu. Akan tetapi hal itu tetap diterima dan dipilih oleh Nabi kita shallallahu alaihi wasallam, karena mafsadat tidak menerima perjanjian itu lebih besar, yaitu dengan terancamnya kaum muslimin yang masih berada di mekah dari pembunuhan dan penyiksaan. Jika orang badui itu dihardik dan dihentikan, maka air kencingnya akan berhamburan di masjid beliau, tentu ini mafsadat yang lebih besar. Baca Juga Pelajaran dari Perdebatan Memberikan Suara dalam Pemilu Keempat Sebagian orang mengatakan, bahwa Kaidah ini hanya berlaku bila keadaannya darurat, ketika keadaannya tidak darurat, maka kaidah ini tidak boleh diterapkan. Ini adalah kesimpulan yang prematur dan tidak sesuai dengan praktik para ulama dalam menjelaskan kaidah ini. Sehingga bisa kita pahami, bahwa kaidah itu tidak hanya berlaku pada keadaan darurat saja, tapi juga bisa berlaku pada keadaan lain. c. Kenyataan bahwa mudharat atau mafsadah itu bisa terjadi meski keadaannya tidak darurat. Boleh bagi produsen atau pemerintah membatasi harga jual suatu produk, padahal membatasi harga jual pada asalnya dilarang dan itu bisa mendatangkan mudharat kepada penjual. Apabila ada orang terpaksa harus makan, dan di depannya hanya ada dua bangkai, yang satu bangkai kambing, dan yang satu bangkai anjing, maka yang harus dia pilih adalah bangkai kambing, karena mudharatnya lebih ringan. Karena mudharat bermaksiat kepada Allah lebih besar daripada mudharat bermaksiat kepada kedua orang tua, maka ada sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam yang artinya Tidak boleh taat kepada makhluk, dalam hal bermaksiat kepada sang Khaliq Alqawaid Wal Ushul Aljamiah, taliq syeikh Utsaimin 151 9. Alqawaid Wal Ushul Aljamiah, taliq syeikh Utsaimin 152 10. Karena mudharat dilukainya tubuh mayit lebih ringan daripada mudharat matinya janin yang ada di rahimnya. Karena mudharat membuka aibnya dalam kondisi seperti ini lebih ringan daripada mudharat salah pilih istri yang akan dialami oleh orang tersebut. Makanya ada beberapa ulama yang masyhur dengan sebutan yang menunjukkan aib pada tubuhnya, seperti AlAmasy yang matanya kabur, AlAraj yang pincang, AlAshamm yang tuli, AlAma yang buta, AlAhwal yang juling, dst. Orang yang memamerkan kemaksiatannya, boleh disebarkan aibnya yang berhubungan dengan kemaksiatan tersebut. Boleh memajang gambar hewan bernyawa seperti burung tertentu atau foto figur tertentu, bila memang tanpa itu keberlangsungan lembaga pendidikan akan terkendala. Karena mudharat adanya kajian mereka lebih ringan, daripada mudharat distopnya kajian ahlussunnah di masjid fasum tersebut. Boleh memandang wanita yang bukan mahram ketika ada niat kuat untuk menikahinya yakni dalam syariat nazhar. Apabila dalam suatu keadaan, kita tidak bisa menghindar dari 2 pilihan buruk, mengorbankan kalung emas 50 gram, atau mengorbankan uang di dompet 5 juta. Boleh ikut menyumbangkan suara di pemilu, karena mudharat ikut memilih calon yang lebih baik untuk Islam dan kaum muslimin lebih ringan daripada mudharat dikuasainya kaum muslimin oleh mereka yang tidak perhatian kepada Islam dan kaum muslimin atau bahkan memusuhi Islam dan kaum muslimin. Mau tidak mau kita harus mengikuti dan menjalaninya. Saya melihat ikut memilih dalam pemilu itu WAJIB, kita wajib memilih orang yang kita lihat ada kebaikan pada dirinya, karena apabila orangorang baik tidak ikut berpartisipasi, siapa yang akan mengisi tempat mereka Yang akan mengisi tempat mereka tentunya orangorang buruk, atau orangorang pasif lemah yang tidak punya kebaikan dan keburukan, bisanya hanya mengekor orang lain. Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat dan Allah berkahi.
Hukum Meninggalkan Istri Untuk Berdakwah dan Dalilnya
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-meninggalkan-istri-untuk-berdakwah
Sebagai seorang muslim, kita diperintahkan untuk selalu menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.” [Ali Imran/3 : 104] “Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” [An-Nahl/16 : 125]Namun sebagai manusia, kita juga mempunyai hubungan dengan mahluk lain seperti sebuah pernikahan misalnya. Lalu bagaimana hukumnya jika seorang suami meninggalkan istri untuk berdakwah di jalan Allah? Apakah jauh lebih utama berdakwah dibandingkan tinggal bersama istri?Dalam Islam, penetapan hukum atas sebuah perbuatan harus dilihat terlebih dahulu kondisinya. Pada dasarnya, seorang suami diperbolehkan meninggalkan istri untk berdakwah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah pada jaman dahulu yang mana beliau harus pergi berperang.Namun harus diingat bahwa ketika seorang suami pergi berdakwah apalagi dalam waktu yang lama, maka ia harus mempersiapkan nafkah untuk istri dan anak-anaknya selama ia pergi berdakwah. Ia tetap memiliki kewajiban untuk menafkahi keluarganya. Alasan dakwah tidak bisa menjadi alasan untuk menggugurkan kewajiban menafkahi keluarga.Allâh Azza wa Jalla berfirman : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allâh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. [An-Nisâ/4:34] “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf”. [Al-Baqarah/2:233]Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata, “Artinya menjadi kewajiban bagi bapak si anak untuk menafkahi dan memberi pakaian kepada ibu-ibu yang menyusui dengan cara yang baik-baik. Maksudnya sesuai dengan kebiasaan yang berlaku untuk wanita seperti mereka di negeri mereka, tanpa berlebihan atau terlalu sedikit, menurut kemampuan (ekonomi) si bapak: kaya, sedang, atau kurang mampu. Sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla. “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang di sempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allâh kepadanya. Allâh tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allâh berikan kepadanya. Allâh kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”. [Ath-Thalaq/65:7]Dari dalil di atas jelas terlihat bahwa tidak ada larangan untuk pergi meninggalkan istri untuk berdakwah, namun hendaknya seorang suami tetap memberikan nafkah kepada keluarganya. Bahkan Rasul pernah menegur sahabatnya karena ia lalai dalam menafkahi istri hanya karena terlalu berfokus pada dakwah dan ibadahnya.“Dan keluargamu mempunyai hak yang harus kamu tunaikan.”[HR. Tirmidzi]Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah memberi peringatan kepada orang-orang yang mengabaikan nafkah keluarganya dengan bersabda,“Berdosalah seorang (suami) yang mengabaikan nafkah keluarga yang menjadi tanggungannya.” [Ahmad dalamAl-Musnaddan Abu Dawud dalamSunan]Sebuah riwayat lain menceritakan, diriwayatkkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu anhu,Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda,“Hai ‘Abdullah, benarkah berita bahwa engkau berpuasa pada siang hari dan shalat di malam harinya?”Aku berkata, “Benar, ya Rasulullah.”Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi kritik, “Jangan berbuat demikian! Berpuasalah dan berbukalah, shalatnya di malam hari tapi juga tidurlah. Sebab fisikmu memiliki hak atasmu, matamu memiliki hak, dan istrimu juga memiliki hak.” [HR. Bukhari]Namun jika seorang suami pergi berdakwah meninggalkan istrinya dengan meninggalkan nafkah yang mencukupi selama kepergiannya, maka hendaknya seorang istri bersabar dan mendukung dakwah dari sang suami.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seorang wanita [1] mengerjakan shalat lima waktunya, [2] mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, [3] menjaga kemaluannya, dan [4] menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.” (HR. Ibnu Hibban; dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, no. 660.)Bahkan seorang wanita yang mentaati suaminya di rumah ketika suaminya berdakwah juga akan mendapatkan pahala yang sama dengan sang suami. Maka dari itu, bagi istri yang telah dicukupi nafkahnya selama suami pergi berdakwah, sangat dianjurkan untuk mendukung dan bersabar. : .“Bahwa dia (Asma) mendatangi Rasulullah, sementara beliau sedang duduk di antara para sahabatnya. Asma’ berkata, ‘Aku korbankan bapak dan ibuku demi dirimu, wahai Rasulullah. Saya adalah utusan para wanita di belakangku kepadamu. Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada seluruh laki-laki dan wanita, maka mereka beriman kepadamu dan kepada tuhanmu. Kami para wanita selalu dalam keterbatasan, sebagai penjaga rumah, tempat menyalurkan hasrat, dan mengandung anak-anak kalian, Sementara kalian – kaum laki-laki – mengungguli kami dengan shalat Jumat, shalat berjamaah, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, berhaji setelah sebelumnya sudah berhaji, dan yang lebih utama dari itu adalah jihad fi sabilillah. Jika salah seorang dari kalian pergi haji, umrah, atau jihad maka kamilah yang menjaga harta kalian, menenun pakaian kalian, dan mendidik anak-anak kalian. Bisakah kami menikmati pahala dan kebaikan ini sama seperti kalian?‘ : ” ” : .Nabi memandang para sahabat dengan seluruh wajahnya. Kemudian beliau bersabda, ‘Apakah kalian pernah mendengar ucapan seorang wanita yang lebih baik pertanyaannya tentang urusan agamanya daripada wanita ini?’ Mereka menjawab, ‘Wahai Rasulullah, kami tidak pernah menyangka ada wanita yang bisa bertanya seperti dia.’ : ” “. Nabi menoleh kepadanya dan bersabda, ‘Pahamilah, wahai Ibu, dan beritahu para wanita di belakangmu bahwa ketaatan istri kepada suaminya, usahanya untuk memperoleh ridhanya, dan kepatuhannya terhadap keinginannya menyamai semua itu.’ Wanita itu pun berlalu dengan wajah berseri-seri.”(Usudul Ghaayah fi Ma’rifatis Shahabah, 7:17, Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, cet. 1, 1415 H, Asy-Syamilah)Itulah penjelasan singkat mengenai hukum meninggalkan istri untuk berdakwah. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.
Sebagai seorang muslim, kita diperintahkan untuk selalu menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia. Allah Subhanahu wa Taala berfirman, Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar mereka adalah orangorang yang beruntung. AnNahl16 125Namun sebagai manusia, kita juga mempunyai hubungan dengan mahluk lain seperti sebuah pernikahan misalnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman Kaum lakilaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allâh telah melebihkan sebagian mereka lakilaki atas sebagian yang lain wanita dan karena mereka lakilaki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. AnNisâ434 Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. Maksudnya sesuai dengan kebiasaan yang berlaku untuk wanita seperti mereka di negeri mereka, tanpa berlebihan atau terlalu sedikit, menurut kemampuan ekonomi si bapak kaya, sedang, atau kurang mampu. Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Allâh tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allâh berikan kepadanya. Dan keluargamu mempunyai hak yang harus kamu tunaikan. Ahmad dalamAlMusnaddan Abu Dawud dalamSunanSebuah riwayat lain menceritakan, diriwayatkkan oleh Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhu,Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallambersabda,Hai Abdullah, benarkah berita bahwa engkau berpuasa pada siang hari dan shalat di malam harinyaAku berkata, Benar, ya Rasulullah. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi kritik, Jangan berbuat demikian Berpuasalah dan berbukalah, shalatnya di malam hari tapi juga tidurlah. BukhariNamun jika seorang suami pergi berdakwah meninggalkan istrinya dengan meninggalkan nafkah yang mencukupi selama kepergiannya, maka hendaknya seorang istri bersabar dan mendukung dakwah dari sang suami. Ibnu Hibban dinilai shahih oleh AlAlbani dalam Shahih AlJami AshShaghir, no. .Bahwa dia Asma mendatangi Rasulullah, sementara beliau sedang duduk di antara para sahabatnya. Asma berkata, Aku korbankan bapak dan ibuku demi dirimu, wahai Rasulullah. Saya adalah utusan para wanita di belakangku kepadamu. Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada seluruh lakilaki dan wanita, maka mereka beriman kepadamu dan kepada tuhanmu. Kami para wanita selalu dalam keterbatasan, sebagai penjaga rumah, tempat menyalurkan hasrat, dan mengandung anakanak kalian, Sementara kalian kaum lakilaki mengungguli kami dengan shalat Jumat, shalat berjamaah, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, berhaji setelah sebelumnya sudah berhaji, dan yang lebih utama dari itu adalah jihad fi sabilillah. Bisakah kami menikmati pahala dan kebaikan ini sama seperti kalian .Nabi memandang para sahabat dengan seluruh wajahnya. Kemudian beliau bersabda, Apakah kalian pernah mendengar ucapan seorang wanita yang lebih baik pertanyaannya tentang urusan agamanya daripada wanita ini Mereka menjawab, Wahai Rasulullah, kami tidak pernah menyangka ada wanita yang bisa bertanya seperti dia. . Wanita itu pun berlalu dengan wajah berseriseri. Usudul Ghaayah fi Marifatis Shahabah, 717, Darul Kutub AlIlmiyah, cet. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.
0880. Jika Istri Menolak Berhubungan Intim Karena Tidak Dinafkahi
https://www.piss-ktb.com/2011/12/880-nikah-istri-menolak-berhubungan.html
PERTANYAAN : Assalamu'alaikm wr wb, jika suami tidak menafkahi istrinya, bolehkah istri tidak mau diajak berhubungan? [Mutiara Hitam]. JAWABAN : Wa'alaikumussalaam, berikut semoga menjadi pintu pembuka jawaban... Setelah suami terbukti tidak mampu memberi nafkah, maka menurut qoul azh-har dia diberi tempo (imhal) tiga hari untuk mengusahakannya, demikian ini (memberi imhal) juga dijadikan toriqoh oleh jumhur ulama. . [Masalah ke dua ] Pada masa imhal itu, istri boleh keluar rumah untuk mencari nafkah dan suami TIDAK punya hak untuk melarang. Karena tidak mampu member nafkah, suami juga tidak bisa melarang istri keluar rumah secara muthlaq walau bukan untuk mencari nafkah. Karena hak pelarangan tergantung pada kemampuan nafkah, sehingga ketika tidak mampu memberi nafkah maka hilanglah hak melarangnya. Demikian menurut nash shohih Imam Syafii. Dan ketika suami berkehendak meng-istimta istri dalam kondisi seperti itu, menurut imam Arrouyani istri tidak berhak menolak. Menurut imam Al Baghowy istri boleh menolak,dengan konsekwensi hak nafakahnya hilang. . . Suami tidak mampu memberi kewajiban nafkahnya, bila istri mampu sabar ya bersabarlah. Bila tidak maka boleh memfasakh. Demikian menurut nash imam Syafii. Menurut ulama ash-hab (syafii), ada dua cara dan yang arjah (lebih kuat) adalah memfasakh [ Sumber, roudlotuth tholibin ]. ( ) ( ) : ( ) ( ) . : Suami tidak mampu memberi nafkah, tetapi istri bersabar dengan kondisi itu (tidak memfasakh), maka ketidak mampuan akan nafakah itu menjadi hutang suami. [ Mughnil muhtaj ]. (Yupiter Jet). Link Diskusi : www.fb.com/groups/piss.ktb/220222701333879/
PERTANYAAN Assalamualaikm wr wb, jika suami tidak menafkahi istrinya, bolehkah istri tidak mau diajak berhubungan Mutiara Hitam. JAWABAN Waalaikumussalaam, berikut semoga menjadi pintu pembuka jawaban Setelah suami terbukti tidak mampu memberi nafkah, maka menurut qoul azhhar dia diberi tempo imhal tiga hari untuk mengusahakannya, demikian ini memberi imhal juga dijadikan toriqoh oleh jumhur ulama. . Masalah ke dua Pada masa imhal itu, istri boleh keluar rumah untuk mencari nafkah dan suami TIDAK punya hak untuk melarang. Karena tidak mampu member nafkah, suami juga tidak bisa melarang istri keluar rumah secara muthlaq walau bukan untuk mencari nafkah. Karena hak pelarangan tergantung pada kemampuan nafkah, sehingga ketika tidak mampu memberi nafkah maka hilanglah hak melarangnya. Demikian menurut nash shohih Imam Syafii. Dan ketika suami berkehendak mengistimta istri dalam kondisi seperti itu, menurut imam Arrouyani istri tidak berhak menolak. Menurut imam Al Baghowy istri boleh menolak,dengan konsekwensi hak nafakahnya hilang. . . Suami tidak mampu memberi kewajiban nafkahnya, bila istri mampu sabar ya bersabarlah. Bila tidak maka boleh memfasakh. Demikian menurut nash imam Syafii. Menurut ulama ashhab syafii, ada dua cara dan yang arjah lebih kuat adalah memfasakh Sumber, roudlotuth tholibin . . Suami tidak mampu memberi nafkah, tetapi istri bersabar dengan kondisi itu tidak memfasakh, maka ketidak mampuan akan nafakah itu menjadi hutang suami. Mughnil muhtaj . Yupiter Jet. Link Diskusi www.fb.comgroupspiss.ktb220222701333879
Hukum Pergi ke Tukang Sihir, Orang Pintar, Peramal dan Sejenisnya
https://muslim.or.id/68301-hukum-pergi-ke-tukang-sihir-orang-pintar-peramal-dan-sejenisnya.html
Daftar Isi Apa hukum pergi ke tukang sihir, orang pintar, peramal, dan sejenisnya? Hukum pergi menemui mereka adalah haram. Tidak halal pergi kepada mereka dan tidak ada kebaikan pada mereka. Allah Taala berfirman, Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja dia datang (QS. Thaha: 69). Dan peramal adalah para pendusta, karena apa yang mereka kabarkan berasal dari setan yang mencuri berita dari langit dan mengabarkannya kepada para peramal tersebut. Kemudian para setan tersebut mencampur-adukkan berita dari langit dengan kebohongan yang banyak, hingga 100 kebohongan. Bahkan bisa lebih banyak dari itu atau lebih sedikit. Adanya kebohongan pada mereka inilah yang menjadi salah satu sebab tidak boleh mendatangi mereka. Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, Barang siapa mendatangi peramal dan membenarkan apa yang mereka katakan, maka orang tersebut telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad (Al-Quran) (HR. Ahmad no. 9536, Abu Daud no. 3904, Tirmidzi no. 135. Dinilai sahih oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami no. 5939). Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam di atas, jika seseorang membenarkan perkataan peramal, hal itu dapat dikatakan sebagai tindakan kekufuran. Karena orang tersebut (yang mendatangi dan membenarkan) telah mendustakan firman Allah Taala, Katakanlah, Tidak ada seorang pun di langit dan bumi yang mengetahui hal ghaib kecuali Allah (QS. An-Naml: 65). *** Referensi: Kitab Fatawa Nuur Ala Ad-Darb Syaikh Utsaimin Rahimahullahu, juz 4 halaman 2. Selesai diterjemahkan: 8 Muharram 1443 H. Baca Juga: Diterjemahkan oleh: Dimas Setiaji Artikel: Muslim.or.id
Daftar Isi Apa hukum pergi ke tukang sihir, orang pintar, peramal, dan sejenisnya Hukum pergi menemui mereka adalah haram. Tidak halal pergi kepada mereka dan tidak ada kebaikan pada mereka. Allah Taala berfirman, Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja dia datang QS. Thaha 69. Dan peramal adalah para pendusta, karena apa yang mereka kabarkan berasal dari setan yang mencuri berita dari langit dan mengabarkannya kepada para peramal tersebut. Kemudian para setan tersebut mencampuradukkan berita dari langit dengan kebohongan yang banyak, hingga 100 kebohongan. Bahkan bisa lebih banyak dari itu atau lebih sedikit. Adanya kebohongan pada mereka inilah yang menjadi salah satu sebab tidak boleh mendatangi mereka. Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, Barang siapa mendatangi peramal dan membenarkan apa yang mereka katakan, maka orang tersebut telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad AlQuran HR. Ahmad no. 9536, Abu Daud no. 3904, Tirmidzi no. 135. Dinilai sahih oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami no. 5939. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam di atas, jika seseorang membenarkan perkataan peramal, hal itu dapat dikatakan sebagai tindakan kekufuran. Karena orang tersebut yang mendatangi dan membenarkan telah mendustakan firman Allah Taala, Katakanlah, Tidak ada seorang pun di langit dan bumi yang mengetahui hal ghaib kecuali Allah QS. AnNaml 65. Referensi Kitab Fatawa Nuur Ala AdDarb Syaikh Utsaimin Rahimahullahu, juz 4 halaman 2. Selesai diterjemahkan 8 Muharram 1443 H. Baca Juga Diterjemahkan oleh Dimas Setiaji Artikel Muslim.or.id
Gaji Hasil Bekerja di Perusahaan Asuransi Syariah, Apakah Halal?
https://bimbinganislam.com/gaji-hasil-bekerja-di-perusahaan-asuransi-syariah-apakah-halal/
Gaji Hasil Bekerja di Perusahaan Asuransi Syariah, Apakah Halal? Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang apakah halal gaji hasil bekerja di perusahaan asuransi syariah? selamat membaca. Pertanyaan : Semoga ustadz dan keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan dan keberkahan ilmu. Kami ingin bertanya : Bagaimana hukumnya bekerja di asuransi syariah? Saya sebutkan saja nama perusahaannya Alli*nz Mana yang lebih kecil mudhorot nya antara bekerja di tempat fitness atau asuransi syariah Lalu bagaimana hukum nafkah yang diberikan pada istri dan keluarga dari pekerjaan tersebut? Jazaakallaahu khoyron (Disampaikan oleh Fulan, Sahabat BiAS) Jawaban : Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu alaa rasulillaah, Amma badu. Semoga Alloh berikan keberkahan pada keluarga kita dengan penjagaan dari harta yang haram. Hukum Bekerja di Perusahaan Asuransi Syariah Saudaraku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh, hukum asal asuransi adalah haram sekalipun itu berbaju Syariah, sebab secara system masih tidak akan lepas dari beberapa hal berikut ini : Memakan harta dengan Bathil Tidak bisa dipungkiri, walaupun banyak Instansi asuransi yang juga sedang kolaps/hancur/bangkrut tetapi secara umum mereka masihlah instansi yang mengambil keuntungan dari premi yang dibayarkan konsumen, padahal tidak semua konsumen mengajukan klaim. Alloh Taala berfirman, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (QS An-Nisaa 29). Ghoror Ketidakjelasan dana yang diterima nasabah, antara berapa uang premi yang sudah ia setor, dan berapa uang klaim yang akan ia terima saat ada kecelakaan. Dalam hadits Abu Huroiroh rodhiallohu anhu dijelaskan Rosululloh sholallohu alaihi wasallam melarang jual beli hashoh (hasil lemparan kerikil, itulah yang dibeli) dan melarang dari jual beli ghoror (mengandung unsur ketidak jelasan) [HR Muslim 2783] Qimar atau Maisir Diantara bentuk judi dalam asuransi adalah ketidakpastian akan uang yang ia dapat, bisa jadi ia rugi karena premi yang ia bayarkan lebih besar daripada klaim yang ia terima, atau sebaliknya. Sehingga pasti ada nasabah yang mendapat lebih dan ada pula yg kurang. Inilah judi. Alloh Taala berfirman, Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khomar, maysir (berjudi), (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (QS Al Maidah: 90) Riba Ketika ada nasabah yang mendapatkan lebih dari apa yang ia setorkan, jelas lah itu riba. Alloh telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS Al-Baqoroh 275) Allah memusnahkan riba (QS Al-Baqoroh 276) Hukum Bekerja di Tempat Fitness Adapun bekerja ditempat Fitness hukum asalnya mubah, boleh. Selama fitness tersebut khusus laki-laki saja (jika penanya adalah laki-laki), atau khusus perempuan saja (jika penanya adalah perempuan). Ia jika sebagai personal trainer juga hanya menerima klien yang sejenis saja. Apalagi jika ia bisa menjaga suasana kondusif dengan tidak adanya music, dan menjaga adab berpakaian. Hasilnya Insya Alloh halal dan aman untuk keluarga. Semoga Alloh lancarkan Maisyah kepala rumah tangga yang berusaha memenuhi nafkah keluarganya dengan cara halal. Wallahu Alam, Wabillahittaufiq. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Rosyid Abu Rosyidah Rabu, 28 Rabiul Akhir 1441 H/ 25 Desember 2019 M Ustadz Rosyid Abu Rosyidah Beliau adalah Alumni STDI IMAM SYAFII KulliyyatulHadits, dan Dewan konsultasi BimbinganIslam, Untuk melihat artikel lengkapdari Ustadz Rosyid Abu Rosyidah klik disini
Gaji Hasil Bekerja di Perusahaan Asuransi Syariah, Apakah Halal Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang apakah halal gaji hasil bekerja di perusahaan asuransi syariah selamat membaca. Hukum Bekerja di Perusahaan Asuransi Syariah Saudaraku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Alloh, hukum asal asuransi adalah haram sekalipun itu berbaju Syariah, sebab secara system masih tidak akan lepas dari beberapa hal berikut ini Memakan harta dengan Bathil Tidak bisa dipungkiri, walaupun banyak Instansi asuransi yang juga sedang kolapshancurbangkrut tetapi secara umum mereka masihlah instansi yang mengambil keuntungan dari premi yang dibayarkan konsumen, padahal tidak semua konsumen mengajukan klaim. Alloh Taala berfirman, Hai orangorang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil QS AnNisaa 29. Ghoror Ketidakjelasan dana yang diterima nasabah, antara berapa uang premi yang sudah ia setor, dan berapa uang klaim yang akan ia terima saat ada kecelakaan. Sehingga pasti ada nasabah yang mendapat lebih dan ada pula yg kurang. Maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan QS Al Maidah 90 Riba Ketika ada nasabah yang mendapatkan lebih dari apa yang ia setorkan, jelas lah itu riba. Alloh telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba QS AlBaqoroh 275 Allah memusnahkan riba QS AlBaqoroh 276 Hukum Bekerja di Tempat Fitness Adapun bekerja ditempat Fitness hukum asalnya mubah, boleh. Ia jika sebagai personal trainer juga hanya menerima klien yang sejenis saja. Apalagi jika ia bisa menjaga suasana kondusif dengan tidak adanya music, dan menjaga adab berpakaian. Hasilnya Insya Alloh halal dan aman untuk keluarga. Semoga Alloh lancarkan Maisyah kepala rumah tangga yang berusaha memenuhi nafkah keluarganya dengan cara halal. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Rosyid Abu Rosyidah Rabu, 28 Rabiul Akhir 1441 H 25 Desember 2019 M Ustadz Rosyid Abu Rosyidah Beliau adalah Alumni STDI IMAM SYAFII KulliyyatulHadits, dan Dewan konsultasi BimbinganIslam, Untuk melihat artikel lengkapdari Ustadz Rosyid Abu Rosyidah klik disini
Rahmat Allah SWT untuk Para Pedagang yang Jujur dan Ramah
https://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/rahmat-allah-swt-untuk-para-pedagang-yang-jujur-dan-ramah/
Eramuslim – Timbang-menimbang barang merupakan bagian dari aktivitas muamalah jual beli. Penjual tidak boleh mengurangi timbangan dan menyembunyikan kecacatan barang yang dijualnya. “Jual beli harus menyamakan berat timbangan. Bila diabaikan akan menerima siksaan berat,” kata Imam al-Ghazali melalui Ikhtisar Ihya Ulumuddin. Sang hujjatul Islam ini menyampaikan, jika penjual tidak menyamakan berat timbangannya dalam menjual barang maka Allah SWT akan melaknatnya. Ancaman Allah ditegaskan dalam QS al-Mutfhaffifin ayat 1: “Celakalah bagi orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang.” BERFORMALIN: Salah satu kios pedagang yang ditempeli petugas menjual bahan makanan berbahaya. Ringkasnya, kata Imam al-Ghazali, semua bentuk manipulasi dalam transaksi jual beli hukumnya haram. Oleh karena itu, tidak boleh menghampiri suatu barang yang tidak ingin dibelinya sambil meminta harga di atas harga jual beli dengan tujuan menggerakkan keinginan pembeli lain pada barang tersebut. Penduduk kota juga dilarang melakukan jual beli dengan penduduk pedesaan. Maksudnya orang desa hendak menjual bahan makanan ke kota. Namun, sebelum sampai tujuan, dihadang salah seorang dari kota yang berniat memborong barang dagangannya dengan kemudian menimbunnya sampai harga naik tinggi. Misalnya, seseorang membeli barang karena memperoleh toleransi dari temannya atau anaknya, maka hendaklah menyebutkannya pada pembeli lain supaya pembelinya tidak dijadikan acuan. Hendaknya berbuat ihsan (bersikap baik) seperti tidak menipu orang lain dengan praktik muamalah yang berjalan tidak sesuai kebiasaan. “Saling memudahkan urusan jual beli sangat dianjurkan,” katanya. Hal ini seperti yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dari Jabir bin Abdullah RA: : . “Allah merahmati orang yang mempermudah penjualan dan pembelian. Pelunasan utang dan penagihan.” (rol)
Eramuslim Timbangmenimbang barang merupakan bagian dari aktivitas muamalah jual beli. Penjual tidak boleh mengurangi timbangan dan menyembunyikan kecacatan barang yang dijualnya. Jual beli harus menyamakan berat timbangan. Bila diabaikan akan menerima siksaan berat, kata Imam alGhazali melalui Ikhtisar Ihya Ulumuddin. Sang hujjatul Islam ini menyampaikan, jika penjual tidak menyamakan berat timbangannya dalam menjual barang maka Allah SWT akan melaknatnya. Ancaman Allah ditegaskan dalam QS alMutfhaffifin ayat 1 Celakalah bagi orangorang yang curang dalam menakar dan menimbang. BERFORMALIN Salah satu kios pedagang yang ditempeli petugas menjual bahan makanan berbahaya. Ringkasnya, kata Imam alGhazali, semua bentuk manipulasi dalam transaksi jual beli hukumnya haram. Oleh karena itu, tidak boleh menghampiri suatu barang yang tidak ingin dibelinya sambil meminta harga di atas harga jual beli dengan tujuan menggerakkan keinginan pembeli lain pada barang tersebut. Penduduk kota juga dilarang melakukan jual beli dengan penduduk pedesaan. Maksudnya orang desa hendak menjual bahan makanan ke kota. Namun, sebelum sampai tujuan, dihadang salah seorang dari kota yang berniat memborong barang dagangannya dengan kemudian menimbunnya sampai harga naik tinggi. Misalnya, seseorang membeli barang karena memperoleh toleransi dari temannya atau anaknya, maka hendaklah menyebutkannya pada pembeli lain supaya pembelinya tidak dijadikan acuan. Hendaknya berbuat ihsan bersikap baik seperti tidak menipu orang lain dengan praktik muamalah yang berjalan tidak sesuai kebiasaan. Saling memudahkan urusan jual beli sangat dianjurkan, katanya. Hal ini seperti yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dari Jabir bin Abdullah RA . Allah merahmati orang yang mempermudah penjualan dan pembelian. Pelunasan utang dan penagihan. rol
Membicarakan Keburukan Penguasa, Apakah termasuk Ghibah?
https://muslim.or.id/41771-membicarakan-keburukan-penguasa-apakah-termasuk-ghibah.html
Pertanyaan: Apakah membicarakan urusan kenegaraan dan kondisi masyarakat dapat dianggap sebagai ghibah, sampai-sampai seandainya seseorang itu mencela (mencaci) aib dan kejelekan penguasa? (dengan kata lain, apakah ghibah itu hanya dilarang jika yang di-ghibah adalah rakyat atau manusia biasa seperti kita, sedangkan jika kita meng-ghibah penguasa itu diperbolehkan? –pen.) Jawaban: Perbuatan ini termasuk ghibah, bahkan termasuk jenis ghibah yang paling parah (paling jelek). Hal ini karena membicarakan (kesalahan) penguasa dan ulil amri akan menimbulkan suudzan (buruk sangka) terhadap penguasa kaum muslimin dan merendahkan kedudukan mereka di hadapan masyarakat. Dan terkadang akan menimbulkan kebencian pada sebagian masyarakat dan (menimbulkan) dendam tersembunyi terhadap ulil amri, sehingga akan terjadi perpecahan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Agama adalah nasihat. Kemudian para sahabat bertanya, Untuk siapa (wahai Rasulullah)? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan masyarakat pada umumnya. (HR. Muslim no. 55) Maka apakah termasuk dalam nasihat (menginginkan kebaikan) kepada ulil amri ketika Engkau duduk di berbagai forum dan berbicara (tentang kesalahan penguasa, pen.)? Atau Engkau merekam perkataanmu di kaset, atau Engkau berbicara di mimbar-mimbar mencela penguasa dan melecehkan mereka? Perbuatan ini merusak persatuan, dan menyebabkan masyarakat menyimpan dendam terhadap penguasa, sehingga menimbulkan banyak kerusakan, terbaliknya keadaan, mencabut ketaatan (menjadi pemberontak), dan anggapan bahwa ketaatan (terhadap penguasa) itu tidak wajib. Allah Taala berfirman, Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah, taatlah kalian kepada Rasul dan ulil amri di antara kalian. (QS. An-Nisa [4]: 59) Maka harus ada ketaatan terhadap penguasa, selama mereka tidak memerintahkan untuk maksiat kepada Allah Taala. Jika Engkau mencela penguasa, membicarakan (aib) mereka, kemudian dampaknya masyarakat meremehkan perintah penguasa dan durhaka kepada penguasa, sehingga akhirnya masyarakat pun keluar dari perintah Allah Taala. *** @Sint-Jobskade 718 NL, 11 Dzulqadah 1439/ 25 Juli 2018 Penerjemah: M. Saifudin Hakim Artikel: Muslim.Or.Id Referensi: Diterjemahkan dari kitab Al-farqu baina an-nashiihah wa at-tajriih, hal. 32 (penerbit Kunuuz Isybiliya).
Pertanyaan Apakah membicarakan urusan kenegaraan dan kondisi masyarakat dapat dianggap sebagai ghibah, sampaisampai seandainya seseorang itu mencela mencaci aib dan kejelekan penguasa dengan kata lain, apakah ghibah itu hanya dilarang jika yang dighibah adalah rakyat atau manusia biasa seperti kita, sedangkan jika kita mengghibah penguasa itu diperbolehkan pen. Jawaban Perbuatan ini termasuk ghibah, bahkan termasuk jenis ghibah yang paling parah paling jelek. Hal ini karena membicarakan kesalahan penguasa dan ulil amri akan menimbulkan suudzan buruk sangka terhadap penguasa kaum muslimin dan merendahkan kedudukan mereka di hadapan masyarakat. Dan terkadang akan menimbulkan kebencian pada sebagian masyarakat dan menimbulkan dendam tersembunyi terhadap ulil amri, sehingga akan terjadi perpecahan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Agama adalah nasihat. Kemudian para sahabat bertanya, Untuk siapa wahai Rasulullah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, para pemimpin kaum muslimin dan masyarakat pada umumnya. HR. Muslim no. 55 Maka apakah termasuk dalam nasihat menginginkan kebaikan kepada ulil amri ketika Engkau duduk di berbagai forum dan berbicara tentang kesalahan penguasa, pen. Atau Engkau merekam perkataanmu di kaset, atau Engkau berbicara di mimbarmimbar mencela penguasa dan melecehkan mereka Perbuatan ini merusak persatuan, dan menyebabkan masyarakat menyimpan dendam terhadap penguasa, sehingga menimbulkan banyak kerusakan, terbaliknya keadaan, mencabut ketaatan menjadi pemberontak, dan anggapan bahwa ketaatan terhadap penguasa itu tidak wajib. Allah Taala berfirman, Wahai orangorang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah, taatlah kalian kepada Rasul dan ulil amri di antara kalian. QS. AnNisa 4 59 Maka harus ada ketaatan terhadap penguasa, selama mereka tidak memerintahkan untuk maksiat kepada Allah Taala. Jika Engkau mencela penguasa, membicarakan aib mereka, kemudian dampaknya masyarakat meremehkan perintah penguasa dan durhaka kepada penguasa, sehingga akhirnya masyarakat pun keluar dari perintah Allah Taala. SintJobskade 718 NL, 11 Dzulqadah 1439 25 Juli 2018 Penerjemah M. Saifudin Hakim Artikel Muslim.Or.Id Referensi Diterjemahkan dari kitab Alfarqu baina annashiihah wa attajriih, hal. 32 penerbit Kunuuz Isybiliya.
Lalai Terhadap Hak Istri
https://radiomutiaraquran.com/2022/04/19/lalai-terhadap-hak-istri/
“Bagaimana saya tidak kesepian, suami keluar rumah sehabis subuh, kembali ke rumah sudah jam sepuluh malam. Dia memang sibuk bekerja dan berdakwah, tapi….” keluh seorang istri (dikutip dari majalah nikah, edisi November 2003) Suami yang workaholic (gila kerja) terkadang melupakan bahwa seorang istri butuh perhatian ekstra dan kasih sayang. Meski dengan dalih untuk membahagiakan anak istri, tetapi kedekatan fisik dan psikis tetap penting. Ini setidaknya yang perlu dipahami seorang suami, dengan aktivitas domestik rumah tangga yang tiada henti, ketika suami sering memberi apresiasi positif, seperti meluangkan waktu untuk membantu kerepotannya dan mendengarkan curahan hatinya niscaya istrinya bahagia. Ketika suaminya menomorsatukan pekerjaannya, bisa jadi istri cemburu karena diperlakukan sebagai istri kedua. Dalam forum kajian muslimah, seorang ibu pernah mengutarakan kegalauan hatinya ketika sang suami sibuk dengan HP-nya saat di rumah. Ia kurang peduli dan peka dengan kerepotan istrinya yang mengurus banyak anak. HP itu telah mengusik dan merampas hari-harinya yang dahulu penuh cinta, interaksi,: dan komunikasi yang dulu berjalan harmonis seiring berjalannya waktu mulai berubah… ya, HP baginya menjadi ajang fitnah. Demikianlah, sekilas betapa kehidupan pernikahan penuh badai seiring dengan geliat kecanggihan teknologi dan kesibukan kerja. Di era keemasan Islam, fenomena mirip dengan kasus di atas pernah terjadi, meski dalam konteks agak berbeda. Diriwayatkan Bukhari dan selainnya dari hadis Abu Juhaifah radhiyallahu ‘anhu berkata, ‏.‏ ‏.‏ ‏.‏ !‏ ‏.‏ ‏.‏ ‏.‏ ‏.‏ ‏!‏ ‏.‏ ‏! ‏! ‏.‏ ‏ ” ‏”‏‏.‏ “Nabi mempersaudarakan antara Salman dan Abu Darda’. Pada suatu hari Salman mengunjungi Abu Darda’ dan melihat Ummu Darda’ berpakaian lusuh, tidak berhias, maka dia bertanya kepada Ummu Darda’, “Mengapa kamu begitu?” Ummu Darda’ menjawab, “Saudaramu, Abu Darda’ tidak membutuhkan dunia.” Kemudian datanglah Abu Darda’ dan menyuguhkan makanan untuk Salman. Salman berkata kepada Abu Darda’, “makanlah!” Abu Darda’ menjawab, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” Salman berkata, “ aku tidak mau makan sehingga kamu juga makan.” Maka Abu Darda’ pun makan. Ketika malam datang, Abu Darda’ pergi untuk mendirikan shalat. Salman berkata, “ Tidurlah!” Kemudian saat akhir malam tiba, Salman berkata kepada Abu Darda’, “Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atasmu, badanmu punya hak atasmu, dan keluargamu (istrimu) juga punya hak atasmu.” Maka berikanlah masing-masing haknya. Tak lama setelah itu Abu Darda’ menemui Nabi shalallahu `alaihi wa sallam dan menceritakan peristiwa itu kepada beliau, maka Nabi shalallahu `alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Salman benar!”.” (HR. Bukhari no. 1968). Bermuamalah yang baik dengan istri akan mengeratkan benang-benang asmara yang kadang terurai oleh berbagai persoalan hidup. Interaksi yang harmonis, keterbukaan komunikasi akan menumbuhkan perasaan percaya diri dan rasa aman sehingga kebutuhan batin istri terpenuhi. Inilah tantangan besar ketika suami sibuk kerja. Maka perlu dicari solusi menguntungkan keduanya agar jalinan cinta tidak tergoyahkan. Butuh agenda khusus agar kebersamaan itu tetap langgeng dengan berbagai aktivitas positif yang bermanfaat. Justru dengan HP bagaimana kerekatan cinta semakin membara. Kunci utamanya dengan memanfaatkan media sosial ini sesuai kebutuhan bukan sesuai keinginan. Disinilah butuh manajemen alokasi waktu yang cerdas dan juga komitmen pasutri untuk eksis membangun istana impian dalam kondisi dan situasi apapun. Dan betapa kehidupan super sibuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seindah-indah teladan dalam kehidupan rumah tangga. Yakinkan terus pasangan Anda bahwa bahtera rumah tangga akan solid dan selalu kokoh. Jadikan Anda istri utama yang mengalahkan gadget, pekerjaan dan hobi suami. Tentu dengan kiat yang jitu dan memesona, Insya Allah Andalah istri yang merupakan sebaik-baik perhiasan. Semoga. *** Penulis: Ummu Nashifah Referensi : 1. Romantika Pergaulan Suami Istri (terjemah), Syaikh Musthafa al-Adawi, Media Hidayah, Yogyakarta, 2002. 2. Majalah Nikah, November, 2003. Sumber
Bagaimana saya tidak kesepian, suami keluar rumah sehabis subuh, kembali ke rumah sudah jam sepuluh malam. Dia memang sibuk bekerja dan berdakwah, tapi. keluh seorang istri dikutip dari majalah nikah, edisi November 2003 Suami yang workaholic gila kerja terkadang melupakan bahwa seorang istri butuh perhatian ekstra dan kasih sayang. Meski dengan dalih untuk membahagiakan anak istri, tetapi kedekatan fisik dan psikis tetap penting. Dalam forum kajian muslimah, seorang ibu pernah mengutarakan kegalauan hatinya ketika sang suami sibuk dengan HPnya saat di rumah. Ia kurang peduli dan peka dengan kerepotan istrinya yang mengurus banyak anak. HP itu telah mengusik dan merampas hariharinya yang dahulu penuh cinta, interaksi, dan komunikasi yang dulu berjalan harmonis seiring berjalannya waktu mulai berubah ya, HP baginya menjadi ajang fitnah. Demikianlah, sekilas betapa kehidupan pernikahan penuh badai seiring dengan geliat kecanggihan teknologi dan kesibukan kerja. Di era keemasan Islam, fenomena mirip dengan kasus di atas pernah terjadi, meski dalam konteks agak berbeda. Diriwayatkan Bukhari dan selainnya dari hadis Abu Juhaifah radhiyallahu anhu berkata, . . . . . . . . . . Nabi mempersaudarakan antara Salman dan Abu Darda. Pada suatu hari Salman mengunjungi Abu Darda dan melihat Ummu Darda berpakaian lusuh, tidak berhias, maka dia bertanya kepada Ummu Darda, Mengapa kamu begitu Ummu Darda menjawab, Saudaramu, Abu Darda tidak membutuhkan dunia. Salman berkata kepada Abu Darda, makanlah Abu Darda menjawab, Sesungguhnya aku sedang berpuasa. Ketika malam datang, Abu Darda pergi untuk mendirikan shalat. Salman berkata, Tidurlah Kemudian saat akhir malam tiba, Salman berkata kepada Abu Darda, Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atasmu, badanmu punya hak atasmu, dan keluargamu istrimu juga punya hak atasmu. Tak lama setelah itu Abu Darda menemui Nabi shalallahu alaihi wa sallam dan menceritakan peristiwa itu kepada beliau, maka Nabi shalallahu alaihi wa sallam berkata kepadanya, Salman benar. Bermuamalah yang baik dengan istri akan mengeratkan benangbenang asmara yang kadang terurai oleh berbagai persoalan hidup. Interaksi yang harmonis, keterbukaan komunikasi akan menumbuhkan perasaan percaya diri dan rasa aman sehingga kebutuhan batin istri terpenuhi. Inilah tantangan besar ketika suami sibuk kerja. Butuh agenda khusus agar kebersamaan itu tetap langgeng dengan berbagai aktivitas positif yang bermanfaat. Kunci utamanya dengan memanfaatkan media sosial ini sesuai kebutuhan bukan sesuai keinginan. Disinilah butuh manajemen alokasi waktu yang cerdas dan juga komitmen pasutri untuk eksis membangun istana impian dalam kondisi dan situasi apapun. Dan betapa kehidupan super sibuk Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah seindahindah teladan dalam kehidupan rumah tangga. Yakinkan terus pasangan Anda bahwa bahtera rumah tangga akan solid dan selalu kokoh. Tentu dengan kiat yang jitu dan memesona, Insya Allah Andalah istri yang merupakan sebaikbaik perhiasan. Romantika Pergaulan Suami Istri terjemah, Syaikh Musthafa alAdawi, Media Hidayah, Yogyakarta, 2002.
Meninggal Ketika Masih Perawan, Jaminan Surga?
https://konsultasisyariah.com/26746-meninggal-ketika-masih-perawan-jaminan-surga.html
Assalamualaikum wr wb Ustadz, jika seorang gadis remaja yang sudah baligh,usia 17 tahun dan belum menikah meningal dunia,apakah ia masuk surga Allah? terima kasih … Jawab: Wa alaikumus salam wa rahmatullah Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Dalam hadis dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebutkan daftar umatnya yang mati . Salah satunya, “Wanita yang meninggal karena jum’in, dia mati .” (HR. Ahmad 22686, Abu Daud 3113, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth). Mengenai makna “meninggal karena jum’in” ada 2 pendapat ulama, sebagaimana keterangan an-Nawawi. Dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim, an-Nawawi mengatakan, : : Mengenai wanita yang meninggal karena jum’in, bisa dibaca jum’in, jam’in, atau jim’in. tapi yang lebih umum dibaca jum’in, ada yang mengatakan maknanya adalah mereka yang meninggal ketika hamil, ada janin anaknya dalam kandungannya. Dan ada yang mengatakan, meninggal ketika masih gadis. Dan yang benar pendapat pertama. (Syarh Shahih Muslim, 13/63) Dengan asumsi bahwa pendapat kedua yang disampaikan an-Nawawi bisa diterima, kita bisa menyimpulkan bahwa diantara wanita yang mati akhirat adalah mereka yang meninggal ketika masih perawan. Apa yang disebutkan dalam hadis adalah mereka yang mendapat pahala akhirat dan bukan dunia. Karena mati ada 2: [1] Mati dunia akhirat, itulah orang yang mati ketika jihad fi sabilillah. Jenazahnya tidak boleh dimandikan, karena mereka aka dibangkitkan dalam kondisi darahnya tetap segar keluar. [2] Mati akhirat, mereka adalah orang yang mendapatkan pahala di akhirat, tapi tidak berlaku hukum di dunia. Seperti mereka yang mati ketika melahirkan atau mati karena tenggelam. Selengkapnya bisa anda pelajari di: Apa Itu Mati ? As-Subki menyebutkan bahwa di sana ada 2 syarat untuk bisa mendapat pahala akhirat: [1] Dia bersabar dan mengharap pahala dari Allah atas ujian yang menimpanya. Seperti mereka yang bersabar dengan sakit di perutnya, atau bersabar ketika terkena sakit akibat wabah tah’un. [2] Tidak ada penghalang baginya, seperti korupsi, utang, atau mengambil harta orang lain [3] Tidak mati dalam kondisi maksiat. (Fatawa as-Subki, 2/354) Demikian, Allahu a’lam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Assalamualaikum wr wb Ustadz, jika seorang gadis remaja yang sudah baligh,usia 17 tahun dan belum menikah meningal dunia,apakah ia masuk surga Allah terima kasih Jawab Wa alaikumus salam wa rahmatullah Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa badu, Dalam hadis dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menyebutkan daftar umatnya yang mati . Salah satunya, Wanita yang meninggal karena jumin, dia mati . HR. Ahmad 22686, Abu Daud 3113, dan dishahihkan Syuaib alArnauth. Mengenai makna meninggal karena jumin ada 2 pendapat ulama, sebagaimana keterangan anNawawi. Dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim, anNawawi mengatakan, Mengenai wanita yang meninggal karena jumin, bisa dibaca jumin, jamin, atau jimin. tapi yang lebih umum dibaca jumin, ada yang mengatakan maknanya adalah mereka yang meninggal ketika hamil, ada janin anaknya dalam kandungannya. Dan ada yang mengatakan, meninggal ketika masih gadis. Dan yang benar pendapat pertama. Syarh Shahih Muslim, 1363 Dengan asumsi bahwa pendapat kedua yang disampaikan anNawawi bisa diterima, kita bisa menyimpulkan bahwa diantara wanita yang mati akhirat adalah mereka yang meninggal ketika masih perawan. Apa yang disebutkan dalam hadis adalah mereka yang mendapat pahala akhirat dan bukan dunia. Karena mati ada 2 1 Mati dunia akhirat, itulah orang yang mati ketika jihad fi sabilillah. Jenazahnya tidak boleh dimandikan, karena mereka aka dibangkitkan dalam kondisi darahnya tetap segar keluar. 2 Mati akhirat, mereka adalah orang yang mendapatkan pahala di akhirat, tapi tidak berlaku hukum di dunia. Seperti mereka yang mati ketika melahirkan atau mati karena tenggelam. Selengkapnya bisa anda pelajari di Apa Itu Mati AsSubki menyebutkan bahwa di sana ada 2 syarat untuk bisa mendapat pahala akhirat 1 Dia bersabar dan mengharap pahala dari Allah atas ujian yang menimpanya. Seperti mereka yang bersabar dengan sakit di perutnya, atau bersabar ketika terkena sakit akibat wabah tahun. 2 Tidak ada penghalang baginya, seperti korupsi, utang, atau mengambil harta orang lain 3 Tidak mati dalam kondisi maksiat. Fatawa asSubki, 2354 Demikian, Allahu alam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Membangun Kesadaran & Rasa Takut Kepada Allah
https://bimbinganislam.com/membangun-kesadaran-rasa-takut-kepada-allah/
Membangun Kesadaran & Rasa Takut Kepada Allah Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Membangun Kesadaran & Rasa Takut Kepada Allah, selamat membaca. Pertanyaan: Ustadz, saya mau bertanya bagaimana membangun rasa takut kepada Allah Taala? Kesadaran apa yang perlu saya bangun sebagai fondasi yang kokoh di aspek keyakinan terutama rasa takut. (Ditanyakan Oleh Mahad Bimbingan Islam) Jawaban: Alhamdulillh Washshaltu wassalmu al raslillh, wa al lihi wa ash hbihi ajmain Takut kepada Allah Taala adalah sifat orang yang bertaqwa, dan hal itu juga merupakan bukti imannya kepada Allah. Lihatlah bagaimana Allah mensifati para Malaikat, Allah Taala berfirman : Mereka takut kepada Rabb mereka yang berada di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka) (QS. An Nahl: 50). Lihat juga bagaimana Allah Taala berfirman tentang hamba-hambanya yang paling mulia, yaitu para Nabi Alahimus wassalam : Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami (QS. Al Anbiya: 90) Oleh karenanya, seseorang semakin ia mengenal Rabb-nya dan semakin dekat ia kepada Allah Taala, akan semakin besar rasa takutnya kepada Allah. Nabi kita Shallallahualaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya aku yang paling mengenal Allah dan akulah yang paling takut kepada-Nya (HR. Bukhari-Muslim). Maka untuk memupuk rasa takut kepada Allah Taala adalah belajar ilmu agama, lebih khusus lagi tentang akidah, kekuasaan dan kemahabesaran Allah Yang Maha Tinggi. Ingatlah bahwa azab Allah itu sangat keras lagi amat pedih, tidak ada yang sanggup memikulnya. Beriman dengan huru-hara yang sangat menakutkan ketika terjadi hari kiamat, dan azab kubur yang sangat mengkhawatirkan bagi dia yang tidak selamat. Wallahu Taala Alam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Fadly Gugul, S.Ag.
Membangun Kesadaran Rasa Takut Kepada Allah Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Membangun Kesadaran Rasa Takut Kepada Allah, selamat membaca. Pertanyaan Ustadz, saya mau bertanya bagaimana membangun rasa takut kepada Allah Taala Kesadaran apa yang perlu saya bangun sebagai fondasi yang kokoh di aspek keyakinan terutama rasa takut. Ditanyakan Oleh Mahad Bimbingan Islam Jawaban Alhamdulillh Washshaltu wassalmu al raslillh, wa al lihi wa ash hbihi ajmain Takut kepada Allah Taala adalah sifat orang yang bertaqwa, dan hal itu juga merupakan bukti imannya kepada Allah. Lihatlah bagaimana Allah mensifati para Malaikat, Allah Taala berfirman Mereka takut kepada Rabb mereka yang berada di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka QS. An Nahl 50. Lihat juga bagaimana Allah Taala berfirman tentang hambahambanya yang paling mulia, yaitu para Nabi Alahimus wassalam Sesungguhnya mereka adalah orangorang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatanperbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orangorang yang khusyuk kepada Kami QS. Al Anbiya 90 Oleh karenanya, seseorang semakin ia mengenal Rabbnya dan semakin dekat ia kepada Allah Taala, akan semakin besar rasa takutnya kepada Allah. Nabi kita Shallallahualaihi Wasallam bersabda Sesungguhnya aku yang paling mengenal Allah dan akulah yang paling takut kepadaNya HR. BukhariMuslim. Maka untuk memupuk rasa takut kepada Allah Taala adalah belajar ilmu agama, lebih khusus lagi tentang akidah, kekuasaan dan kemahabesaran Allah Yang Maha Tinggi. Ingatlah bahwa azab Allah itu sangat keras lagi amat pedih, tidak ada yang sanggup memikulnya. Beriman dengan huruhara yang sangat menakutkan ketika terjadi hari kiamat, dan azab kubur yang sangat mengkhawatirkan bagi dia yang tidak selamat. Wallahu Taala Alam. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Fadly Gugul, S.Ag.
Saya memiliki anak berusia 4 tahun setengah. Saya mulai memperhatikan bahwa sang anak ini memasukkan tangannya ke dalam celananya. Ketika saya menegurnya, dia mengatakan bahwa dirinya merasakan sakit pada bagian tersebut, ternyata dia mengalami ereksi. Maka ketika itu saya membuka celana dalamnya dan hanya memakaikannya celana luar. Maka kini dia terbiasa berdiam di rumah tanpa celana dalam. Apakha hal ini keliru, atau apakah kondisinya akan kembali normal?
https://islamqa.info/id/answers/94974/membiasakan-anaknya-tidak-mengenakan-celana-dalam
Alhamdulillah.Kami sangat bersyukur atas perhatian anda terhadap anak-anak anda. Ini perkara yang sering diabaikan oleh banyak orang tua. Padahal terdapat sejumlah perintah dalam Al-Quran dan sunah tentang wajibnya melindungi diri dan keluarga dari neraka dan wajibnya memberikan nasehat kepada mereka serta memperhatikan kondisi agamanya, seperti memerintahkannya untuk shalat serta memisahkan tempat tidur mereka satu sama lain. Allah Ta'ala befirman, ( : 6) "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6) Dari Abdullah bin Umar dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Semua kalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang orang-orang yang kalian pimpin. Kepala negara adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang bapak pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang ibu pemimpin di rumah suaminya." (HR. Bukhari, no. 853, Muslim, 1829) Dari Ma'qil bin Yasar, dia berkata, "Aku mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ( 6731) "Tidaklah seorang hamba diberikan wewenang oleh Allah untuk mengurus orang-orang yang dipimpinnya, lalu mereka tidak memperhatikannya, kecuali mereka tidak akan mendapatkan wangi surga." (HR. Bukhari, no. 6731) Perhatian anda terhadap gerak gerik anak anda menunjukkan bahaw anda sangat berupaya agar dia memiliki sifat-sifat kebaikan serta menjauhkannya dari sifat-sifat yang buruk. Ini adalah sikap yang baik. Mesikpun anak seusia anak anda -4 tahun- pada umumnya tidak memiliki keinginan seksual, akan tetapi ada sejumlah riset yang menunjukkan bahwa sebagian anak-anak berusia belum balig dapat memiliki keinginan seksual dengan cara menggerak-gerakkan alat vitalnya untuk meraih kenikmatan. Sebagian pemerhati pendidikan menyimpulkan bahwa anak berusia sembilan tahun yang melakukan kebiasaan ini berjumlah 10%. Sebagian lagi menyimpulkan bahwa kebiasaan ini dapat dimulai sejak usia dua hingga enam tahun. (Lihat: Adnan Shaleh Baharits, Mas'uliyatul Abil Muslim fi Tarbiyatul Walad Fi Marhalati Thufulah, hal. 468) "Banyak yang menyaksikan anak-anak seusia tersebut meletakkan salah satu tangannya di alat vitalnya tanpa dia sadari. Apabila dia diperingatkan maka  dia akan ingat dan mengangkat tangannya. Sebabnya adalah biasanya anak merasakan gatal atau radang di tempat tersebut akibat tindakan ibu yang berlebih-lebihan membersihkannya, atau boleh jadi akibat radang, yaitu lalai membersihkan kotoran yang keluar dari dua jalan yang terdapat pada tubuh anak. Di antara sebab seorang anak suka memainkan alat vitalnya adalah diberikannya kesempatan baginya memainkan alat vitalnya dengan cara membiarkannya telanjang dalam waktu yang lama. Sehingga sang anak jadi melihat dan mempermainkannya. Seharusnya dia dibiasakan menutup auratnya sejak kecil dan mencegahnya telanjang. Jika melihat tangan sang anak memegang kemaluannya, hendaknya perhatiannya dialihkan kepada yang lain, seperti dengan memberinya mainan, atau sepotong biskuit atau memeluk atau menciumnya. Tujuannya agar mengalihkannya dari kebiasaan tersebut dengan cara mudah tanpa kehebohan. Tidak selayaknya membentahknya atau berlaku kasar terhadapnya. Karena hal itu akan semakin menambahnya keinginan untuk mengetahui daerah tersebut dan mengetahui sebab pelarangan mempermainkannya. Tidak mengapa menanyakan sang anak apakah dia merasakan gatal atau sakit di daerah tersebut sehingga dia terdorong menggarukkan tangannya. (Sumber buku yang sama hal. 472) Adapun perkara anak anda secara khusus, kami memandang hendaknya anda pastikan bahwa pakaian yang dia kenakan atau pada tubuhnya tidak terdapat problem yang menyebabkannya melakukan demikian. Upayakan mengenakannya pakaian dalam yang lebar dan jangan biarkan dia hanya memakai pakaian luar saja. Kesimpulannya: Kami nasehatkan kepada setiap orang tua tentang pentingnya membiasakan anak-anak untuk menutup auratnya dan memiliki rasa malu serta tidak membiasakan mereka memakai pakaian pendek, baik terhadap anak laki-laki maupun perempuan. Hendaknya mereka dibiasakan memakai pakaian yang menutup aurat sejak kecil, sehingga mereka tumbuh dalam sikap menjaga diri dan mulia. Syekh Muhamad bin Shaleh Al-Utsaimin rahimahullah berkata, "Telah diketahui bahwa seseorang sesuatu yang mempengaruhi seseorang di masa kecilnya, akan juga memberi pengaruh ketika dia sudah dewasa. Karena itu Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan agar kita memerintahkan anak-anak kecil untuk melakukan shalat saat mereka berusia tujuh tahun dan memukul mereka saat mereka berusia sepuluh tahun. Maksudnya agar mereka terbiasa, dan anak kecil itu tergantung kebiasaannya." (Al-Liqo Asy-Syahri, 66/soal no. 9) Lihat jawaban soal no. 43485, 9909 Wallahu’alam.
Kami sangat bersyukur atas perhatian anda terhadap anakanak anda. Ini perkara yang sering diabaikan oleh banyak orang tua. Padahal terdapat sejumlah perintah dalam AlQuran dan sunah tentang wajibnya melindungi diri dan keluarga dari neraka dan wajibnya memberikan nasehat kepada mereka serta memperhatikan kondisi agamanya, seperti memerintahkannya untuk shalat serta memisahkan tempat tidur mereka satu sama lain. AtTahrim 6 Dari Abdullah bin Umar dia berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Semua kalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang orangorang yang kalian pimpin. 853, Muslim, 1829 Dari Maqil bin Yasar, dia berkata, Aku mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 6731 Tidaklah seorang hamba diberikan wewenang oleh Allah untuk mengurus orangorang yang dipimpinnya, lalu mereka tidak memperhatikannya, kecuali mereka tidak akan mendapatkan wangi surga. 6731 Perhatian anda terhadap gerak gerik anak anda menunjukkan bahaw anda sangat berupaya agar dia memiliki sifatsifat kebaikan serta menjauhkannya dari sifatsifat yang buruk. Mesikpun anak seusia anak anda 4 tahun pada umumnya tidak memiliki keinginan seksual, akan tetapi ada sejumlah riset yang menunjukkan bahwa sebagian anakanak berusia belum balig dapat memiliki keinginan seksual dengan cara menggerakgerakkan alat vitalnya untuk meraih kenikmatan. Sebagian pemerhati pendidikan menyimpulkan bahwa anak berusia sembilan tahun yang melakukan kebiasaan ini berjumlah 10. Lihat Adnan Shaleh Baharits, Masuliyatul Abil Muslim fi Tarbiyatul Walad Fi Marhalati Thufulah, hal. 468 Banyak yang menyaksikan anakanak seusia tersebut meletakkan salah satu tangannya di alat vitalnya tanpa dia sadari. Apabila dia diperingatkan maka dia akan ingat dan mengangkat tangannya. Sebabnya adalah biasanya anak merasakan gatal atau radang di tempat tersebut akibat tindakan ibu yang berlebihlebihan membersihkannya, atau boleh jadi akibat radang, yaitu lalai membersihkan kotoran yang keluar dari dua jalan yang terdapat pada tubuh anak. Di antara sebab seorang anak suka memainkan alat vitalnya adalah diberikannya kesempatan baginya memainkan alat vitalnya dengan cara membiarkannya telanjang dalam waktu yang lama. Sehingga sang anak jadi melihat dan mempermainkannya. Jika melihat tangan sang anak memegang kemaluannya, hendaknya perhatiannya dialihkan kepada yang lain, seperti dengan memberinya mainan, atau sepotong biskuit atau memeluk atau menciumnya. Tujuannya agar mengalihkannya dari kebiasaan tersebut dengan cara mudah tanpa kehebohan. Tidak selayaknya membentahknya atau berlaku kasar terhadapnya. Karena hal itu akan semakin menambahnya keinginan untuk mengetahui daerah tersebut dan mengetahui sebab pelarangan mempermainkannya. 472 Adapun perkara anak anda secara khusus, kami memandang hendaknya anda pastikan bahwa pakaian yang dia kenakan atau pada tubuhnya tidak terdapat problem yang menyebabkannya melakukan demikian. Upayakan mengenakannya pakaian dalam yang lebar dan jangan biarkan dia hanya memakai pakaian luar saja. Hendaknya mereka dibiasakan memakai pakaian yang menutup aurat sejak kecil, sehingga mereka tumbuh dalam sikap menjaga diri dan mulia. Syekh Muhamad bin Shaleh AlUtsaimin rahimahullah berkata, Telah diketahui bahwa seseorang sesuatu yang mempengaruhi seseorang di masa kecilnya, akan juga memberi pengaruh ketika dia sudah dewasa. Karena itu Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan agar kita memerintahkan anakanak kecil untuk melakukan shalat saat mereka berusia tujuh tahun dan memukul mereka saat mereka berusia sepuluh tahun. Maksudnya agar mereka terbiasa, dan anak kecil itu tergantung kebiasaannya.
Bolehkah Salat Sambil Membaca Mushaf Al Quran?
https://muhammadiyah.or.id/2023/10/bolehkah-salat-sambil-membaca-mushaf-al-quran/
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Membaca al-Qur’an dalam salat, baik yang wajib maupun sunnah, ketika seseorang belum atau tidak hafal surat yang diinginkan, merupakan permasalahan yang menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ulama. Pendapat pertama melarang praktik membaca al-Qur’an sambil membawa mushaf ketika salat. Mereka berpendapat bahwa tindakan ini bisa mengganggu konsentrasi dan khusyu’ dalam salat. Ketenangan dan khusyu’ sangat penting dalam menghadap Allah. Allah Swt. sendiri menganjurkan dalam Al-Qur’an untuk menjaga khusyu’ dalam salat (QS. al-Mu’minun [23]: 1-3). Pendapat kedua adalah memusuhi tindakan membaca al-Qur’an sambil membawa mushaf. Alasan yang mereka kemukakan adalah adanya kekhawatiran terkait tasyabbuh (menyerupai) dengan ahli kitab. Ini dapat membuat umat Islam tampak meniru praktik orang-orang non-Muslim. Pendapat ketiga, mayoritas ulama membolehkan membaca al-Qur’an sambil membawa mushaf dalam salat. Mereka merujuk pada hadis Nabi yang menceritakan bahwa Aisyah r.a. pernah diimami oleh seseorang yang membaca dari mushaf. Ini menunjukkan bahwa praktik ini tidak dilarang dalam Islam. “Diriwayatkan dari Ibnu Abi Mulaikah, bahwa ‘Aisyah r.a. pernah diimami oleh budaknya yang bernama Dzakwan dan dia membaca dari mushaf.” [HR. al-Bukhari secara Muallaq, dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf]. Namun, penting untuk memahami bahwa jika memungkinkan, menurut Fatwa Tarjih, menghafal surat yang diinginkan akan menjadi pilihan yang lebih baik, sehingga tidak perlu membawa mushaf selama salat. Ketika seseorang membawa mushaf, perlu memastikan bahwa gerakan yang tidak terkait dengan salat tidak terlalu banyak dan tidak mengganggu khusyu’. Terlepas dari perbedaan pendapat di antara ulama, membaca al-Qur’an dalam salat adalah suatu amal ibadah yang dianjurkan dalam Islam. Namun, pelaksanaannya sebaiknya tidak memberatkan atau menyusahkan diri. Allah Swt juga telah mengingatkan agar kita membaca apa yang mudah dari al-Qur’an (QS. al-Muzammil [73]: 20). Menurut Fatwa Tarjih, Pandangan yang menentang membaca al-Qur’an dengan mushaf karena khawatir menyerupai ahli kitab dapat dianggap tidak beralasan. Membaca al-Qur’an merupakan amal ibadah yang berbeda dari membaca kitab atau buku lainnya, dan tidak termasuk dalam tasyabbuh dengan ahli kitab. Perlu diingat bahwa inti dari salat adalah menghadap Allah Swt. dengan khusyu’ dan konsentrasi. Oleh karena itu, pemilihan untuk membaca al-Qur’an dengan mushaf dalam salat harus dilakukan dengan penuh pertimbangan, agar tetap menjaga makna sejati dari ibadah tersebut. Wallahu a‘lam bish-shawab. Referensi: https://web.suaramuhammadiyah.id/2016/01/26/salat-membaca-mushaf-al-quran/
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTAMembaca alQuran dalam salat, baik yang wajib maupun sunnah, ketika seseorang belum atau tidak hafal surat yang diinginkan, merupakan permasalahan yang menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ulama. Pendapat pertama melarang praktik membaca alQuran sambil membawa mushaf ketika salat. Mereka berpendapat bahwa tindakan ini bisa mengganggu konsentrasi dan khusyu dalam salat. Ketenangan dan khusyu sangat penting dalam menghadap Allah. Allah Swt. sendiri menganjurkan dalam AlQuran untuk menjaga khusyu dalam salat QS. alMuminun 23 13. Pendapat kedua adalah memusuhi tindakan membaca alQuran sambil membawa mushaf. Alasan yang mereka kemukakan adalah adanya kekhawatiran terkait tasyabbuh menyerupai dengan ahli kitab. Ini dapat membuat umat Islam tampak meniru praktik orangorang nonMuslim. Pendapat ketiga, mayoritas ulama membolehkan membaca alQuran sambil membawa mushaf dalam salat. Mereka merujuk pada hadis Nabi yang menceritakan bahwa Aisyah r.a. pernah diimami oleh seseorang yang membaca dari mushaf. Ini menunjukkan bahwa praktik ini tidak dilarang dalam Islam. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Mulaikah, bahwa Aisyah r.a. pernah diimami oleh budaknya yang bernama Dzakwan dan dia membaca dari mushaf. HR. alBukhari secara Muallaq, dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf. Namun, penting untuk memahami bahwa jika memungkinkan, menurut Fatwa Tarjih, menghafal surat yang diinginkan akan menjadi pilihan yang lebih baik, sehingga tidak perlu membawa mushaf selama salat. Ketika seseorang membawa mushaf, perlu memastikan bahwa gerakan yang tidak terkait dengan salat tidak terlalu banyak dan tidak mengganggu khusyu. Terlepas dari perbedaan pendapat di antara ulama, membaca alQuran dalam salat adalah suatu amal ibadah yang dianjurkan dalam Islam. Namun, pelaksanaannya sebaiknya tidak memberatkan atau menyusahkan diri. Allah Swt juga telah mengingatkan agar kita membaca apa yang mudah dari alQuran QS. alMuzammil 73 20. Menurut Fatwa Tarjih, Pandangan yang menentang membaca alQuran dengan mushaf karena khawatir menyerupai ahli kitab dapat dianggap tidak beralasan. Membaca alQuran merupakan amal ibadah yang berbeda dari membaca kitab atau buku lainnya, dan tidak termasuk dalam tasyabbuh dengan ahli kitab. Perlu diingat bahwa inti dari salat adalah menghadap Allah Swt. dengan khusyu dan konsentrasi. Oleh karena itu, pemilihan untuk membaca alQuran dengan mushaf dalam salat harus dilakukan dengan penuh pertimbangan, agar tetap menjaga makna sejati dari ibadah tersebut. Wallahu alam bishshawab. Referensi
Dua Syarat Diterimanya Ibadah
https://muslim.or.id/5399-dua-syarat-diterimanya-ibadah.html
Daftar Isi [lwptoc] Ibadah merupakan sebuah kata yang amat sering terdengar di kalangan kaum muslimin, bahkan mungkin bisa kita pastikan tidaklah seorang muslim kecuali pernah mendengarnya. Lebih jauh lagi, ibadah merupakan tujuan diciptakannya seluruh jin dan seluruh manusia, sebagaimana firman Allah azza wa jalla (yang artinya), Dan tidaklah Aku ciptakan seluruh jin dan seluruh manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu.(QS : Adz Dzariyat [51] :56). Namun telah tahukah kita bahwa ibadah memiliki syarat agar ibadah tersebut diterima di sisi Allah sebagai amal sholeh dan bukan amal yang salah? Dua syarat diterimanya ibadah itu adalah [1] berniat ikhlas kepada Allah Azza wa Jalla dan [2] ittiba (mencontoh) Nabi shollallahu alaihi was sallam. Untuk itulah mari sejenak kita luangkan beberapa gilintir waktu kita untuk mempelajarinya lewat tulisan singkat ini. Dua syarat diterimanya ibadah ini bukanlah suatu yang dibuat-buat oleh para ulama semata-mata berdasar akal mereka, melainkan dua syarat diterimanya ibadah ini telah Allah Subhanahu wa Taala abadikan dalam firmanNya di ayat terakhir surat Al Kahfi dalam satu kesempatan sekaligus (yang artinya), Sesunggunya Sesembahan kalian adalah sesembahan yang esa, barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Robbnya maka hendaklah ia beramal ibadah dengan amalan yang sholeh dan tidak menyekutukan Robbnya dalam amal ibadahnya dengan suatu apapun.(QS : Al Kahfi: 110). Ibnu Katsir Asy Syafii rohimahullah seorang pakar tafsir yang tidak diragukan lagi keilmuannya mengatakan, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh, maksudnya adalah mencocoki syariat Allah (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam, pen). Dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya, maksudnya selalu mengharap wajah Allah semata dan tidak berbuat syirik pada-Nya. Kemudian beliau mengatakan, Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.[1]. Dalil lainnya adalah firman Allah azza wa jalla (yang artinya), Dzat Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amal ibadahnya.(QS : Al Mulk: 2). Fudhail bin Iyaad rohimahullah seorang Tabiin yang agung mengatakan ketika menafsirkan firman Allah, (yang artinya) yang lebih baik amal ibadahnya maksudnya adalah yang paling ikhlas dan yang paling benar (paling mencocoki Nabi shallallahu alaihi wa sallam). Kemudian beliau rohimahullah mengatakan, Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mencocoki ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan diterima. Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau shallallahu alaihi wa sallam namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan diterima. Amalan barulah diterima jika terdapat syarat ikhlas dan showab. Amalan dikatakan ikhlas apabila dikerjakan semata-mata karena Allah. Amalan dikatakan showab apabila mencocoki ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam[2]. Adapun dalil dari hadits Nabi shallallahu alaihi was sallam untuk syarat diterimanya ibadah yang pertama adalah hadits yang diriwayatkan melalui jalan Amirul Muminin yang pertama Umar bin Khottob rodhiyallahu anhu (yang artinya), Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijroh karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya adalah pada Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrah karena dunia yang ia cari-cari atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya berarti pada apa yang ia tuju (yaitu dunia dan wanita, pent.).[3]Dalil untuk syarat yang kedua adalah hadits Nabi shallallahu alaihi was sallam yang diriwayatkan dari jalur Ummul Muminin Aisyah rodhiyallahu anha (yang artinya), Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak[4]. Dalam redaksi yang lain (yang artinya), Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak[5]. Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, Hadits ini adalah hadits yang sangat agung mengenai pokok Islam. Hadits ini merupakan timbangan amalan zhohir (lahir). Sebagaimana hadits innamal amalu bin niyat [sesungguhnya amal tergantung dari niatnya] merupakan timbangan amalan batin. Apabila suatu amalan diniatkan bukan untuk mengharap wajah Allah, pelakunya tidak akan mendapatkan ganjaran. Begitu pula setiap amalan yang bukan ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka amalan tersebut tertolak. Segala sesuatu yang diada-adakan dalam agama yang tidak ada izin dari Allah dan Rasul-Nya, maka perkara tersebut bukanlah agama sama sekali.[6] Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyah rohimahullah mengatakan, Ibadah adalah sebuah kata yang mencakup banyak makna (isim jami) untuk seluruh perkara yang Allah cintai dan ridhoi baik berupa perkataan, pebuatan secara lahir dan bathin[7]. Tentu saja ibadah-ibadah tersebut harus disertai adanya rasa perendahan diri seorang hamba kepada Robbnya dan pengagungan yang sebesar-besarnya kepada RobbNya Azza wa Jalla[8]. Para ulama menjadikan perkara ibadah menjadi dua macam. Macam pertama adalah ibadah yang murni ibadah (ibadah mahdhoh). Ibadah yang satu ini harus melalui wahyu, tanpa wahyu seseorang tidak mungkin mengamalkannya. Contohnya adalah shalat, puasa, dan dzikir. Ibadah jenis pertama ini tidak boleh seseorang membuat kreasi baru di dalamnya, sebagaimana nanti akan dijelaskan. Sedangkan macam kedua adalah ibadah ghoiru mahdhoh (bukan murni ibadah). Macam kedua ini, asalnya adalah perkara mubah atau perkara dunia. Namun karena diniatkan untuk ibadah, maka bernilai pahala. Seperti berdagang, jika diniatkan ikhlas karena Allah untuk menghidupi keluarga, bukan semata-mata untuk cari penghidupan, maka nantinya bernilai pahala.[9] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah mengatakan Niat adalah maksud yang diinginkan dari amal[10]. Ditempat yang lain beliau rohimahullah mengatakan, Niat dalam seluruh ibadah tempatnya di hati bukan di lisan dan hal ini telah disepakati para ulama kaum muslimin.. Seandainya ada seorang yang melafadzkan niat dan hal itu berbeda dengan niat yang ada dalam hatinya maka yang menjadi tolak ukur berpahala atau tidaknya amal adalah niat yang ada dalam hatinya bukan yang ada di lisannya[11]. An Nawawi Asy Syafii rohimahullah menukil dalam kitabnya At Tibyan perkataan ustadz Abu Qosim Al Qusairiy rohimahullah, beliau mengatakan, Ikhlas adalah engkau mentauhidkan/menuggalkan niatmu dalam ketaatan kepada Allah Subahanahu wa Taala yaitu engkau berniat mendekatkan diri kepada Allah dengan amal ketaatanmu tanpa mengharapkan dari mahluk suatu apapun dari hal tersebut berupa pujian dari manusia dan lain sebagainya[12]. Dzun Nun rohimahullah mengatakan, Tanda ikhlas ada tiga, tidak ada bedanya bagi seseorang antara ia dipuji atau dicela seseorang atas amalnya, tidak menghiraukan pandangan manusia atas amalnya dan mengharap pahala dari amal yang ia kerjakan di akhirat[13]. Sudah barang tentu seorang muslim cinta pada Nabi Muhammad shallallahu alaihi was sallam nah bukti kalau kita cinta kepada Allah adalah ittiba/mengikuti beliau shallallahu alaihi was sallam terutama dalam beramal, sebagaimana firman Allah azza wa jalla (yang artinya), Katakanlah (Wahai Muhammad) jika mereka mencintai Allah maka iktutilah aku (Muhammad) maka Allah akan mencintai kalian. (QS. Al Imron [3] : 31). Maka di antara konsekwensi dari mencintai Allah dan mengimani kerosulan Rasulullah shallallahu alaihi was sallam adalah mengikuti syariat beliau yang tercakup di dalamnya ibadah. Bahkan mengikuti apa yang beliau perintahkan/syariatkan merupakan salah satu hak beliau yang teragung yang harus kita tunaikan[14]. Baca Juga: Memahami Pengertian Ibadah Kebalikan dari bentuk cinta pada Nabi shallallahu alaihi was sallam adalah berbuat bidah dalam agama. Hal ini terkadang tidak diketahui oleh seorang muslim yang mengaku cinta Nabi shallallahu alaihi was sallam, padahal telah jelas bagi kita sabda Nabi shallallahu alaihi was sallam yang melarangnya sebagaimana yang diriwayatkan dari jalur Aisyah di atas. Lihatlah peristiwa yang terjadi beberapa saat sepeninggal Nabi shallallahu alaihi was sallam sebagaimana yang dialami sahabat Ibnu Masud rodhiyallahu anhu ketika beliau melewati suatu masjid yang di dalamnya terdapat orang-orang yang sedang duduk membentuk lingkaran. Mereka bertakbir, bertahlil, bertasbih dengan dipimpin oleh seseorang. Lalu Ibnu Masud mengingkari mereka dengan mengatakan, Hitunglah dosa-dosa kalian. Aku adalah penjamin bahwa sedikit pun dari amalan kebaikan kalian tidak akan hilang. Celakalah kalian, wahai umat Muhammad! Begitu cepat kebinasaan kalian! Mereka sahabat nabi kalian masih ada.Pakaian beliau shallallahu alaihi wa sallam juga belum rusak.Bejananya pun belum pecah.Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, apakah kalian berada dalam agama yang lebih baik dari agamanya Muhammad?Ataukah kalian ingin membuka pintu kesesatan (bidah)? Mereka menjawab, Demi Allah, wahai Abu Abdurrahman (Ibnu Masud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan. Ibnu Masud berkata, Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak mendapatkannya[15]. Sedangkan Hassan bin Athiyah rohimahullah seorang tabiin mengatakan, Tidaklah suatu kaum mengadakan suatu kebidahan kecuali akan hilang sunnah (Nabi shallallahu alaihi was sallam pent.) yang semisal dengan bidah tersebut.[16]Maka lihatlah wahai saudaraku betapa mengerikannya betapa buruknya bidah dan dampaknya di mata generasi utama dalam ummat ini. Mungkin ada sebagian dari kita yang rancu atau belum tahu apakah yang dimaksud dengan bidah dalam pembahasan ini. Maka kami akan bawakan beberapa defenisi bidah menurut para ulama. Diantaranya adalah apa yang dikatakan oleh Asy Syathibi rohimahullah, beliau mengatakan, Bidah adalah tata cara yang dalam agama yang dibuat-buat yang menyerupai syariat dan dimaksudkan dengannya berlebih-lebihan (keluar batas yang ditentukanpent) dalam agama[17]. Banyak yang menyangka bahwa jika kita katakan bidah adalah perbuatan yang haram maka hal ini berarti menggunakan pesawat, sepeda motor, belajar di universitas haram/terlarang. Maka hal ini adalah suatu hal yang tidak benar adanya sebagaimana dalam salah satu redaksi hadits Nabi shallallahu alaihi was sallam(yang artinya), Barangsiapa yang mengadakan suatu hal yang baru dalam masalah agama kami maka perkara tersebut tertolak/tidak diterima[18]. Asy Syatibi juga mengatakan, Perkara non ibadah (adat) yang murni tidak ada unsur ibadah, maka dia bukanlah bidah. Namun jika perkara non ibadah tersebut dijadikan ibadah atau diposisikan sebagai ibadah, maka dia bisa termasuk dalam bidah.[19] Para pembaca dapat memperhatikan bahwa tatkala para sahabat ingin melakukan penyerbukan silang pada kurma –yang merupakan perkara duniawi-, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Apabila itu adalah perkara dunia kalian, kalian tentu lebih mengetahuinya. Namun, apabila itu adalah perkara agama kalian, kembalikanlah padaku.[20] Dari pembahasan atas menunjukkan bahwa ibadah baik itu shalat, puasa, dan dzikir semuanya haruslah memenuhi dua syarat diterimanya ibadah yaitu ikhlas dan mencocoki petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Sehingga tidaklah tepat perkataan sebagian orang ketika dikritik mengenai ibadah atau amalan yang ia lakukan, lantas ia mengatakan, Menurut saya, segala sesuatu itu kembali pada niatnya masing-masing. Ingatlah, tidak cukup seseorang melakukan ibadah dengan dasar karena niat baik, tetapi dia juga harus melakukan ibadah dengan mencocoki ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Sehingga kaedah yang benar Niat baik semata belum cukup. Semoga pembahasan syarat diterimanya ibadah ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Hanya Allah yang beri taufik. Baca Juga: Mengenal Hakekat Ibadah — Catatan kaki [1] Lihat Shohih Tafsir Ibnu Katsir oleh Syaikh Musthofa Al Adawiy hafidzahullah hal. 57/III, terbitan Dar Ibnu Rojab, Mesir. [2] Lihat Maalimut Tanziil (Tafsir Al Baghowi) oleh Abu Muhammad Husain bin Masud Al Baghowiy rohimahullah tahqiq Syaikh Muhammad Abdullah An Namr, terbitan Dar Thoyyibah, Riyadh, KSA. [3] HR. Bukhari no. 6689 dan Muslim no. 1907. [4] HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718. [5] HR. Muslim no. 1718. [6] Jamiul Ulum wal Hikam, hal. 77. [ed] [7] Lihat Al Ubudiyah oleh Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyah rohimahullah hal. 44 dengan takhrij hadits oleh Syaikh Al Albani rahimahullah dan tahqiq oleh Syaikh Zuhair Asy Syawis, terbitan Al Maktab Al Islamiy, Beirut, Lebanon. [8] Lihat Syarh Al Aqidatul Wasithiyah oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin hal. 17, terbitan Dar Ibnil Jauziy, Riyadh, KSA. [9] Lihat pembahasan dalam kitab Tahdzib Tashil Al Aqidah Al Islamiyah, Syaikh Abdullah bin Abdil Aziz AL Jibrin, hal. 39-40, Maktabah Al Mulk Fahd, cetakan pertama, 1425 H. [ed] [10] Lihat Jaamiul Masaail oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah hal. 7. [11] lihat Al Fatawatul Qubro oleh Ibnu Taimiyah, dengan tahqiq Husnain Muhammad Makhluf hal. 87/II, terbitan Darul Marifah, Beirut Lebanon. [12] Lihat At Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran oleh An Nawawi Asy Syafii rohimahullah hal. 50 dengan tahqiq Syaikh Abi Abdillah Ahmad bin Ibrohim Abil Ainain, terbitan Maktabah Ibnu Abbas, Mesir. Dengan sedikit perubahan redaksi. [13] Lihat At Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran oleh An Nawawi Asy Syafii rohimahullah hal. 51. [14] Lihat Lihat Syarh Tsalatsatul Ushul oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin hal. 98, penyunting Syaikh Fahd bin Nashir bin Ibrohim As Sulaiman, terbitan Daruts Tsuraya, Riyadh, KSA, dan Huquq Daat ilaihal Fithroh wa Qorrotha Asy Syariyah oleh oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin hal. 15 terbitan Darul Istiqhomah, Mesir, dengan perubahan dan peringkasan redaksi. [15] HR. Ad Darimi no. 204. Husain Salim Asad mengatakan sanad hadits ini jayyid, riwayat ini dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 2005. [16] Perkataan beliau ini kami dapatkan dari muhadhoroh Syaikh Ali bin Hasan Al Halabiy hafidzahullah yang berjudul Ad Dua wa Atsaruhu dalam sesi tanya jawab. [17] Lihat Al Ithishom oleh Asy Syathibi rohimahullah [18] Lihat Jamiul Ulum wal Hikaam oleh Ibnu Rojab Al Hambali rohimahullah hal. hal. 174 dengan tahqiq oleh Syaikh Syuaib Al Arnauth dan Syaikh Ibrohim Al Bajas terbitan Muasasah Risalah, Beirut, Lebanon. [19] Al Itishom, 1/348 [ed] [20] HR. Ahmad. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengomentari bahwa sanad hadits ini hasan — Penulis: Aditya Budiman Artikel muslim.or.id
Daftar Isi lwptoc Ibadah merupakan sebuah kata yang amat sering terdengar di kalangan kaum muslimin, bahkan mungkin bisa kita pastikan tidaklah seorang muslim kecuali pernah mendengarnya. Lebih jauh lagi, ibadah merupakan tujuan diciptakannya seluruh jin dan seluruh manusia, sebagaimana firman Allah azza wa jalla yang artinya, Dan tidaklah Aku ciptakan seluruh jin dan seluruh manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu. Untuk itulah mari sejenak kita luangkan beberapa gilintir waktu kita untuk mempelajarinya lewat tulisan singkat ini. Dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya, maksudnya selalu mengharap wajah Allah semata dan tidak berbuat syirik padaNya. Kemudian beliau rohimahullah mengatakan, Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mencocoki ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan diterima. Adapun dalil dari hadits Nabi shallallahu alaihi was sallam untuk syarat diterimanya ibadah yang pertama adalah hadits yang diriwayatkan melalui jalan Amirul Muminin yang pertama Umar bin Khottob rodhiyallahu anhu yang artinya, Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijroh karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya adalah pada Allah dan RasulNya. Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, Hadits ini adalah hadits yang sangat agung mengenai pokok Islam. Sebagaimana hadits innamal amalu bin niyat sesungguhnya amal tergantung dari niatnya merupakan timbangan amalan batin. Macam pertama adalah ibadah yang murni ibadah ibadah mahdhoh. Sudah barang tentu seorang muslim cinta pada Nabi Muhammad shallallahu alaihi was sallam nah bukti kalau kita cinta kepada Allah adalah ittibamengikuti beliau shallallahu alaihi was sallam terutama dalam beramal, sebagaimana firman Allah azza wa jalla yang artinya, Katakanlah Wahai Muhammad jika mereka mencintai Allah maka iktutilah aku Muhammad maka Allah akan mencintai kalian. Bahkan mengikuti apa yang beliau perintahkansyariatkan merupakan salah satu hak beliau yang teragung yang harus kita tunaikan14. Mereka bertakbir, bertahlil, bertasbih dengan dipimpin oleh seseorang. Lalu Ibnu Masud mengingkari mereka dengan mengatakan, Hitunglah dosadosa kalian. Celakalah kalian, wahai umat Muhammad Begitu cepat kebinasaan kalian Mereka sahabat nabi kalian masih ada. yang semisal dengan bidah tersebut.16Maka lihatlah wahai saudaraku betapa mengerikannya betapa buruknya bidah dan dampaknya di mata generasi utama dalam ummat ini. Maka kami akan bawakan beberapa defenisi bidah menurut para ulama. Maka hal ini adalah suatu hal yang tidak benar adanya sebagaimana dalam salah satu redaksi hadits Nabi shallallahu alaihi was sallamyang artinya, Barangsiapa yang mengadakan suatu hal yang baru dalam masalah agama kami maka perkara tersebut tertolaktidak diterima18. Namun, apabila itu adalah perkara agama kalian, kembalikanlah padaku.20 Dari pembahasan atas menunjukkan bahwa ibadah baik itu shalat, puasa, dan dzikir semuanya haruslah memenuhi dua syarat diterimanya ibadah yaitu ikhlas dan mencocoki petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ingatlah, tidak cukup seseorang melakukan ibadah dengan dasar karena niat baik, tetapi dia juga harus melakukan ibadah dengan mencocoki ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Semoga pembahasan syarat diterimanya ibadah ini bisa bermanfaat untuk kita semua. 87II, terbitan Darul Marifah, Beirut Lebanon. 12 Lihat At Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran oleh An Nawawi Asy Syafii rohimahullah hal. 98, penyunting Syaikh Fahd bin Nashir bin Ibrohim As Sulaiman, terbitan Daruts Tsuraya, Riyadh, KSA, dan Huquq Daat ilaihal Fithroh wa Qorrotha Asy Syariyah oleh oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin hal. 174 dengan tahqiq oleh Syaikh Syuaib Al Arnauth dan Syaikh Ibrohim Al Bajas terbitan Muasasah Risalah, Beirut, Lebanon.
Syarat pergaulan wanita dan laki-laki yang bukan muhrim
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Syarat-pergaulan-wanita-dan-laki-laki-yang-bukan-muhrim
QS.Surat An-Nur[24]:31 () 31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
QS.Surat AnNur2431 31. Katakanlah kepada wanita yang beriman Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau puteraputera mereka, atau puteraputera suami mereka, atau saudarasaudara lakilaki mereka, atau puteraputera saudara lelaki mereka, atau puteraputera saudara perempuan mereka, atau wanitawanita islam, atau budakbudak yang mereka miliki, atau pelayanpelayan lakilaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita atau anakanak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orangorang yang beriman supaya kamu beruntung.
Fatwa Tarjih Tentang Doa Iftitah dalam Shalat Id
https://web.suaramuhammadiyah.id/2016/07/05/fatwa-tarjih-tentang-doa-iftitah-dalam-shalat-id/
DOA IFTITAH DALAM SHALAT ID Pertanyaan Dari: Seorang ibu jamaah pengajian Aisyiyah Ranting Banguntapan 2, Banguntapan Bantul Yogyakarta (disidangkan pada hari Jum’at, 9 Muharram 1434 H / 23 November 2012) Pertanyaan: Apakah dalam shalat id membaca doa iftitah? Kalau ada bacaannya, apa yang harus dibaca? Terima kasih. Jawaban: Terima kasih atas pertanyaan yang ibu ajukan. Pertanyaan-pertanyaan seperti yang ibu ajukan ini sesungguhnya patut diapresiasi, karena secara tidak langsung berarti warga Muhammadiyah (termasuk ibu) menyadari akan pentingnya beragama secara murni; apakah suatu ibadah ada tuntunannya atau tidak. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu diketahui bersama bahwa secara umum sesungguhnya membaca doa iftitah dalam shalat hukumnya sunah, karena ia tidak termasuk dalam rukun shalat. Oleh karena itu, membaca ataupun tidak, tidak menjadikan sebab batal ataupun sahnya shalat, namun hanya menjadi keutamaan karena telah melaksanakannya. Kaitannya dengan pertanyaan ibu, sepengetahuan kami tidak ada dalil khusus yang menjelaskan tentang anjuran secara spesifik untuk membaca doa iftitah dalam shalat id. Meskipun begitu, hukum membaca doa iftitah dalam shalat id hukumnya tetap sunah dengan mengambil dalil tentang keumuman membaca doa iftitah dalam salat. . [ ] Artinya: “Telah mewartakan kepada kami Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw diam antara takbir dan membaca al-Fatihah. Ia (Abu Zur’ah) berkata: aku mengira Abu Hurairah berkata, ‘diam sebentar’. Lalu aku berkata: wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku! engkau berdiam antara takbir dan membaca al-Fatihah. Apa yang engkau baca di antaranya? Beliau bersabda, aku membaca: Ya Allah, jauhkanlah diriku dengan kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah diriku dari segala kesalahan sebagaimana bersihnya kain putih dari kotoran. Ya Allah cucilah segala kesalahanku dengan air, salju dan embun.” [HR. al-Bukhari] Hadis tersebut masih bersifat umum, karena tidak dijelaskan shalat apa saja yang disyariatkan untuk membaca doa iftitah, sehingga oleh karenanya hadis ini mencakup semua salat yang tidak ada dalil spesifik tentang bacaan doa iftitah apa yang dianjurkan untuk dibaca. Penerapan keumuman dalil ini sesuai dengan kaidah ushuliyah yang mengatakan; . Artinya: “Apabila dalam nash syar’i ada lafal yang umum dan tidak ada satu dalil pun yang mentakhsisnya, maka wajib membawa (mengamalkan) nash itu pada keumumannya.” (Abdul Wahab Khalaf, ‘Ilmu Ushul al-Fiqh, hal. 181) Perlu diketahui juga tentang kapan doa iftitah itu dibaca. Dari hadis yang disebutkan di atas, dapat ditarik pemahaman dari kata “Rasulullah saw diam antara takbir dan membaca al-Fatihah”, bahwa doa iftitah dibaca sesudah takbiratul ihram dan sebelum membaca surat al-Fatihah, sehingga doa iftitah itu dibaca setelah takbir tujuh kali dalam salat id. Untuk doa iftitah yang dibaca bisa menggunakan beberapa alternatif yang diajarkan Rasulullah saw, seperti doa iftitah yang terdapat dalam hadis di atas. Namun untuk lebih jelasnya tentang doa iftitah apa saja yang diajarkan oleh Rasulullah saw, ibu bisa melihatnya dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah hal. 78-79. Terlepas dari itu semua, karena ibu dalam posisi ini tentunya menjadi makmum dalam shalat id, maka perlu memperhatikan juga imam salatnya. Jika memang imamnya diam sejenak untuk membaca doa iftitah, alangkah baiknya ibu sebagai makmum juga membacanya. Namun bila sang imam setelah takbiratul ihram kemudian merangkainya dengan takbir tujuh kali dan langsung membaca surat al-Fatihah tanpa membaca doa iftitah, maka ibu juga sebaiknya mengikuti apa yang dilakukan imam. Demikian jawaban dari kami, semoga ibu dan para jamaah pengajian Aisyiyah Banguntapan 2 selalu diberi semangat beragama oleh Allah swt. Amin. Wallahu a’lam bish–shawab. —————————————– Semua pertanyaan dijawab oleh Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah e-mail: tarjih_ppmuh@yahoo.com
DOA IFTITAH DALAM SHALAT ID Pertanyaan Dari Seorang ibu jamaah pengajian Aisyiyah Ranting Banguntapan 2, Banguntapan Bantul Yogyakarta disidangkan pada hari Jumat, 9 Muharram 1434 H 23 November 2012 Pertanyaan Apakah dalam shalat id membaca doa iftitah Kalau ada bacaannya, apa yang harus dibaca Terima kasih. Jawaban Terima kasih atas pertanyaan yang ibu ajukan. Pertanyaanpertanyaan seperti yang ibu ajukan ini sesungguhnya patut diapresiasi, karena secara tidak langsung berarti warga Muhammadiyah termasuk ibu menyadari akan pentingnya beragama secara murni apakah suatu ibadah ada tuntunannya atau tidak. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu diketahui bersama bahwa secara umum sesungguhnya membaca doa iftitah dalam shalat hukumnya sunah, karena ia tidak termasuk dalam rukun shalat. Oleh karena itu, membaca ataupun tidak, tidak menjadikan sebab batal ataupun sahnya shalat, namun hanya menjadi keutamaan karena telah melaksanakannya. Artinya Telah mewartakan kepada kami Abu Hurairah, ia berkata Rasulullah saw diam antara takbir dan membaca alFatihah. Ia Abu Zurah berkata aku mengira Abu Hurairah berkata, diam sebentar. Apa yang engkau baca di antaranya Beliau bersabda, aku membaca Ya Allah, jauhkanlah diriku dengan kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah diriku dari segala kesalahan sebagaimana bersihnya kain putih dari kotoran. Ya Allah cucilah segala kesalahanku dengan air, salju dan embun. Penerapan keumuman dalil ini sesuai dengan kaidah ushuliyah yang mengatakan . Artinya Apabila dalam nash syari ada lafal yang umum dan tidak ada satu dalil pun yang mentakhsisnya, maka wajib membawa mengamalkan nash itu pada keumumannya. Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul alFiqh, hal. Namun untuk lebih jelasnya tentang doa iftitah apa saja yang diajarkan oleh Rasulullah saw, ibu bisa melihatnya dalam Himpunan Putusan Tarjih HPT Muhammadiyah hal. Terlepas dari itu semua, karena ibu dalam posisi ini tentunya menjadi makmum dalam shalat id, maka perlu memperhatikan juga imam salatnya. Jika memang imamnya diam sejenak untuk membaca doa iftitah, alangkah baiknya ibu sebagai makmum juga membacanya. Demikian jawaban dari kami, semoga ibu dan para jamaah pengajian Aisyiyah Banguntapan 2 selalu diberi semangat beragama oleh Allah swt. Semua pertanyaan dijawab oleh Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah email tarjih_ppmuhyahoo.com
Hukum Suami Mengambil Gaji Istri
https://rumaysho.com/16466-hukum-suami-mengambil-gaji-istri.html
Apa hukum suami mengambil gaji istri sembunyi-sembunyi bahkan ada yang dengan dipaksa? Apa benar harta istri itu miliknya, bukan milik suami?Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah keluar pada Idul Adha atau Idul Fithri ke tanah lapang (musholla). Selesai shalat tersebut, beliau lantas memberikan nasihat kepada hadirin. Beliau memerintahkan mereka untuk bersedekah. Beliau bersabda, Wahai sekalian manusia bersedekahlah. Beliau juga menyampaikan pada para wanita ketika itu, Wahai para wanita bersedekahlah karena aku benar-benar menyaksikan bahwa kalian yang paling banyak menghuni neraka.Para sahabat wanita ketika itu bertanya, Kenapa bisa seperti itu wahai Rasulullah?Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan jawaban, Kalian banyak melaknat (mengutuk) dan mengufuri pemberian suami. Aku tidak pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang paling bisa mengalahkan akal lelaki yang kokoh daripada salah seorang kalian, wahai kaum wanita.Kemudian beliau berpaling, ketika beliau sampai di rumah, datanglah Zainab (Ats-Tsaqafiyah), istri dari Ibnu Masud. Ia meminta izin untuk bisa bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ada yang berkata pada Rasul shallallahu alaihi wa sallam, Wahai Rasulullah, ini Zainab mau bertemu. Rasul shallallahu alaihi wa sallam bertanya, Zainab yang mana?Lantas dijawab bahwa Zainab yang dimaksud adalah Zainab, istri dari Ibnu Masud. Rasul shallallahu alaihi wa sallam kemudian menjawab, Baik, suruh ia masuk.Ketika ia sudah dipersilakan masuk, ia bertanya pada Rasulullah, Wahai Nabi Allah, engkau benar-benar telah memerintahkan pada hari (ied) ini untuk bersedekah. Aku sendiri punya perhiasan. Aku ingin bersedekah dengannya. Namun Ibnu Masud (suamiku) menyatakan bahwa dia dan anaknya lebih pantas diberi sedekah tersebut olehku.Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas bersabda, Ibnu Masud benar. Suami dan anakmu lebih berhak diberi sedekah tersebut (dibanding yang lain, pen.). (HR. Bukhari, no. 1462; Muslim, no. 79)Dua faedah ini, penulis peroleh dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah dalam Fath Dzi Al-Jalal wa Al-Ikram, 6:263-264.Kesimpulan lainnya yang bisa dipetik dari hadits adalah harta istri seperti gaji karena ia bekerja misal sebagai guru, itu adalah miliknya, bukan milik suami.Wallahu alam. Moga Allah karuniakan rezeki yang halal dan kita dikaruniakan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah di atas cahaya ilmu Al-Quran dan Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Fath Dzi Al-Jalal wa Al-Ikram bi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Madarul Wathan.—Disusun pada Rabu pagi, 7 Muharram 1438 H @ Perpus Rumaysho – DS—Disusun di Perpus Rumaysho, Selasa pagi, 6 Muharram 1439 HOleh: Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.Com
Apa hukum suami mengambil gaji istri sembunyisembunyi bahkan ada yang dengan dipaksa Apa benar harta istri itu miliknya, bukan milik suamiDari Abu Said AlKhudri radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah keluar pada Idul Adha atau Idul Fithri ke tanah lapang musholla. Selesai shalat tersebut, beliau lantas memberikan nasihat kepada hadirin. Beliau memerintahkan mereka untuk bersedekah. Beliau juga menyampaikan pada para wanita ketika itu, Wahai para wanita bersedekahlah karena aku benarbenar menyaksikan bahwa kalian yang paling banyak menghuni neraka. Ada yang berkata pada Rasul shallallahu alaihi wa sallam, Wahai Rasulullah, ini Zainab mau bertemu. Rasul shallallahu alaihi wa sallam kemudian menjawab, Baik, suruh ia masuk. Ketika ia sudah dipersilakan masuk, ia bertanya pada Rasulullah, Wahai Nabi Allah, engkau benarbenar telah memerintahkan pada hari ied ini untuk bersedekah. Namun Ibnu Masud suamiku menyatakan bahwa dia dan anaknya lebih pantas diberi sedekah tersebut olehku. 79Dua faedah ini, penulis peroleh dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih AlUtsaimin rahimahullah dalam Fath Dzi AlJalal wa AlIkram, 6263264.Kesimpulan lainnya yang bisa dipetik dari hadits adalah harta istri seperti gaji karena ia bekerja misal sebagai guru, itu adalah miliknya, bukan milik suami. Moga Allah karuniakan rezeki yang halal dan kita dikaruniakan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah di atas cahaya ilmu AlQuran dan Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Fath Dzi AlJalal wa AlIkram bi Syarh Bulugh AlMaram. Disusun pada Rabu pagi, 7 Muharram 1438 H Perpus Rumaysho DSDisusun di Perpus Rumaysho, Selasa pagi, 6 Muharram 1439 HOleh Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.
Doa Rasulullah ketika Bertamu
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-rasulullah-ketika-bertamu/
Mendoakan pemilik rumah ketika kita bertamu merupakan adab yang dianjurkan dalam Islam, yaitu dengan mencontoh doa Rasulullah seperti berikut. Allahumma baarik lahum fiimaa razaqtahum waghfir lahum warhamhum Ya Allah berkatilah mereka dalam segala hal yang Engkau rezekikan kepada mereka, serta ampunilah mereka dan sayangilah mereka (Diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi)
Mendoakan pemilik rumah ketika kita bertamu merupakan adab yang dianjurkan dalam Islam, yaitu dengan mencontoh doa Rasulullah seperti berikut. Allahumma baarik lahum fiimaa razaqtahum waghfir lahum warhamhum Ya Allah berkatilah mereka dalam segala hal yang Engkau rezekikan kepada mereka, serta ampunilah mereka dan sayangilah mereka Diriwayatkan oleh Imam alTirmidzi
Perang Zab Dalam Sejarah Peradaban Islam
https://www.harakatuna.com/perang-zab-dalam-sejarah-peradaban-islam.html
Perang adalah sesuatu yang diwajibkan tuhan, akan tetapi perang juga termasuk perkara yang tidak disukai oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Surat Al-Baqoroh, Ayat 216  ( : ) Artinya: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah suatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. Namun demikian perang yang diwajibkan oleh tuhan adalah ketika orang Islam diusir dari daerahnya sendiri hanya karena berkata tuhan kami adalah Allah. Selain dalam konteks tersebut perang adalah sesuatu yang sangat tidak dianjurkan. Walaupun perang adalah sesuatu yang dibenci oleh manusia, akan tetapi dalam prakteknya banyak sekali peperangan yang terjadi. Kebanyakan peperangan tersebut dilantari karena politik dan kekuasaan. Salah satu perang dalam rententan sejarah peradaban Islam yang dilatarbelakangi perebutan kekuasaan adalah Perang Zab. Perang Zab adalah perang yang terjadi di pinggiran sungai Zab, daerah Irak pada tanggal 25 Januari 750 M. Perang ini bisa dimaknai sebagai akhir dari masa Dinasti Umayah dan awal dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Penyebab Perang Zab Timbulnya perang ini diawali dari ketidakpuasan rakyat kepada Khalifah Bani Umayah, yang para gubernurnya banyak melakukan tindak pidana korupsi. Para gubernur yang diangkat khalifah dianggap banyak melakukan korupsi dan hanya mementingan urusan pribadinya saja. Perang Zab juga dimotori oleh sebuah propaganda bahwasanya Dinasti Bani Umayah bukanlah penguasa yang sah. Karena para penguasanya bukan dari keturunan Rasulullah. Propaganda inilah yang digaungkan Bani Abbasiyah untuk mengumpulkan dukungan dari rakyat demi menggulingkan kekuasaan. Bani Abbasiyah juga mengklaim bahwa dirinyalah yang pantas menduduki kekuasaan karena masih kerabat dekat Rasulullah. Karena merupakan keturunan dari paman Nabi Muhammad yang bernama Abbas. Perang Zab ini akhirnya dimenangkan oleh pihak Abbasiyah. Yang ditandai dengan dianggakatnya As-Saffah sebagai khalifah menggantikan khalifah Bani Umayah yang terakhir yaitu Khalifah Marwan.
Perang adalah sesuatu yang diwajibkan tuhan, akan tetapi perang juga termasuk perkara yang tidak disukai oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Surat AlBaqoroh, Ayat 216 Artinya Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah suatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Namun demikian perang yang diwajibkan oleh tuhan adalah ketika orang Islam diusir dari daerahnya sendiri hanya karena berkata tuhan kami adalah Allah. Selain dalam konteks tersebut perang adalah sesuatu yang sangat tidak dianjurkan. Walaupun perang adalah sesuatu yang dibenci oleh manusia, akan tetapi dalam prakteknya banyak sekali peperangan yang terjadi. Kebanyakan peperangan tersebut dilantari karena politik dan kekuasaan. Salah satu perang dalam rententan sejarah peradaban Islam yang dilatarbelakangi perebutan kekuasaan adalah Perang Zab. Perang Zab adalah perang yang terjadi di pinggiran sungai Zab, daerah Irak pada tanggal 25 Januari 750 M. Perang ini bisa dimaknai sebagai akhir dari masa Dinasti Umayah dan awal dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Penyebab Perang Zab Timbulnya perang ini diawali dari ketidakpuasan rakyat kepada Khalifah Bani Umayah, yang para gubernurnya banyak melakukan tindak pidana korupsi. Para gubernur yang diangkat khalifah dianggap banyak melakukan korupsi dan hanya mementingan urusan pribadinya saja. Perang Zab juga dimotori oleh sebuah propaganda bahwasanya Dinasti Bani Umayah bukanlah penguasa yang sah. Karena para penguasanya bukan dari keturunan Rasulullah. Propaganda inilah yang digaungkan Bani Abbasiyah untuk mengumpulkan dukungan dari rakyat demi menggulingkan kekuasaan. Bani Abbasiyah juga mengklaim bahwa dirinyalah yang pantas menduduki kekuasaan karena masih kerabat dekat Rasulullah. Karena merupakan keturunan dari paman Nabi Muhammad yang bernama Abbas. Perang Zab ini akhirnya dimenangkan oleh pihak Abbasiyah. Yang ditandai dengan dianggakatnya AsSaffah sebagai khalifah menggantikan khalifah Bani Umayah yang terakhir yaitu Khalifah Marwan.
Bulughul Maram – Shalat: Tipe Surah yang Dibaca Nabi dalam Shalat Lima Waktu
https://rumaysho.com/31172-bulughul-maram-shalat-tipe-surah-yang-dibaca-nabi-dalam-shalat-lima-waktu.html
Ada beberapa model atau tipe surah yang dibaca oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam shalatnya. Perhatikan pembahasan Bulugh Al-Maram berikut ini. Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-AsqalaniKitab Shalat Bab Sifat Shalat : : {{ *}{}} [: 1 2] . . .Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata, Kami pernah mengukur lama berdirinya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam shalat Zhuhur dan Ashar. Setelah kami ukur ternyata lama berdirinya pada rakaat pertama dan kedua dari shalat Zhuhur sekitar lamanya membaca ALIF LAAM MIIM TANZIIL (Surah As-Sajadah). Pada rakaat ketiga dan keempat, kadarnya sekitar setengahnya. Pada rakaat pertama dan kedua dari shalat Ashar seperti dua rakaat terakhir shalat Zhuhur. Rakaat ketiga dan keempat dari shalat Ashar, kadarnya adalah setengahnya lagi. (Diriwayatkan oleh Muslim) [HR. Muslim, no. 452] : . : ( ). .Dari Sulaiman bin Yasar rahimahullah ia berkata, Ada seseorang yang selalu memanjangkan rakaat pertama dan kedua dari shalat Zhuhur dan memendekkan shalat Ashar. Dalam shalat Magrib, ia membaca surah al-mufashshal yang pendek. Dalam shalat Isya, ia membaca surah al-mufashshal yang pertengahan. Dalam shalat Shubuh, ia membaca surah al-mufashshal yang panjang. Kemudian Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Aku belum pernah bermakmum dengan seseorang yang shalatnya mirip dengan shalat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selain orang ini. (Dikeluarkan oleh An-Nasai dengan sanad yang sahih). [HR. An-Nasai, 2:167-168 dan Ahmad, 14:102, sanad hadits ini kuat, perawinya tsiqqah selain Adh-Dhahak bin Utsman. Syaikh Abdullah Al-Fauzan dalam Minhah Al-Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 3:80, mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan insya Allah]. Baca Juga: Faedah Sirah Nabi: Pensyariatan Shalat Lima Waktu Ketika Isra Mikraj—Jumat siang, 5 Jumadal Ula 1443 H, 10 Desember 2021@ Darush Sholihin Panggang GunungkidulMuhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.Com
Ada beberapa model atau tipe surah yang dibaca oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam shalatnya. Perhatikan pembahasan Bulugh AlMaram berikut ini. Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar AlAsqalaniKitab Shalat Bab Sifat Shalat 1 2 . . .Dari Abu Said AlKhudri radhiyallahu anhu, ia berkata, Kami pernah mengukur lama berdirinya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam shalat Zhuhur dan Ashar. Setelah kami ukur ternyata lama berdirinya pada rakaat pertama dan kedua dari shalat Zhuhur sekitar lamanya membaca ALIF LAAM MIIM TANZIIL Surah AsSajadah. Pada rakaat ketiga dan keempat, kadarnya sekitar setengahnya. Pada rakaat pertama dan kedua dari shalat Ashar seperti dua rakaat terakhir shalat Zhuhur. Rakaat ketiga dan keempat dari shalat Ashar, kadarnya adalah setengahnya lagi. Diriwayatkan oleh Muslim HR. Muslim, no. 452 . . .Dari Sulaiman bin Yasar rahimahullah ia berkata, Ada seseorang yang selalu memanjangkan rakaat pertama dan kedua dari shalat Zhuhur dan memendekkan shalat Ashar. Dalam shalat Magrib, ia membaca surah almufashshal yang pendek. Dalam shalat Isya, ia membaca surah almufashshal yang pertengahan. Dalam shalat Shubuh, ia membaca surah almufashshal yang panjang. Kemudian Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Aku belum pernah bermakmum dengan seseorang yang shalatnya mirip dengan shalat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selain orang ini. Dikeluarkan oleh AnNasai dengan sanad yang sahih. HR. AnNasai, 2167168 dan Ahmad, 14102, sanad hadits ini kuat, perawinya tsiqqah selain AdhDhahak bin Utsman. Syaikh Abdullah AlFauzan dalam Minhah AlAllam fii Syarh Bulugh AlMaram, 380, mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan insya Allah. Baca Juga Faedah Sirah Nabi Pensyariatan Shalat Lima Waktu Ketika Isra MikrajJumat siang, 5 Jumadal Ula 1443 H, 10 Desember 2021 Darush Sholihin Panggang GunungkidulMuhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.Com
Atas Nama Cinta Mereka Berzina
https://radiomutiaraquran.com/2020/09/30/atas-nama-cinta-mereka-berzina/
Zina dibilang cinta Karena sekarang banyak yang tertipu oleh setan; zina dibilang cinta. Bahkan zina dianggap biasa; sekadar kemaluan bertemu kemaluan. Subhanallah! La hawla wala quwwata illa billah!! “Sesungguhnya Allah menetapkan jatah zina untuk setiap manusia. Dia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari: zina mata dengan melihat, zina lisan dengan ucapan, zina hati dengan membayangkan dan gejolak syahwat, sedangkan kemaluan membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Nah, kalau belum halal dalam ikatan nikah, jangan pandang-pandangan dulu. Jangan pegang-pegang dulu. Jangan belai-belai dulu. Dekat-dekat bisa berujung syahwat. Bahaya! Allah telah mengingatkan hamba-Nya dengan keras tentang hal ini, “Dan jangan dekati zina! Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’:32) Berhubungan badan bagaikan keledai Betapa hinanya orang yang berzina. Mari kita simak bagaimana julukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mereka. Shahabat Abu Malik Al-Asy’ari radhiyallahu ’anhu menyampaikan bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Akan ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina dan sutera.” Pada akhir zaman, setelah tidak ada lagi kaum mukminin, yang tersisa adalah seburuk-buruk manusia. Mereka saling melakukan hubungan badan bagaikan keledai, sebagaimana dijelaskan dalam hadits An-Nawwas radhiyallahu ’anhu, ”Dan yang tersisa adalah seburuk-buruk manusia, mereka kawin di zaman itu bagaikan keledai, maka pada merekalah kiamat itu terjadi.’ ” (HR. Muslim) Tantangan Jika ada yang menantang Anda seperti ini: coba berbuatlah semau Anda, tidak perlu taat norma, tak usah patuh kepada agama. Nah, jatah setiap orang ‘kan cuma satu nyawa. Tidak lebih dari itu. Silakan Anda pilih sekarang: Hidup taat aturan Allah, matinya insyaallah selamat. Hidup bebas semaunya, matinya nanti “gambling”; tak jelas selamat atau sekarat. Pasti Anda ingin selamat, ‘kan? Hidup ini mesti berpegang pada prinsip Sekali sudah berikrar dengan keislaman, kita mesti berjuang untuk istiqamah. Jauhkan diri dari teman yang merusak, pilih teman-teman yang mengajak berbuat baik. Perbanyak doa memohon pertolongan Allah; di Tangan-Nya hati kita berbolak-balik. Dengan taufik-Nya kita bisa hidup penuh ketenteraman dan kebahagiaan sejati. “Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah.’” (HR. Muslim) Jika diri bergelimang dosa, tak perlu putus asa. Bertaubatlah sebelum terlambat. Pintu taubat masih terbuka selama nyawa belum sampai kerongkongan. Pintu taubat masih terbuka selama matahari masih terbit dari arah timur. ”Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap kepada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.“ (Hadits qudsi riwayat Tirmidzi, no. 3540; Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa hadits ini shahih.) Referensi: http://www.konsultasisyariah.com/makna-zina-hati/ https://muslimah.or.id/aqidah/tanda-kiamat-merebaknya-perzinaan.html http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/aku-ingin-bertaubat-tetapi.html — Penulis: Athirah Ummu Asiyah Muraja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits Sumber: https://muslimah.or.id/
Zina dibilang cinta Karena sekarang banyak yang tertipu oleh setan zina dibilang cinta. Bahkan zina dianggap biasa sekadar kemaluan bertemu kemaluan. Subhanallah La hawla wala quwwata illa billah Sesungguhnya Allah menetapkan jatah zina untuk setiap manusia. Bukhari dan Muslim Nah, kalau belum halal dalam ikatan nikah, jangan pandangpandangan dulu. AlIsra32 Berhubungan badan bagaikan keledai Betapa hinanya orang yang berzina. Mari kita simak bagaimana julukan Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk mereka. Shahabat Abu Malik AlAsyari radhiyallahu anhu menyampaikan bahwa dia mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Akan ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina dan sutera. Pada akhir zaman, setelah tidak ada lagi kaum mukminin, yang tersisa adalah seburukburuk manusia. Mereka saling melakukan hubungan badan bagaikan keledai, sebagaimana dijelaskan dalam hadits AnNawwas radhiyallahu anhu, Dan yang tersisa adalah seburukburuk manusia, mereka kawin di zaman itu bagaikan keledai, maka pada merekalah kiamat itu terjadi. Muslim Tantangan Jika ada yang menantang Anda seperti ini coba berbuatlah semau Anda, tidak perlu taat norma, tak usah patuh kepada agama. Nah, jatah setiap orang kan cuma satu nyawa. Silakan Anda pilih sekarang Hidup taat aturan Allah, matinya insyaallah selamat. Pasti Anda ingin selamat, kan Hidup ini mesti berpegang pada prinsip Sekali sudah berikrar dengan keislaman, kita mesti berjuang untuk istiqamah. Jauhkan diri dari teman yang merusak, pilih temanteman yang mengajak berbuat baik. Perbanyak doa memohon pertolongan Allah di TanganNya hati kita berbolakbalik. Dengan taufikNya kita bisa hidup penuh ketenteraman dan kebahagiaan sejati. Muslim Jika diri bergelimang dosa, tak perlu putus asa. Pintu taubat masih terbuka selama nyawa belum sampai kerongkongan. Pintu taubat masih terbuka selama matahari masih terbit dari arah timur. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap kepadaKu, maka pasti Aku ampuni dosadosamu tanpa Aku pedulikan. 3540 Syaikh AlAlbani menyatakan bahwa hadits ini shahih. Referensi Penulis Athirah Ummu Asiyah Murajaah Ustadz Ammi Nur Baits Sumber
Ngerinya Azab Kubur Bagi Pezina, Pendusta, dan Penyuka Riba
https://www.eramuslim.com/hikmah/begini-ngerinya-azab-kubur-bagi-orang-yang-dusta-zina-dan-riba/
Eramuslim.com – SEBAB-sebab yang membuat penghuni kubur disiksa ada dua: umum dan terperinci. Secara umum, mereka disiksa karena tidak mengenal Allah, menyia-nyiakan perintah-Nya dan berbuat maksiat . Sebab yang terperinci banyak disebut di dalam nas hadis . Berikut salah satunya. Allah menunjukkan beberapa dosa yang membuat pelakunya diazab. Dalam Shahih al Bukhari diriwayatkan bahwa Samurah ibn Jundub berkata: Biasanya setelah salat Nabi SAW menghadapkan wajahnya ke arah kami, dan bertanya, “Siapa di antara kalian yang mimpi tadi malam?” Jika ada yang bermimpi, orang itu akan menceritakannya, lalu Nabi SAW mengatakan Masya Allah. Suatu hari beliau bertanya kepada kami, “Apakah di antara kalian ada yang bermimpi tadi malam?” Kami menjawab, “Tidak.” Beliau berkata, “Aku tadi malam bermimpi ada dua orang mendatangiku. Mereka memegang tanganku dan membawaku ke tanah yang suci. Di sana ada laki-laki yang sedang duduk dan laki-laki yang berdiri di sampingnya dengan besi pengait di tangannya. Besi itu dimasukkan ke sudut mulut lelaki yang duduk, lalu ditarik sampai mencapai tengkuk, kemudian sudut mulut yang lain ditarik sepert itu, sehingga kedua sudut mulutnya terpaut. Setelah itu, keadaannya pulih seperti sedia kala, dan ia diperlakukan lagi seperti itu.” Aku bertanya, “Apa ini?” Kedua orang yang membawaku menjawab, “Jalanlah!” Lalu kami berjalan sampai bertemu dengan seorang lelaki yang sedang berbaring dan seorang lagi yang berdiri dekat kepalanya sambil memegang batu, lalu dengan batu itu ia menghancurkan kepala lelaki yang berbaring. Setelah ia memukulnya, batu tersebut menggelinding, lalu ia pergi untuk mengambilnya lagi. Ketika ia kembali, kepala lelaki yang hancur tadi sudah menyatu kembali dan pulih seperti sedia kala, lalu ia memukulnya lagi. Aku bertanya, “Siapa ini?” Kedua orang yang membawaku menjawab, “Jalanlah!” Kami berjalan dan menemukan sebuah lubang mirip tungku dari tembikar untuk membakar roti, yang atasnya sempit, bawahnya luas, dan di bawahnya api menyala. Jika api itu mendekat, orang-orang di dalamnya segera naik sampai mereka nyaris keluar. Jika api padam, mereka kembali turun ke bawah. Di dalam lubang itu terdapat laki-laki dan perempuan telanjang. Aku bertanya, “Siapa mereka ini?” Kedua orang yang membawaku menjawab, “Jalanlah!” Kami lalu berjalan dan sampai ke sebuah sungai darah yang di dalamnya ada seorang lelaki berdiri, dan di tengah sungai (menurut versi Yazid dan Wahab ibn Jarir dari Jarir ibn Hazim: di pinggir sungai) ada seorang lelaki yang di hadapannya ada batu. Jika orang itu ingin keluar dari sungai, lelaki di pinggir atau di tengah sungai melempari mulutnya dengan batu sehingga ia kembali ke tempatnya semula. Setiap kali ia akan keluar dari sungai, ia dilempar dengan batu sehingga kembali lagi. Aku bertanya, “Siapa ini?” Kedua orang yang membawaku menjawab, “Jalanlah!” Lalu kami berjalan sampai kami berhenti di sebuah taman hijau yang di dalamnya ada sebuah pohon besar dan di dekat akarnya ada seorang kakek dan beberapa anak kecil. Di dekat pohon ada seorang lelaki yang di hadapannya ada api yang menyala. Lalu kedua orang yang membawaku menaikkanku ke pohon dan memasukkan aku ke suatu tempat yang sangat indah. Di dalamnya ada orang-orang tua, pemuda-pemuda, wanita-wanita, dan anak-anak. Kemudian keduanya mengeluarkan aku dari tempat itu, lalu menaikkanku ke pohon dan memasukkan aku ke dalam tempat yang lebih bagus dan lebih indah, yang di dalamnya terdapat orang-orang tua dan pemuda-pemuda. Aku berkata, “Kalian telah membawaku berkeliling pada malam ini, maka beri beritahukanlah padaku mengenai peristiwa-peristiwa yang kulihat tadi!” Keduanya menjawab, “Baik. Orang yang mulutnya dirobek adalah seorang pendusta yang menceritakan kabar dusta sehingga dusta itu tersebar ke mana-mana, dan ia terus diperlakukan begitu sampai hari kiamat. Orang yang kepalanya diremukkan adalah lelaki yang diajarkan padanya Al-Quran tetapi ia mengabaikannya di malam hari dan tidak mengamalkannya di siang hari. Ia diperlakukan seperti itu sampai hari kiamat. Orang yang di dalam lubang adalah para pezina. Orang yang di sungai adalah pemakan riba. Orang tua yang berada di akar pohon adalah Ibrahim, sedang anak-anak di sekelilingnya adalah anak-anak manusia. Yang menyalakan api adalah (malaikat) Malik penjaga neraka. Tempat pertama yang kau masuki adalah tempat umumnya kaum mukmin, sedangkan tempat ini adalah tempat para syuhada. Aku ini Jibril dan ini Mikail. Angkatlah kepalamu!.” Aku mengangkat kepalaku, lalu tiba-tiba di atasku ada sesuatu seperti awan. Mereka berkata, “Itu tempat tinggalmu.” Aku berkata, “Biarkan aku memasuki rumahku.” Mereka berkata, “Umurmu masih ada. Jika umurmu telah habis, kau boleh masuk ke rumahmmu.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam bab “Jenazah.” Lihat Fath al-Ban, III, h. 251) [sindonews]
Eramuslim.com SEBABsebab yang membuat penghuni kubur disiksa ada dua umum dan terperinci. Secara umum, mereka disiksa karena tidak mengenal Allah, menyianyiakan perintahNya dan berbuat maksiat . Sebab yang terperinci banyak disebut di dalam nas hadis . Dalam Shahih al Bukhari diriwayatkan bahwa Samurah ibn Jundub berkata Biasanya setelah salat Nabi SAW menghadapkan wajahnya ke arah kami, dan bertanya, Siapa di antara kalian yang mimpi tadi malam Jika ada yang bermimpi, orang itu akan menceritakannya, lalu Nabi SAW mengatakan Masya Allah. Mereka memegang tanganku dan membawaku ke tanah yang suci. Besi itu dimasukkan ke sudut mulut lelaki yang duduk, lalu ditarik sampai mencapai tengkuk, kemudian sudut mulut yang lain ditarik sepert itu, sehingga kedua sudut mulutnya terpaut. Setelah itu, keadaannya pulih seperti sedia kala, dan ia diperlakukan lagi seperti itu. Aku bertanya, Apa ini Kedua orang yang membawaku menjawab, Jalanlah Lalu kami berjalan sampai bertemu dengan seorang lelaki yang sedang berbaring dan seorang lagi yang berdiri dekat kepalanya sambil memegang batu, lalu dengan batu itu ia menghancurkan kepala lelaki yang berbaring. Setelah ia memukulnya, batu tersebut menggelinding, lalu ia pergi untuk mengambilnya lagi. Jika api padam, mereka kembali turun ke bawah. Di dalam lubang itu terdapat lakilaki dan perempuan telanjang. Jika orang itu ingin keluar dari sungai, lelaki di pinggir atau di tengah sungai melempari mulutnya dengan batu sehingga ia kembali ke tempatnya semula. Di dekat pohon ada seorang lelaki yang di hadapannya ada api yang menyala. Di dalamnya ada orangorang tua, pemudapemuda, wanitawanita, dan anakanak. Kemudian keduanya mengeluarkan aku dari tempat itu, lalu menaikkanku ke pohon dan memasukkan aku ke dalam tempat yang lebih bagus dan lebih indah, yang di dalamnya terdapat orangorang tua dan pemudapemuda. Aku berkata, Kalian telah membawaku berkeliling pada malam ini, maka beri beritahukanlah padaku mengenai peristiwaperistiwa yang kulihat tadi Keduanya menjawab, Baik. Orang yang mulutnya dirobek adalah seorang pendusta yang menceritakan kabar dusta sehingga dusta itu tersebar ke manamana, dan ia terus diperlakukan begitu sampai hari kiamat. Orang yang kepalanya diremukkan adalah lelaki yang diajarkan padanya AlQuran tetapi ia mengabaikannya di malam hari dan tidak mengamalkannya di siang hari. Tempat pertama yang kau masuki adalah tempat umumnya kaum mukmin, sedangkan tempat ini adalah tempat para syuhada. Aku mengangkat kepalaku, lalu tibatiba di atasku ada sesuatu seperti awan. Aku berkata, Biarkan aku memasuki rumahku. Diriwayatkan oleh Bukhari dalam bab Jenazah.
Ini Dalilnya (19): Bolehkah Ngalap Berkah pada Selain Rasulullah?
https://muslim.or.id/7570-ini-dalilnya-19-bolehkah-ngalap-berkah-pada-selain-rasulullah.html
Masalah kelima: Seputar Tabarruk Di penutup buku ini, saya tidak akan mengoreksi dalil-dalil yang disebutkan Novel tentang tabarruk para sahabat dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, karena semua dalil yang disebutkannya shahih, dan saya sependapat dengan siapa pun yang mengatakan bolehnya tabarruk dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam baik sewaktu hidup maupun sepeninggal beliau. Tapi ingat, tabarruk dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saja, bukan dengan selain beliau.[1] Yang menjadi masalah ialah ketika ada orang yang membolehkan tabarruk dengan selain Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan cara mengqiyaskan orang lain tersebut dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sebagaimana yang dilakukan oleh Novel di akhir pembahasannya, ia mengatakan (hal 147): Kesimpulan Saudaraku, dalam berbagai hadis yang kami kemukakan di atas jelas terlihat bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada para sahabat dan umatnya untuk mencari keberkahan para shalihin. Baik dalam diri, tempat, benda yang berhubungan dengan mereka, maupun amalan mereka. Beliau tidak pernah mengatakan bahwa para sahabat tersebut telah mengkultuskannya dan berbuat syirik. Semua ini menunjukkan bahwa tabarruk dengan diri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam serta peninggalan para Rasul dan kaum shalihin merupakan bagian dari tauhid Islam. Oleh karena itu, jika ada saudara kita sesama muslim yang berupaya untuk memperoleh keberkahan majlis, keberkahan kaum shalihin, dan keberkahan napak tilas dan peninggalan orang-orang saleh, janganlah kita menuduh mereka telah berbuat syirik. Sebab, apa yang mereka lakukan murni ajaran Islam dan upaya yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, para sahabat, dan penerus mereka. Saya katakan, dalam kesimpulannya tersebut Novel telah membuat tiga kesalahan besar! Pertama: Rasulullah tidak pernah mengajarkan para sahabat dan umatnya untuk mencari keberkahan para shalihin baik dalam diri, tempat, dst. Bahkan ini merupakan kedustaan yang terang-terangan terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tidak satu pun dari dalil yang disebutkannya membolehkan hal tersebut. Kesimpulan ini tidak lain adalah hasil akal-akalannya semata, dia menqiyaskan orang shalih dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lantas dimanakah letak persamaannya? Apakah illah yang menyamakan antara keduanya hingga qiyas tersebut dapat diterima? Kemudian, masalah tabarruk bukanlah masalah ijtihadiyyah yang boleh ditetapkan dengan qiyas, apalagi qiyas yang ngawur bin serampangan seperti itu. Tabarruk adalah masalah ibadah yang harus pakai dalil yang shahih dan sharih, seperti yang berulang kali kami tegaskan Kalau ia mengatakan bahwa illah yang dimaksud ialah karena keduanya[2] sama-sama shalih, lantas apakah keshalihan Rasulullah bisa disamakan dengan selain beliau? Qiyas semacam ini adalah qiyas maal faariq, yakni menyamakan dua hal yang berbeda, alias qiyas yang batil. Kedua; ia mengatakan bahwa: tabarruk dengan diri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam serta peninggalan para Rasul dan kaum sholihin merupakan bagian dari tauhid Islam. Dalam perkataan ini ia telah mencampuradukkan antara yang haq dan yang batil. Tabarruk dengan diri Rasulullah dan peninggalan beliau memang dibolehkan. Hal ini jelas ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam masih hidup, sedangkan sepeninggal beliau, maka bagaimana seseorang bisa melakukannya? Adakah dia memiliki bukti bahwa apa yang diklaim sebagai peninggalan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memang benar-benar peninggalan beliau, padahal antara dia dengan Rasulullah telah terpaut lebih dari 1400 tahun? Intinya, mustahil bagi orang zaman ini untuk tabarruk dengan diri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maupun peninggalan beliau kecuali satu hal, yaitu berpegang teguh dengan Sunnah beliau dan mencampakkan segala bentuk bidah, khurafat dan syirkiyyat[3], termasuk tabarruk-tabarruk yang tidak benar seperti ini. Adapun tabarruk dengan diri dan peninggalan orang shalih, maka sama sekali bukan bagian dari ajaran tauhid Islam, akan tetapi itulah tauhid Novel Alaydrus dan tauhid orang Sufi. Ajaran ini sengaja dipelihara agar kaum Baalawi[4] tetap dipandang keramat oleh masyarakat, diyakini membawa berkah bagi mereka, doanya mujarab, dan segudang penghormatan lainnya. Itulah salah satu bentuk kultus individu yang bertentangan dengan tauhid Islam. Buktinya, tidak ada seorang pun dari para sahabat yang bertabarruk dengan Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khatthab radhiyallahu anhuma maupun sahabat-sahabat agung lainnya. Padahal mereka adalah manusia paling shalih setelah para Nabi dan Rasul. Demikian pula para tabiin, tidak seorang pun dari mereka yang ber-tabarruk dengan para sahabat. Kalaulah tabarruk dengan diri dan peninggalan selain Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah sesuatu yang dibolehkan[5], pastilah mereka lebih dahulu melakukannya. Lantas, bagaimana bentuk tabarruk yang benar dengan orang shalih? Masalah tabarruk dengan orang shalih adalah masalah umum yang tidak bisa dihukumi kecuali jika diperinci. Jika yang dimaksud tabarruk dengan orang shalih adalah tabarruk dengan dzat mereka, keringat mereka, air bekas minum/wudhu mereka, pakaian mereka, tempat yang mereka singgahi, dsb maka hal ini adalah perkara yang batil. Nabi shallallahu alaihi wa sallam, para sahabat dan para salaf tidak pernah memerintahkan hal tersebut, dan sebagai orang beriman, kita diwajibkan mengikuti Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam setiap perintah dan larangannya, yaitu dengan melaksanakan perintah beliau sebagaimana yang beliau lakukan dan perintahkan. Demikian pula dalam menyikapi setiap larangan, kita harus meninggalkan apa yang beliau tinggalkan dan beliau larang. Kalau ada yang mengatakan: Kami mendapat berkahnya Si Fulan atau Sejak Si Fulan datang kami mendapat berkah, maka perkataan ini bisa benar bisa salah. Yang benar ialah jika maksudnya bahwa Si Fulan menunjukkan kami dan mengajari kami serta memerintahkan kami kepada yang maruf dan melarang kami dari yang munkar, maka berkat mengikuti dan menaatinya kami mendapat banyak kebaikan seperti ini. Sebagaimana penduduk Madinah yang mendapat berkah saat kedatangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yaitu ketika mereka beriman dan menaati beliau. Lalu berkat itu semua mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Demikian pula setiap mukmin yang beriman dan menaati beliau akan mendapat berkah karenanya. Ia akan mendapat banyak kebaikan di dunia dan akhirat yang hanya Allah yang tahu berapa besarnya. Demikian pula jika yang dimaksud bahwa atas berkat doa dan keshalihan Si Fulan, Allah menolak kejahatan dari kita dan kita mendapat rezeki dan kemenangan, maka ini pun sesuatu yang haq. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Allah menolong umat ini tidak lain ialah karena orang-orang lemah diantara mereka, (yaitu) berkat doa, shalat dan keikhlasan mereka.[6] Jadi, yang dimaksud dengan berkahnya para wali Allah dan kaum shalihin itu ialah manfaat yang mereka berikan kepada umat lewat doa mereka untuk kebaikan kaum muslimin dan ajakan mereka agar manusia taat kepada Allah. Termasuk juga ketika Allah menurunkan rahmat-Nya atau menghindarkan siksa-Nya tersebab mereka, ini termasuk sesuatu yang haq dan memang ada. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan tabarruk dengan orang-orang shalih.[7] Kesalahan besar ketiga ialah saat Novel mengatakan bahwa mencari keberkahan majelis, keberkahan kaum sholihin, dan keberkahan napak tilas dan peninggalan orang-orang saleh… dst adalah murni ajaran Islam dan upaya yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, para sahabat, dan penerus mereka. Jelas sekali di sini bahwa Novel kembali mencampuradukkan antara tabarruk yang haq dengan yang batil, yang menujukkan kejahilannya akan hal tersebut. Kemudian ia melengkapi kejahilannya tadi dengan kedustaan yang diatas namakan ajaran Islam, dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Laa haula walaa quwwata illa billaah. Alangkah buruknya apa yang dilakukan Novel, lebih-lebih jika mengingat bahwa dirinya termasuk ahlul bait, padahal disebutkan dalam kitab: Al Masyraur Rawiy fie Manaqibi Aal Abi Alawiy (1/58): – - ! Suatu kejelekan yang berasal dari ahlul bait adalah lebih jelek jika dibandingkan dengan yang berasal dari selain mereka. Karenanya, Abbas berkata kepada Abdullah puteranya –semoga Allah meridhai mereka berdua-: Wahai puteraku, sesungguhnya tidak ada kedustaan yang dilakukan seseorang dari umat ini, yang lebih jelek daripada kedustaan yang berasal dariku, darimu dan dari ahli baitmu. Sebagai penutup, kami akan menjelaskan secara singkat alasan dilarangnya tabarruk dengan diri orang shalih atau bekas-bekas peninggalannya sebagai berikut: Karenanya, jika ada yang mengatakan: Ini termasuk tabarruk dengan orang shalih, kita katakan: Ini hanya bersifat dugaan yang tidak dapat dipastikan. Sedangkan dugaan tidak boleh jadi landasan hukum dalam masalah seperti ini. Khatimah Demikianlah sedikit penjelasan yang dapat penulis sampaikan. Penulis hanya berharap agar tulisan ini dapat difahami dengan baik dan benar oleh para pembaca, tanpa meninggalkan syubhat sedikit pun dalam hati mereka. Sungguh demi Allah, seandainya bukan karena tanggung jawab besar yang Allah pikulkan kepada orang yang diberi ilmu untuk menyampaikan yang haq sepahit apa pun resikonya, niscaya buku ini takkan pernah ada… kami mencintai Saudara Novel sebagai seorang muslim dan ahlul bait, akan tetapi kebenaran lebih kami cintai dari siapa pun juga, dan dialah yang harus dibela. Kami yakin bahwa pasti ada di antara tulisan ini yang tidak enak dibaca oleh sebagian kalangan, oleh karenanya kami mohon maaf. Namun, sebagaimana kata Imam Syafii: Menyenangkan semua orang adalah tujuan yang tak bisa dicapai. Karenanya, cukuplah bagi seorang mukmin menghendaki Ridha Allah saja dan bersabar menghadapi kemarahan manusia. Bukankah orang sebaik Rasulullah saja dimusuhi sedemikian rupa? Bahkan dijuluki penyihir, gila, pendusta dan lain sebagainya? Mengapa beliau dimusuhi oleh mereka? Tak bukan ialah karena beliau membawa kebenaran. Semoga Allah membukakan hati kita untuk menerima kebenaran tersebut dan mengamalkannya dengan baik. Ya Allah, tunjukkanlah yang haq sebagai yang haq dan jadikan kami orang yang mengikutinya; dan tunjukkanlah yang batil sebagai yang batil dan jadikan kami orang yang menjauhinya. . Daftar Pustaka Maraji Multimedia: Penulis: Ustadz Abu Hudzaifah Al Atsary, Lc Mahasiswa Magister Ulumul Hadits wad Dirosah Islamiyah Univ. Islam Madinah
Masalah kelima Seputar Tabarruk Di penutup buku ini, saya tidak akan mengoreksi dalildalil yang disebutkan Novel tentang tabarruk para sahabat dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, karena semua dalil yang disebutkannya shahih, dan saya sependapat dengan siapa pun yang mengatakan bolehnya tabarruk dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam baik sewaktu hidup maupun sepeninggal beliau. Semua ini menunjukkan bahwa tabarruk dengan diri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam serta peninggalan para Rasul dan kaum shalihin merupakan bagian dari tauhid Islam. Oleh karena itu, jika ada saudara kita sesama muslim yang berupaya untuk memperoleh keberkahan majlis, keberkahan kaum shalihin, dan keberkahan napak tilas dan peninggalan orangorang saleh, janganlah kita menuduh mereka telah berbuat syirik. Saya katakan, dalam kesimpulannya tersebut Novel telah membuat tiga kesalahan besar Pertama Rasulullah tidak pernah mengajarkan para sahabat dan umatnya untuk mencari keberkahan para shalihin baik dalam diri, tempat, dst. Bahkan ini merupakan kedustaan yang terangterangan terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tidak satu pun dari dalil yang disebutkannya membolehkan hal tersebut. Lantas dimanakah letak persamaannya Apakah illah yang menyamakan antara keduanya hingga qiyas tersebut dapat diterima Kemudian, masalah tabarruk bukanlah masalah ijtihadiyyah yang boleh ditetapkan dengan qiyas, apalagi qiyas yang ngawur bin serampangan seperti itu. Adapun tabarruk dengan diri dan peninggalan orang shalih, maka sama sekali bukan bagian dari ajaran tauhid Islam, akan tetapi itulah tauhid Novel Alaydrus dan tauhid orang Sufi. Ajaran ini sengaja dipelihara agar kaum Baalawi4 tetap dipandang keramat oleh masyarakat, diyakini membawa berkah bagi mereka, doanya mujarab, dan segudang penghormatan lainnya. Demikian pula para tabiin, tidak seorang pun dari mereka yang bertabarruk dengan para sahabat. Nabi shallallahu alaihi wa sallam, para sahabat dan para salaf tidak pernah memerintahkan hal tersebut, dan sebagai orang beriman, kita diwajibkan mengikuti Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam setiap perintah dan larangannya, yaitu dengan melaksanakan perintah beliau sebagaimana yang beliau lakukan dan perintahkan. Demikian pula dalam menyikapi setiap larangan, kita harus meninggalkan apa yang beliau tinggalkan dan beliau larang. Yang benar ialah jika maksudnya bahwa Si Fulan menunjukkan kami dan mengajari kami serta memerintahkan kami kepada yang maruf dan melarang kami dari yang munkar, maka berkat mengikuti dan menaatinya kami mendapat banyak kebaikan seperti ini. Demikian pula setiap mukmin yang beriman dan menaati beliau akan mendapat berkah karenanya. Demikian pula jika yang dimaksud bahwa atas berkat doa dan keshalihan Si Fulan, Allah menolak kejahatan dari kita dan kita mendapat rezeki dan kemenangan, maka ini pun sesuatu yang haq. Termasuk juga ketika Allah menurunkan rahmatNya atau menghindarkan siksaNya tersebab mereka, ini termasuk sesuatu yang haq dan memang ada. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan tabarruk dengan orangorang shalih.7 Kesalahan besar ketiga ialah saat Novel mengatakan bahwa mencari keberkahan majelis, keberkahan kaum sholihin, dan keberkahan napak tilas dan peninggalan orangorang saleh dst adalah murni ajaran Islam dan upaya yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, para sahabat, dan penerus mereka. Jelas sekali di sini bahwa Novel kembali mencampuradukkan antara tabarruk yang haq dengan yang batil, yang menujukkan kejahilannya akan hal tersebut. Sebagai penutup, kami akan menjelaskan secara singkat alasan dilarangnya tabarruk dengan diri orang shalih atau bekasbekas peninggalannya sebagai berikut Karenanya, jika ada yang mengatakan Ini termasuk tabarruk dengan orang shalih, kita katakan Ini hanya bersifat dugaan yang tidak dapat dipastikan. Khatimah Demikianlah sedikit penjelasan yang dapat penulis sampaikan. Penulis hanya berharap agar tulisan ini dapat difahami dengan baik dan benar oleh para pembaca, tanpa meninggalkan syubhat sedikit pun dalam hati mereka. Namun, sebagaimana kata Imam Syafii Menyenangkan semua orang adalah tujuan yang tak bisa dicapai. Karenanya, cukuplah bagi seorang mukmin menghendaki Ridha Allah saja dan bersabar menghadapi kemarahan manusia. Bukankah orang sebaik Rasulullah saja dimusuhi sedemikian rupa Bahkan dijuluki penyihir, gila, pendusta dan lain sebagainya Mengapa beliau dimusuhi oleh mereka Tak bukan ialah karena beliau membawa kebenaran. Semoga Allah membukakan hati kita untuk menerima kebenaran tersebut dan mengamalkannya dengan baik. Daftar Pustaka Maraji Multimedia Penulis Ustadz Abu Hudzaifah Al Atsary, Lc Mahasiswa Magister Ulumul Hadits wad Dirosah Islamiyah Univ.
Hukum Berdoa Saat Hujan dan Dalilnya
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-berdoa-saat-hujan
Doa merupakan salah satu bentuk kerendahan hati seorang hamba terhadap penciptaNya. Ada banyak sehingga sangat dianjurkan untuk berdoa setiap saat. Sebagaimana firman Allah SWT:“Mohonlah (berdoalah) kamu kepada Tuhanmu dengan cara merendahkan diri dan cara halus, bahwasannya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas; dan janganlah kamu berbuat kebinasaan di bumi (masyarakat) setelah la baik; dan mohonlah (berdoalah) kamu kepada Allah dengan rasa takut dan loba (sangat mengharap); bahwasannya rahmat Allah itu sangat dekat kepada orang-orang, yang ihsan (Iman kepada Allah dan berbuat kebajikan).” (Q.S. Al A’Raaf: 55-56) Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q. S. : 186)Rasulullah bersabda: “Barangsiapa dibukakan pintu doa untuknya, berarti telah dibukakan pula untuknya segala pintu rahmat. Dan tidak dimohonkan kepada Allah, yang lebih disukai-Nya selain daripada dimohonkan ‘afiyah. Doa itu memberi manfaat terhadap yang telah diturunkan dan yang belum diturunkan. Dan tak ada yang dapat menangkis ketetapan Tuhan, kecuali Doa. Sebab itu berdoa kamu sekalian.” (HR. Al-Turmudzî).Rasulullah juga bersabda : “Tiap Muslim di muka bumi yang memohonkan suatu permohonan kepada Allah, pastilah permohonannya itu dikabulkan Allah, atau dijauhkan Allah daripadanya sesuatu kejahatan, selama ia mendoakan sesuatu yang tidak membawa kepada dosa atau memutuskan kasih sayang.” (HR Al-Thurmudzî).Berdoa merupakan salah satu ibadah dimana kita diijinkan untuk meminta segala sesuatu yang diinginkan kepada Allah SWT. Dan salah satu adalah saat hujan turun.Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, : “Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan : (1) Bertemunya dua pasukan, (2) Menjelang shalat dilaksanakan, dan (3) Saat hujan turun.”Dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Dua do’a yang tidak akan ditolak: (1) do’a ketika adzan dan (2) do’a ketika ketika turunnya hujan.”Mengapa doa ketika hujan turun menjadi lebih mustajab? Di dalam Tafsir Ath-Thabari, ada sebuah riwayat yang menyebutkan:ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﻄﺒﺮﻱ | ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻋﺸﺮ :ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻟﻘﺎﺳﻢ ﻗﺎﻝ : ﺛﻨﺎ ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ ﻗﺎﻝ : ﺛﻨﺎ ﻫﺸﻴﻢ ﻗﺎﻝ : ﺃﺧﺒﺮﻧﺎ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺑﻦ ﺳﺎﻟﻢ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﺑﻦ ﻋﺘﻴﺒﺔ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ : ﻭﻣﺎ ﻧﻨﺰﻟﻪ ﺇﻻ ﺑﻘﺪﺭ ﻣﻌﻠﻮﻡ. ﻗﺎﻝ : ﻣﺎ ﻣﻦ ﻋﺎﻡﺑﺄﻛﺜﺮ ﻣﻄﺮﺍ ﻣﻦ ﻋﺎﻡ ﻭﻻ ﺃﻗﻞ ﻭﻟﻜﻨﻪ ﻳﻤﻄﺮ ﻗﻮﻡ ﻭﻳﺤﺮﻡ ﺁﺧﺮﻭﻥ ﻭﺭﺑﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺤﺮ ﻗﺎﻝ : ﻭﺑﻠﻐﻨﺎ ﺃﻧﻪﻳﻨﺰﻝ ﻣﻊ ﺍﻟﻤﻄﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﻋﺪﺩ ﻭﻟﺪ ﺇﺑﻠﻴﺲ ﻭﻭﻟﺪ ﺁﺩﻡ ﻳﺤﺼﻮﻥ ﻛﻞ ﻗﻄﺮﺓ ﺣﻴﺚ ﺗﻘﻊ ﻭﻣﺎ ﺗﻨﺒﺖ .Telah menceritakan pada kami al-Qasim, Ia berkata : Telah menceritakan pada kami al-Husain, Ia berkata : Telah menceritakan pada kami Hasyim, Ia berkata : Telah mengkhabarkan pada kami Isma’il bin Salim dari al-Hakam bin’Utaibah dalam firman Allah : “Dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu”.Dia berkata ; Tidaklah satu tahun lebih banyak hujannya dan tidak lebih sedikit,akan tetapi satu qaum diberi hujan, sedang yang lain tidak, dan terkadang hujan turun dilaut.Dia berkata : Telah sampai pada kami bahwasanya turun bersama tetes hujan, Malaikat yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah anak Iblis dan anak Adam. Mereka menjaga setiap tetes ditempat ia jatuh, dan apa yang ia tumbuhkan”. Maka dari itu, perbanyaklah doa ketika hujan turun terutama karena hukum berdoa saat hujan adalah sunnah dan sangat disarankan. Terdapat beberapa doa yang sangat dianjurkan untuk dipanjatkan ketika hujan turun.Dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ’anha, - - “Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” )Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat)”. (HR. Bukhari no. 1032)Sedangkan ketika hujan turun dengan lebatnya dan membuat khawatir, maka kita dianjurkan membaca doa yang dipanjatkan pula oleh Rasulullah seperti di bawah ini:Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a, , “Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].” (HR. Bukhari no. 1014)Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama’ah shalat, lalu mengatakan, ”Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?” Kemudian mereka mengatakan,”Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, . . “Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan ’Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), makadialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang.” (HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71).Itulah beberapa yang dianjurkan untuk dibaca ketika hujan turun. Demikianlah artikel tentang hukum berdoa sat hujan yang singkat ini. Semoga bermanfaat bagi Anda semua.
Doa merupakan salah satu bentuk kerendahan hati seorang hamba terhadap penciptaNya. Ada banyak sehingga sangat dianjurkan untuk berdoa setiap saat. Sebagaimana firman Allah SWTMohonlah berdoalah kamu kepada Tuhanmu dengan cara merendahkan diri dan cara halus, bahwasannya Allah tidak menyukai orangorang yang melampaui batas dan janganlah kamu berbuat kebinasaan di bumi masyarakat setelah la baik dan mohonlah berdoalah kamu kepada Allah dengan rasa takut dan loba sangat mengharap bahwasannya rahmat Allah itu sangat dekat kepada orangorang, yang ihsan Iman kepada Allah dan berbuat kebajikan. Q.S. Al ARaaf 5556 Artinya Dan apabila hambahambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Q. S. 186Rasulullah bersabda Barangsiapa dibukakan pintu doa untuknya, berarti telah dibukakan pula untuknya segala pintu rahmat. Dan tidak dimohonkan kepada Allah, yang lebih disukaiNya selain daripada dimohonkan afiyah. Doa itu memberi manfaat terhadap yang telah diturunkan dan yang belum diturunkan. Dan tak ada yang dapat menangkis ketetapan Tuhan, kecuali Doa. Berdoa merupakan salah satu ibadah dimana kita diijinkan untuk meminta segala sesuatu yang diinginkan kepada Allah SWT. ﻗﺎﻝ ﻣﺎ ﻣﻦ ﻋﺎﻡﺑﺄﻛﺜﺮ ﻣﻄﺮﺍ ﻣﻦ ﻋﺎﻡ ﻭﻻ ﺃﻗﻞ ﻭﻟﻜﻨﻪ ﻳﻤﻄﺮ ﻗﻮﻡ ﻭﻳﺤﺮﻡ ﺁﺧﺮﻭﻥ ﻭﺭﺑﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺤﺮ ﻗﺎﻝ ﻭﺑﻠﻐﻨﺎ ﺃﻧﻪﻳﻨﺰﻝ ﻣﻊ ﺍﻟﻤﻄﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﻋﺪﺩ ﻭﻟﺪ ﺇﺑﻠﻴﺲ ﻭﻭﻟﺪ ﺁﺩﻡ ﻳﺤﺼﻮﻥ ﻛﻞ ﻗﻄﺮﺓ ﺣﻴﺚ ﺗﻘﻊ ﻭﻣﺎ ﺗﻨﺒﺖ .Telah menceritakan pada kami alQasim, Ia berkata Telah menceritakan pada kami alHusain, Ia berkata Telah menceritakan pada kami Hasyim, Ia berkata Telah mengkhabarkan pada kami Ismail bin Salim dari alHakam binUtaibah dalam firman Allah Dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu. Dia berkata Tidaklah satu tahun lebih banyak hujannya dan tidak lebih sedikit,akan tetapi satu qaum diberi hujan, sedang yang lain tidak, dan terkadang hujan turun dilaut. Dia berkata Telah sampai pada kami bahwasanya turun bersama tetes hujan, Malaikat yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah anak Iblis dan anak Adam. Mereka menjaga setiap tetes ditempat ia jatuh, dan apa yang ia tumbuhkan. Maka dari itu, perbanyaklah doa ketika hujan turun terutama karena hukum berdoa saat hujan adalah sunnah dan sangat disarankan. Dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu anha, Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, Allahumma shoyyiban nafian Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gununggunung, bukitbukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan. 1014Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi shallallahu alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jamaah shalat, lalu mengatakan, Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian Kemudian mereka mengatakan,Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, . . Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah, makadialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintangbintang. 71.Itulah beberapa yang dianjurkan untuk dibaca ketika hujan turun.
Mengajarkan Ibadah dan Tauhid Sesuai Syari’at Islam pada Anak
https://dalamislam.com/hukum-islam/anak/mengajarkan-ibadah-dan-tauhid-sesuai-syariat-islam-pada-anak
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahKu.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)Mengajarkan ibadah dan tauhid sesuai syari’at Islam pada anak merupakan tanggung jawab besar yang harus dilakukan oleh orang tua. Hal ini harus dilakukan sejak dini agar keyakinan atas ke-Esaan Allah SWT menancap dengan kokoh di dalam diri mereka.Bagaimana cara mengajarkan hal tersebut? Dengan memberikan dalil-dalil yang logis serta argumen rasional yang dapat diambil secara langsung dari realitas kehidupan sehari-hari, baik itu dari rumah, sekolah, dan tempat tinggal. Agar tujuan tersebut sukses, beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua, antara lain:Membekali anak dengan pemahaman Islam yang benar. Tujuannya agar mereka tahu mana yang benar dan mana yang salah sesuai syari’at Islam. Sehingga mereka dapat terhindar dari aliran-aliran yang bisa merusak akidah.Memberi pemahaman pada anak betapa pentingnya akidah Islam dalam kehidupan sehari-hari. Sekaligus akan tiba masanya anak mengajukan pertanyaan seputar keberadaan Allah SWT, dan seluruh alam semesta ini. Orang tua wajib memberi jawaban atas pertanyaan anak. Itulah mengapa orang tua harus memiliki pemahaman agama yang luas. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali-Imran[3]: 190)“Yang menciptakan, dan menyempurnakan (perintahNya). Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.” (QS. Al-A’la[87]: 2-3)Berikut manfaat dari mengajarkan ibadah dan tauhid pada anak:Memperkokoh keyakinan akan ke-Esaan Allah SWT sehingga terhindar dari perbuatan syirik yang dapat merusak akidah.Meyakini ke-Esaan Allah SWT beserta sifat-sifatNya.Agar mampu merasakan ketenangan dan keseimbangan diri.Mendapat kemuliaan.Mendapat kehormatan diri sebab telah menganut ajaran Islam.Mampu membentuk kepribadian.Menciptakan pemahaman yang benar sekaligus rasional.Seorang anak wajib mengetahui mengapa Allah SWT menciptakannya, mengapa Allah SWT lebih memuliakan manusia dibanding makhluk lainnya.Orang tua juga wajib memberi tahu anak bahwa orang yang tidak percaya Allah SWT, hidupnya akan sengsara dan gelisah. Ia diciptakan namun ia tidak percaya pada sang penciptaNya.Ia hidup di dunia namun tidak tahu alasannya hidup. Sehingga bila ia mati, ia mati dengan tidak mengetahui mengapa dirinya mati, dan juga tidak mengetahui apa yang akan terjadi setelah kematian. Orangtua harus bisa memberikan pemahaman seputar dua kalimat syahadat. Sehingga anak tidak hanya bisa mengucapkan dua kalimat syahadat, namun paham dan mampu memberi penjelasan bila orang terdekatnya bertanya.Anak mengucapkan kesaksian bahwa, “Tidak ada Tuhan selain Allah SWT.”Hanya Allah SWT satu-satunya Tuhan yang menciptakan manusia dan seluruh alam semesta, dan tidak ada sekutu bagiNya.Hanya Allah SWT satu-satunya yang dapat mengangkat langit, menciptakan matahari, bulan, bintang, dan sebagainya.Hanya Allah SWT satu-satunya Tuhan yang memiliki semua perkara umat manusia.Anak mengucapkan kesaksian bahwa, “Aku bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT.”Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk mengajarkan agama Islam kepada manusia.Nabi Muhammad SAW merupakan sebaik-baiknya manusia.Nabi Muhammad SAW dipilih sebagai Rasul oleh Allah SWT dari kalangan manusia.Karena kita beriman kepada Nabi Muhammad SAW, maka kita harus mematuhi dan memiliki sopan santun seperti beliau.Jika kita mencintai Nabi Muhammad SAW, maka kita wajib menaati segala perintah beliau.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahKu. AdzDzariyat 51 56Mengajarkan ibadah dan tauhid sesuai syariat Islam pada anak merupakan tanggung jawab besar yang harus dilakukan oleh orang tua. Hal ini harus dilakukan sejak dini agar keyakinan atas keEsaan Allah SWT menancap dengan kokoh di dalam diri mereka. Bagaimana cara mengajarkan hal tersebut Dengan memberikan dalildalil yang logis serta argumen rasional yang dapat diambil secara langsung dari realitas kehidupan seharihari, baik itu dari rumah, sekolah, dan tempat tinggal. Tujuannya agar mereka tahu mana yang benar dan mana yang salah sesuai syariat Islam. Itulah mengapa orang tua harus memiliki pemahaman agama yang luas. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tandatanda bagi orangorang yang berakal. Ia diciptakan namun ia tidak percaya pada sang penciptaNya. Sehingga bila ia mati, ia mati dengan tidak mengetahui mengapa dirinya mati, dan juga tidak mengetahui apa yang akan terjadi setelah kematian. Sehingga anak tidak hanya bisa mengucapkan dua kalimat syahadat, namun paham dan mampu memberi penjelasan bila orang terdekatnya bertanya. Hanya Allah SWT satusatunya Tuhan yang memiliki semua perkara umat manusia. Nabi Muhammad SAW merupakan sebaikbaiknya manusia.
Ini Orang Yang Tidak Mencium Wanginya Surga
https://www.eramuslim.com/hikmah/orang-yang-tidak-mencium-bau-surga/
Eramuslim.com – Di antara peringatan keras yang Allah Ta’ala sampaikan kepada Bani Israil adalah agar mereka tidak menukar ajaran-ajaran, ayat-ayat, ataupun ilmu-ilmu Allah Ta’ala dengan nilai yang sedikit. Para mufassirin menjelaskan, yang dimaksud adalah jangan sampai kaum Bani Israil, dan perintah ini ditujukan juga kepada kaum muslimin, agar tidak menukar iman kepada Allah Ta’ala dengan dunia dan segala isinya yang menggiurkan, namun kecil nilainya. Termasuk dalam hal ini adalah tidak berorientasi terhadap balasan dunia berupa uang, maupun bentuk balasan lainnya. Sebab, balasan yang disediakan di sisi Allah Ta’ala adalah surga yang lebih luas dari langit dan bumi, penuh kenikmatan dan merupakan tempat istirahat terbaik. Selain itu, ketika orientasi menyampaikan ilmu adalah upah duniawi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah sampaikan peringatan yang keras terkait hal ini, “Barang siapa mempelajari suatu ilmu yang semestinya dicari untuk mendapatkan Ridha Allah,” Namun, “Ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kemewahan dunia,” maka balasan yang akan didapatkan oleh orang ini sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Imam Abu Dawud dari Abu Hurairah, “Ia tidak akan mencium bau surga pada Hari Kiamat.” Betapa ngerinya balasan yang akan mereka dapatkan sebab berorientasi dunia. Betapa sedihnya kesudahan mereka. Ketika waktu yang dikurniakan habis untuk mencari ilmu, namun niatnya bergeser sehingga amat mengharapkan dunia saat mengajarkan atau menyampaikannya. Karenanya, mereka yang mengajarkan ilmu semestinya mendapatkan gaji yang cukup dari Baitul Maal kaum muslimin, sehingga nafkah untuk keluarganya terjamin. Tulis Ibnu Katsir mengutip pendapat Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad menjelaskan hadits ini, “Jika tidak mendapatkan suatu apa pun dari dari pengajarannya, dan hal itu (mengajar) menghalanginya dari mencari penghasilan, maka pengajaran tersebut tidak menjadi fardhu ‘ain baginya, sehingga ia dibolehkan mengambil upah darinya.” Dengan demikian, yang terlarang adalah mengambil keuntungan duniawi yang disengaja oleh seorang pengajar yang telah mendapatkan upah dari Baitul Maal, kemudian ia mewajibkan sejumlah upah kepada murid atau orang tua yang diajarnya. Dan, ketika mereka tak mampu, pengajar itu tetap memaksa agar mendapatkan sejumlah uang. Hadits ini menunjukkan betapa mulianya Islam dalam memperlakukan para penuntut ilmu. Bahwa mendapatkan kemudahan adalah hak yang seharusnya mereka terima, bukan sebaliknya. [Pirman/kisahikmah]
Eramuslim.com Di antara peringatan keras yang Allah Taala sampaikan kepada Bani Israil adalah agar mereka tidak menukar ajaranajaran, ayatayat, ataupun ilmuilmu Allah Taala dengan nilai yang sedikit. Para mufassirin menjelaskan, yang dimaksud adalah jangan sampai kaum Bani Israil, dan perintah ini ditujukan juga kepada kaum muslimin, agar tidak menukar iman kepada Allah Taala dengan dunia dan segala isinya yang menggiurkan, namun kecil nilainya. Termasuk dalam hal ini adalah tidak berorientasi terhadap balasan dunia berupa uang, maupun bentuk balasan lainnya. Sebab, balasan yang disediakan di sisi Allah Taala adalah surga yang lebih luas dari langit dan bumi, penuh kenikmatan dan merupakan tempat istirahat terbaik. Selain itu, ketika orientasi menyampaikan ilmu adalah upah duniawi, Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam telah sampaikan peringatan yang keras terkait hal ini, Barang siapa mempelajari suatu ilmu yang semestinya dicari untuk mendapatkan Ridha Allah, Namun, Ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kemewahan dunia, maka balasan yang akan didapatkan oleh orang ini sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Imam Abu Dawud dari Abu Hurairah, Ia tidak akan mencium bau surga pada Hari Kiamat. Betapa ngerinya balasan yang akan mereka dapatkan sebab berorientasi dunia. Betapa sedihnya kesudahan mereka. Ketika waktu yang dikurniakan habis untuk mencari ilmu, namun niatnya bergeser sehingga amat mengharapkan dunia saat mengajarkan atau menyampaikannya. Karenanya, mereka yang mengajarkan ilmu semestinya mendapatkan gaji yang cukup dari Baitul Maal kaum muslimin, sehingga nafkah untuk keluarganya terjamin. Tulis Ibnu Katsir mengutip pendapat Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Ahmad menjelaskan hadits ini, Jika tidak mendapatkan suatu apa pun dari dari pengajarannya, dan hal itu mengajar menghalanginya dari mencari penghasilan, maka pengajaran tersebut tidak menjadi fardhu ain baginya, sehingga ia dibolehkan mengambil upah darinya. Dengan demikian, yang terlarang adalah mengambil keuntungan duniawi yang disengaja oleh seorang pengajar yang telah mendapatkan upah dari Baitul Maal, kemudian ia mewajibkan sejumlah upah kepada murid atau orang tua yang diajarnya. Dan, ketika mereka tak mampu, pengajar itu tetap memaksa agar mendapatkan sejumlah uang. Hadits ini menunjukkan betapa mulianya Islam dalam memperlakukan para penuntut ilmu. Bahwa mendapatkan kemudahan adalah hak yang seharusnya mereka terima, bukan sebaliknya. Pirmankisahikmah
Baca Doa Ini Saat Air Laut Pasang, Ombak Besar dan Hampir Tsunami!
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/baca-doa-ini-saat-air-laut-pasang-ombak-besar-dan-hampir-tsunami/
Bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir, mendengar deru ombak adalah hal biasa. Namun menjadi tidak biasa ketika tiba-tiba air laut pasang dan ombak besar menyerbu daratan, bahkan beberapa bangunan rusak akibat air laut yang pasang tersebut. Beberapa daerah juga mengalami hal yang serupa, walaupun tidak sebesar tsunami, ombak yang pasang hingga ke darat juga dapat membawa keburukan. Aisyah r.a, pernah diajari oleh Rasulullah saw. sebuah doa ketika terjadi angin kencang, yang dapat membuat kerusakan. Doa yang diajarkan oleh Rasulullah kepada Aisyah ini juga dapat kita amalkan saat terjadi air laut pasang dan ombak besar, dengan harapan agar ombak besar tersebut tidak membawa kerugian bagi masyarakat. Adapun doanya adalah sebagai berikut: Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu kebaikan angin ini dan kebaikan yang ada padanya dan kebaikan yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya.(H.R. Muslim). Wallahu Alam. Tulisan ini sudah pernah diterbitkan di islami.co
Bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir, mendengar deru ombak adalah hal biasa. Namun menjadi tidak biasa ketika tibatiba air laut pasang dan ombak besar menyerbu daratan, bahkan beberapa bangunan rusak akibat air laut yang pasang tersebut. Beberapa daerah juga mengalami hal yang serupa, walaupun tidak sebesar tsunami, ombak yang pasang hingga ke darat juga dapat membawa keburukan. Aisyah r.a, pernah diajari oleh Rasulullah saw. sebuah doa ketika terjadi angin kencang, yang dapat membuat kerusakan. Doa yang diajarkan oleh Rasulullah kepada Aisyah ini juga dapat kita amalkan saat terjadi air laut pasang dan ombak besar, dengan harapan agar ombak besar tersebut tidak membawa kerugian bagi masyarakat. Adapun doanya adalah sebagai berikut Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu kebaikan angin ini dan kebaikan yang ada padanya dan kebaikan yang dibawanya. Dan aku berlindung kepadaMu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya.H.R. Muslim. Wallahu Alam. Tulisan ini sudah pernah diterbitkan di islami.co
Larangan Dalam Islam Tentang Hukum Permintaan dan Penawaran
https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/larangan-dalam-islam-tentang-hukum-permintaan-dan-penawaran
Membahas mengenai hukum permintaan dan penawaran dalam islam. Kita kembali pada sejarah bahwa manusia pertama kali diciptakan dan diturunkan ke bumi. Dimana bumi dan manusia tidak diciptakan secara bersamaan.Dari penjelasan diatas Allah SWT, telah mempersiapkan bumi ini untuk kepentingan manusia. Seperti tercantum dalam surat Ibrahim ayat 32  s/d 34 yang artinya :“Allah telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. Dalam memanfaatkan alam yang telah Allah berikan kepada manusia. Terdapat larangan yang berbunyi “janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi”. Larangan ini terdapat dalam Al Qur’an yang menjelaskan bahwa janganlah manusia untuk berbuat kerusakan di bumi. Larangan tersebut telah memberikan arahan kepada kita bahwa hal yang menyebabkan kerusakan itu tidak diperbolehkan.Hukum Permintaan dan Penawaran Dalam Ekonomi IslamPenawaran adalah sejumlah barang atau jasa yang ditawarkan kepada penggunanya pada jumlah tertentu. Begitu pula dengan permintaan adalah sejumlah barang atau jasa yang diminta pada jumlah tertentu dan dalam kondisi tertentu.Dalam islam juga terdapat hal yang membedakannya. Dalam permintaan dan penawaran konvensional mungkin masih belum transparan mengenai keadaan barang atau kekurangan barang tersebut.Namun dalam islam, harus transparan dan dirinci. Jangan sampai merugikan orang lain. Mulai dari harga jual dan harga beli barang sebagimana dalam dan kehidupan manusia. Itulah keistimewaan islam.Konsep PenawaranIbnu Khaldun menyatakan bahwa adanya pengaruh penawaran terhadap penentuan harga. Jika penawaran mengalami kenaikan makan harga juga akan naik begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini Ibnu Khaldun percaya bahwa akibat dari rendahnya harga akan merugikan pedagang.Sehingga mereka keluar dari pasar, sedangkan akibat dari tingginya harga akan menyusahkan konsumen, terutama kaum miskin yang menjadi mayoritas dalam sebuah populasi. Karena itu Ibnu Khaldun berpendapat bahwa harga rendah untuk kebutuhan pokok harus diusahakan tanpa merugikan produsenIbnu Taimiyah menyatakan alasan harga mengalami kenaikan adalah karena kenaikan jumlah permintaan di pasar dan turunnya penawaran. Maka itu, harga bisa saja naik. Sebagaimana tindakan Allah yang melambangkan sebuah fenomena alamiah terkait dengan fluktuasi harga. Tetapi sebagaimana yang terjadi bahwa naik turunnya harga ini juga dapat disebabkan karena tindakan curang yang dilakukan manusia karena menimbun barang. Imam Ghazali juga membicarakan tentang penawaran dan permintaan, bahwa harga berlaku seperti yang ditentukan dalam praktik pasar, sebuah konsep yang kemudian dikenal seba- gai as-tsaman al-adil (harga yang adil).Kemudian diungkapkan secara konsep- sional pengertian penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu.Atau dengan kata lain penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk dijual pada berbagai tingkat harga dan situasi. Sebagaimana juga halnya dengan permintaan, maka pada teori penawaran juga dikenal apa yang dinamakan jumlah barang yang ditawarkan dan penawaran. Penawaran adalah gabungan seluruh jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual pada pasar tertentu, periode tertentu, dan pada berbagai macam tingkat harga tertentu.Berbagai faktor yang mempengaruhi produsen dalam menawarkan produknya pada suatu pasar diantaranya sebagai berikut:Harga barang itu sendiriHarga barang-barang lainBiaya produksiTujuan produksi dari perusahaanTeknologi yang digunakanApabila faktor-faktor tersebut dianggap tetap, jumlah penduduk relatif konstan (zero growt), selera tidak berubah, perkiraan masa yang akan datang tidak berubah, harga barang substitusi relatife tetap, dan lain- lain faktor yang mempengaruhi dianggap tidak ada atau tidak berubah, maka permintaan hanya ditentukan oleh harga.Artinya besar kecilnya perubahan di determinasi/ditentukan oleh besar kecilnya perubahan harga. Dalam hal ini berlaku perbandingan terbalik antara harga dan permintaaan dan berbanding lurus dengan  penawaran.Dalam khasanah pemikiran ekonomi islam, penawaran merupakan kekuatan yang penting dalam pangsa pasar. Sebagaimana penawaran bisa dari hasil impor ke luar negeri karena produksi lokal yang dilakukan oleh produsen maupun penjual.Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa terdapat empat hal yang dilarang dalam menjalankan kegiatan ekonomi, diantaranya adalah Mafsadah, Gharar, Maisir, dan . Tindakan yang menyebabkan kerusakan yang hanya melihat keuntungan semata tanpa melihat aktivitas produksi adalah Mafsadah, Gharar, dan Maisir.Dalam menguraikan teori penawaran dalam perspektif ekonomi Islam mengikuti penjelasan Nasution at al (2007:93-95) yang menguraikan dan membicarakan teori penawaran dalam Islam harus memperhatikan bahwa bumi ini dijadikan oleh Allah diperuntukkan pada manusia, sebagaimana :Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah me- nundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. dan Dia telah menunduk-kan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu membanggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
Membahas mengenai hukum permintaan dan penawaran dalam islam. Kita kembali pada sejarah bahwa manusia pertama kali diciptakan dan diturunkan ke bumi. Dari penjelasan diatas Allah SWT, telah mempersiapkan bumi ini untuk kepentingan manusia. Dan Dia telah menundukkan pula bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar dalam orbitnya dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu keperluanmu dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah. Dalam memanfaatkan alam yang telah Allah berikan kepada manusia. Terdapat larangan yang berbunyi janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi. Dalam islam juga terdapat hal yang membedakannya. Dalam permintaan dan penawaran konvensional mungkin masih belum transparan mengenai keadaan barang atau kekurangan barang tersebut. Mulai dari harga jual dan harga beli barang sebagimana dalam dan kehidupan manusia. Jika penawaran mengalami kenaikan makan harga juga akan naik begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini Ibnu Khaldun percaya bahwa akibat dari rendahnya harga akan merugikan pedagang. Sebagaimana tindakan Allah yang melambangkan sebuah fenomena alamiah terkait dengan fluktuasi harga. Tetapi sebagaimana yang terjadi bahwa naik turunnya harga ini juga dapat disebabkan karena tindakan curang yang dilakukan manusia karena menimbun barang. Kemudian diungkapkan secara konsep sional pengertian penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu. Sebagaimana penawaran bisa dari hasil impor ke luar negeri karena produksi lokal yang dilakukan oleh produsen maupun penjual. Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa terdapat empat hal yang dilarang dalam menjalankan kegiatan ekonomi, diantaranya adalah Mafsadah, Gharar, Maisir, dan . dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu membanggakannya.
Doa Agar Cepat Punya Rumah dari Habib Sholeh Tanggul
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-agar-cepat-punya-rumah-dari-habib-sholeh-tanggul/
BincangSyariah .Com Berikut ini adalah doa yang diajarkan Habib Sholeh Tanggul agar cepat punya rumah sendiri. Pasalnya, acapkali yang menjadi problem setiap orang khususnya orang yang baru membina keluarga adalah kegelisahan karena tak kunjung memiliki tempat tinggal atau rumah sendiri. Bahkan kegelisahan itu membuat hati orang tidak mantap untuk membina keluarga, pasalnya membina rumah tangga ditengah-tengah mertua terkadang menjadi alasan kegelisahan tersebut. Namun bagi orang yang memiliki kegelisahan tersebut bisa berupaya dengan selalu membaca doa yang diajarkan dan diijazahkan oleh Habib Sholeh Tanggul. Saat Habib Sholeh berusia 26 tahun atau ketika itu bertepatan dengan tahun 1921 M, ia memutuskan berhijrah ke Indonesia bersama Syekh Fadhli Sholeh Salim bin Ahmad al-Asykari. Perjalanan hijrah ini membuatnya sempat singgah di Gujarat, India, lalu berlabuh di Jakarta. Habib Sholeh sempat tinggal beberapa hari di Jakarta dan berkeliling mengunjungi para ulama sampai saudara sepupunya yang bernama Habib Muhsin bin Abdullah al-Hamid yang telah lebih dulu berhijrah meminta Habib Sholeh untuk mengunjungi kediamannya di Lumajang Selama di Lumajang, Habib Sholeh menggunakan waktunya untuk mempelajari bahasa dan budaya masyarakat setempat khususnya dalam berbahasa Jawa, Habib Sholeh juga kemudian menikah dengan warga Tempeh, Lumajang dan membangun rumah di sana. Habib Sholeh berdakwah keliling dari desa ke desa di Lumajang sampai 12 tahun lamanya sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Tanggul Beliau merupakan seorang ulama dan waliyullah asal Tanggul Jember. Nama lengkapnya adalah Habib Sholeh bin Muhsin bin Ahmad Al-Hamid, Habib Sholeh merupakan wali quthub al-ghaust yaitu wali quthub yang memberikan pertolongan. Bahkan dikatakan bahwa doa yang dipanjatkan beliau akan cepat dikabulkan sebagaimana cepatnya kilat yang menyambar. Doa Agar Cepat Punya Rumah dari Habib Sholeh Tanggul Adapun doa yang diajarkan Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid adalah berikut ini; . Allahhumma Rabbal Bait as aluka bi jahi ahlil bait an yuyassira l khaira bait hattaa l naqla ya lait. Artinya; Ya Allah wahai pemilik Baitullah aku memohon kepada-Mu dengan wasilah Ahlil bait Rosulullah agar Engkau mudahkan untukku sebaik-sebaiknya rumah. Sehingga kami tidak mengucap: Seandainya aku punya rumah. Demikian doa agar punya cepat memiliki rumah dari Al-Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid Tanggul Jember. Semoga bermanfaat, Wallahu a`lam. [Baca juga:Doa Penarik Pembeli Agar Dagangan Laris]
BincangSyariah .Com Berikut ini adalah doa yang diajarkan Habib Sholeh Tanggul agar cepat punya rumah sendiri. Pasalnya, acapkali yang menjadi problem setiap orang khususnya orang yang baru membina keluarga adalah kegelisahan karena tak kunjung memiliki tempat tinggal atau rumah sendiri. Bahkan kegelisahan itu membuat hati orang tidak mantap untuk membina keluarga, pasalnya membina rumah tangga ditengahtengah mertua terkadang menjadi alasan kegelisahan tersebut. Namun bagi orang yang memiliki kegelisahan tersebut bisa berupaya dengan selalu membaca doa yang diajarkan dan diijazahkan oleh Habib Sholeh Tanggul. Saat Habib Sholeh berusia 26 tahun atau ketika itu bertepatan dengan tahun 1921 M, ia memutuskan berhijrah ke Indonesia bersama Syekh Fadhli Sholeh Salim bin Ahmad alAsykari. Perjalanan hijrah ini membuatnya sempat singgah di Gujarat, India, lalu berlabuh di Jakarta. Habib Sholeh sempat tinggal beberapa hari di Jakarta dan berkeliling mengunjungi para ulama sampai saudara sepupunya yang bernama Habib Muhsin bin Abdullah alHamid yang telah lebih dulu berhijrah meminta Habib Sholeh untuk mengunjungi kediamannya di Lumajang Selama di Lumajang, Habib Sholeh menggunakan waktunya untuk mempelajari bahasa dan budaya masyarakat setempat khususnya dalam berbahasa Jawa, Habib Sholeh juga kemudian menikah dengan warga Tempeh, Lumajang dan membangun rumah di sana. Habib Sholeh berdakwah keliling dari desa ke desa di Lumajang sampai 12 tahun lamanya sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Tanggul Beliau merupakan seorang ulama dan waliyullah asal Tanggul Jember. Nama lengkapnya adalah Habib Sholeh bin Muhsin bin Ahmad AlHamid, Habib Sholeh merupakan wali quthub alghaust yaitu wali quthub yang memberikan pertolongan. Bahkan dikatakan bahwa doa yang dipanjatkan beliau akan cepat dikabulkan sebagaimana cepatnya kilat yang menyambar. Doa Agar Cepat Punya Rumah dari Habib Sholeh Tanggul Adapun doa yang diajarkan AlHabib Sholeh bin Muhsin AlHamid adalah berikut ini . Allahhumma Rabbal Bait as aluka bi jahi ahlil bait an yuyassira l khaira bait hattaa l naqla ya lait. Artinya Ya Allah wahai pemilik Baitullah aku memohon kepadaMu dengan wasilah Ahlil bait Rosulullah agar Engkau mudahkan untukku sebaiksebaiknya rumah. Sehingga kami tidak mengucap Seandainya aku punya rumah. Demikian doa agar punya cepat memiliki rumah dari AlHabib Sholeh bin Muhsin AlHamid Tanggul Jember. Semoga bermanfaat, Wallahu alam. Baca jugaDoa Penarik Pembeli Agar Dagangan Laris
Cara Membayar Fidyah Puasa Ramadhan dengan Beras dan Uang bagi Ibu Hamil atau Menyusui
https://www.laduni.id/post/read/71734/cara-membayar-fidyah-puasa-ramadhan-dengan-beras-dan-uang-bagi-ibu-hamil-atau-menyusui.html
Laduni.ID Jakarta – Puasa Ramadhan merupakan sebuah kewajiban bagi seluruh umat muslim yang mampu untuk melaksanakanya selama satu bulan penuh. Namun, terdapat beberapa ketentuan yang memperbolehkan orang tidak berpuasa seperti ibu hamil atau menyusui namun wajib hukumnya membayar fidyah. Fidyah, yang berasal dari kata “fadaa” artinya menmbus atau mengganti. Membayar fidyah ini memiliki arti menebus atau mengganti utang puasa Ramadhan dengan cara memberikan makan orang miskin baik menggunakan beras atau uang. Baca juga: Bayar Fidyah dengan Nasi Kotak, Bolehkah? Ada beberapa ketentuan orang yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa saat bulan Ramadhan. Seperti ibu yang sedang hamil atau sedang menyusui, karena khawatir terhadap keselamatan janin atau kesehatanya. Menurut Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) ada tiga kriteria orang yang diperbolehkan membayar puasanya dengan fidyah: 1. Orang tua renta yang tidak memungkinkannya untuk berpuasa 2. Orang sakit parah yang kecil kemungkinan sembuh 3. Ibu hamil atau menyusui yang jika berpuasa khawatir dengan kondisi diri atau bayinya (atas rekomendasi dokter). Hukum Membayar Fidyah Hukum bagi orang membayar fidyah adalah wajib bagi orang-orang tertentu yang telah mendapatkan keringanan sebagaimana dengan ketentuan didalam alquran QS Albaqarah 185 "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur". Membayar Fidyah ibu hamil atau sedang menyusui dengan Beras Bagi perempuan yang sedang hamil atau sedang menyusui bayinya maka mendapatkan keringanan diperbolehkanya tidak berpuasa saat bulan Ramadhan. Namun harus mengganti fidyah dengan memberikan makan kepada orang miskin. Jika dengan berpuasa ibu yang sedang hamil atau menyusui dapat membahayakan dirinya sendiri atau keselamatan janin dan kesehatannya atas rekomendasi dokter maka diberikan keringan boleh tidak berpuasa namun harus mengganti fidyah dengan beras dan uang. Berikut ketentuan ibu hamil atau sedang menyusui membayar fidyah dengan menggunakan beras Ketentuan ibu hamil atau sedang menyusui membayar fidyah dengan beras yaitu memberikan makanan kepada orang miskin sebanyak satu mud, atau setara dengan 6 ons beras untuk setiap hari puasa yang ditinggalkannya. Baca Juga: Hukum Bayar Fidyah Diberikan ke Non Muslim, Bolehkah? Jika meninggalkan puasa lebih dari satu hari maka membayarkan fidyah juga bukan hanya satu hari saja. Ketentuan ini merujuk pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh MUI nomor 24 tahun 2021. Menurut Imam Malik, Imam As-Syafi'I, fidyah yang harus dibayarkan sebesar 1 mud gandum (kira-kira 6 ons = 675 gram = 0,75 kg atau seukuran telapak tangan yang ditengadahkan saat berdoa). Sedangkan menurut Ulama Hanafiyah, fidyah yang harus dikeluarkan sebesar dua mud atau setara 1,5 kg. Aturan kedua ini biasanya digunakan untuk orang yang membayar fidyah berupa beras. Cara membayar fidyah ibu hamil atau sedang menyusui dengan uang Menurut kalangan Hanafiyah, fidyah boleh dibayarkan dalam bentuk uang sesuai dengan takaran 1,5 kg makanan pokok per hari dan dikonversi menjadi rupiah. Ketentuan ralatif akan berbeda beda sesuai dengan harga beras di daerahnya masing masing. Berdasarkan SK Ketua BAZNAS No. 7 Tahun 2021 tentang Zakat Fitrah dan Fidyah untuk wilayah Ibukota DKI Jakarta Raya dan Sekitarnya, ditetapkan bahwa nilai fidyah dalam bentuk uang sebesar Rp45.000,-/hari/jiwa. Pembayaran fidyah lebih utama dilakukan dalam bulan puasa sampai sebelum salat Ied. Pembayaran fidyah juga bisa dilakukan lewat lembaga yang mengelola zakat. Prosedur pembayaran fidyah berupa uang: Menghitung jumlah hari tidak puasa Diniatkan untuk membayar fidyah Mendatangi pengelola zakat setempat Menyampaikan maksud untuk membayar fidyah ke panitia zakat Panitia zakat akan membaca doa sebagai tanda fidyah telah dibayarkan Baca Juga: Hukum Orang yang Berhak Menerima Fidyah Cara Membayar Fidyah ibu hamil atau sedang menyusui Cara membayar fidyah ibu hamil bisa berupa makanan pokok. Misal, ia tidak puasa 30 hari, maka ia harus menyediakan fidyah 30 takar di mana masing-masing 1,5 kg. Fidyah boleh dibayarkan kepada 30 orang fakir miskin atau beberapa orang saja (misal 2 orang, berarti masing-masing dapat 15 takar). Waktu yang tepat bisa dibayarkan fidyah setelah masuk waktu subuh atau bisa juga dilakukan setelah terbenamnya matahari. Mengeluarkan fidyah tidak akan sah jika membayar fidyah sebelum memasuki waktu maghrib (terbenamnya Matahari) untuk setiap hari puasa. Jadi, waktu pelaksanaan fidyah minimal sudah masuk malam hari pada bulan puasa. Niat membayar fidyah bagi ibu hamil atau sedang menyusui Artinya. “Aku niat mengeluarkan fidyah ini dari tanggungan berbuka puasa Ramadhan karena khawatir keselamatan anakku, fardhu karena Allah.”
ID Jakarta Puasa Ramadhan merupakan sebuah kewajiban bagi seluruh umat muslim yang mampu untuk melaksanakanya selama satu bulan penuh. Namun, terdapat beberapa ketentuan yang memperbolehkan orang tidak berpuasa seperti ibu hamil atau menyusui namun wajib hukumnya membayar fidyah. Fidyah, yang berasal dari kata fadaa artinya menmbus atau mengganti. Membayar fidyah ini memiliki arti menebus atau mengganti utang puasa Ramadhan dengan cara memberikan makan orang miskin baik menggunakan beras atau uang. Seperti ibu yang sedang hamil atau sedang menyusui, karena khawatir terhadap keselamatan janin atau kesehatanya. Menurut Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS ada tiga kriteria orang yang diperbolehkan membayar puasanya dengan fidyah 1. Orang tua renta yang tidak memungkinkannya untuk berpuasa 2. Orang sakit parah yang kecil kemungkinan sembuh 3. Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan dia tidak berpuasa, maka wajib menggantinya, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada harihari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur. Ketentuan ini merujuk pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh MUI nomor 24 tahun 2021. Sedangkan menurut Ulama Hanafiyah, fidyah yang harus dikeluarkan sebesar dua mud atau setara 1,5 kg. Aturan kedua ini biasanya digunakan untuk orang yang membayar fidyah berupa beras. Cara membayar fidyah ibu hamil atau sedang menyusui dengan uang Menurut kalangan Hanafiyah, fidyah boleh dibayarkan dalam bentuk uang sesuai dengan takaran 1,5 kg makanan pokok per hari dan dikonversi menjadi rupiah. Ketentuan ralatif akan berbeda beda sesuai dengan harga beras di daerahnya masing masing. Pembayaran fidyah juga bisa dilakukan lewat lembaga yang mengelola zakat. Mengeluarkan fidyah tidak akan sah jika membayar fidyah sebelum memasuki waktu maghrib terbenamnya Matahari untuk setiap hari puasa. Jadi, waktu pelaksanaan fidyah minimal sudah masuk malam hari pada bulan puasa. Niat membayar fidyah bagi ibu hamil atau sedang menyusui Artinya. Aku niat mengeluarkan fidyah ini dari tanggungan berbuka puasa Ramadhan karena khawatir keselamatan anakku, fardhu karena Allah.
Doa Ingin Mendapatkan Pekerjaan
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-agar-dipermudah-mendapatkan-pekerjaan/
Hidup memang tidak melulu tentang uang. Namun dalam menjalani kehidupan, manusia butuh untuk memiliki uang. Demi mendapatkan uang yang cukup, tidak jarang seseorang bisa rela jauh dari keluarga karena memang tempatnya mencari rezeki letaknya jauh dari rumahnya. Dan ada juga, meski ini tidak direstui oleh agama sejatinya, seseorang sampai mengambil jalan pintas sebagai pengemis agar bisa memiliki uang. Gambaran di atas merupakan gambaran manusia yang sedang merengkuh kehidupan dunia dan kenikmatannya sesuai rida Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam QS Al Qashah ayat 77: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi Ayat yang mendorong manusia untuk bekerja demi bekal hidupnya di dunia. Allah mengingatkan bahwa visi akhirat yang utama, namun tidak lupa pula dengan bekal hidup di dunia. Hidup dengan seimbang. Tidak seperti Qarun, tokoh serakah dan pengejar harta yang diceritakan dalam Al Quran yang terlalu sibuk mengejar harta dan kesenangan dunia. Sehingga ia lupa akan kehidupan akhirat yang lebih kekal dan lebih baik dari segala apa yang ada di dunia ini. Bekal di dunia bisa dicari dengan cara bekerja. Mungkin warisan juga bisa, namun ia bertahan beberapa waktu saja. Setelah itu harus kembali mencari anugerah Tuhan dengan bekerja. Mencari kerja itu gampang-gampang susah rupanya. Ada yang belum selesai sekolah sudah dilamar oleh beberapa perusahaan. Namun ada juga yang harus menunggu bertahun-tahun setelah kelulusannya. Sudah mencoba mengirim CV lewat berbagai email, namun tak kunjung juga sebuah jawaban. Di samping usaha tetap jalan, ada riwayat dari Rasulullah tentang doa ingin mendapatkan pekerjaan. Harapannya, seraya berdoa, seseorang berharap untuk bisa mendapatkan setitik anugerah-Nya lewat bekerja. Bacaan doa ingin mendapatkan pekerjaan tersebut adalah berikut ini, Allahumma irghfir dzanbi wawassi khuluqi wa thayyib li kasabi wa qannini bima razaqtani wala tadzhab qalbi ila syain sharraftahu anni Ya Allah ampunilah dosaku, perluaslah (muliakanlah) akhlakku, barilah untukku pekerjaan yang baik, jadikan aku puas merasa apapun yang engkau karuniakan kepadaku, dan janganlah engkau buat hatiku mengingat apapun yang telah engkau palingkan dariku. Doa tersebut bisa dibaca sambil dibarengi dengan usaha lahiriah. Tidak semata-mata berdoa, lantas pekerjaan berada di depan mata. Berdoa itu menunjukkan kita manusia yang lemah, kita butuh bantuan Allah. Begitupun dengan doa yang bisa mempercepat seseorang dalam mendapatkan pekerjaan tersebut. Jika dirasa susah untuk mendapatkannya, maka gunakan senjata kita dalam berdoa kepada Allah.
Hidup memang tidak melulu tentang uang. Namun dalam menjalani kehidupan, manusia butuh untuk memiliki uang. Demi mendapatkan uang yang cukup, tidak jarang seseorang bisa rela jauh dari keluarga karena memang tempatnya mencari rezeki letaknya jauh dari rumahnya. Dan ada juga, meski ini tidak direstui oleh agama sejatinya, seseorang sampai mengambil jalan pintas sebagai pengemis agar bisa memiliki uang. Gambaran di atas merupakan gambaran manusia yang sedang merengkuh kehidupan dunia dan kenikmatannya sesuai rida Allah. Sebagaimana firmanNya dalam QS Al Qashah ayat 77 Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi Ayat yang mendorong manusia untuk bekerja demi bekal hidupnya di dunia. Allah mengingatkan bahwa visi akhirat yang utama, namun tidak lupa pula dengan bekal hidup di dunia. Hidup dengan seimbang. Tidak seperti Qarun, tokoh serakah dan pengejar harta yang diceritakan dalam Al Quran yang terlalu sibuk mengejar harta dan kesenangan dunia. Sehingga ia lupa akan kehidupan akhirat yang lebih kekal dan lebih baik dari segala apa yang ada di dunia ini. Bekal di dunia bisa dicari dengan cara bekerja. Mungkin warisan juga bisa, namun ia bertahan beberapa waktu saja. Setelah itu harus kembali mencari anugerah Tuhan dengan bekerja. Mencari kerja itu gampanggampang susah rupanya. Ada yang belum selesai sekolah sudah dilamar oleh beberapa perusahaan. Namun ada juga yang harus menunggu bertahuntahun setelah kelulusannya. Sudah mencoba mengirim CV lewat berbagai email, namun tak kunjung juga sebuah jawaban. Di samping usaha tetap jalan, ada riwayat dari Rasulullah tentang doa ingin mendapatkan pekerjaan. Harapannya, seraya berdoa, seseorang berharap untuk bisa mendapatkan setitik anugerahNya lewat bekerja. Bacaan doa ingin mendapatkan pekerjaan tersebut adalah berikut ini, Allahumma irghfir dzanbi wawassi khuluqi wa thayyib li kasabi wa qannini bima razaqtani wala tadzhab qalbi ila syain sharraftahu anni Ya Allah ampunilah dosaku, perluaslah muliakanlah akhlakku, barilah untukku pekerjaan yang baik, jadikan aku puas merasa apapun yang engkau karuniakan kepadaku, dan janganlah engkau buat hatiku mengingat apapun yang telah engkau palingkan dariku. Doa tersebut bisa dibaca sambil dibarengi dengan usaha lahiriah. Tidak sematamata berdoa, lantas pekerjaan berada di depan mata. Berdoa itu menunjukkan kita manusia yang lemah, kita butuh bantuan Allah. Begitupun dengan doa yang bisa mempercepat seseorang dalam mendapatkan pekerjaan tersebut. Jika dirasa susah untuk mendapatkannya, maka gunakan senjata kita dalam berdoa kepada Allah.
Kontinyu dalam Menjaga Amal Ibadah Sunnah
https://muslim.or.id/54143-kontinyu-dalam-menjaga-amal-ibadah-sunnah.html
Daftar Isi Salah satu perkara yang mungkin sulit dan bagi kita adalah menjaga kontinuitas amal, yaitu menjaga agar kita terus-menerus melakukan amal tersebut dan tidak hanya beramal di satu waktu, kemudian meninggalkannya. Bisa jadi kita semangat shalat malam di bulan Ramadhan, lalu setelah itu, kita pun meninggalkannya, menunggu bulan Ramadhan berikutnya. [lwptoc] Kita dapati motivasi dari syariat agar kita menjaga kontinuitas (kesinambungan) suatu amalan. Sebagaimana pesan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu anhu, beliau mengatakan, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku, Wahai Abdullah, janganlah Engkau seperti si fulan. Dulu dia rajin shalat malam, dan sekarang dia meninggalkannya. (HR. Bukhari no. 1152 dan Muslim no. 1159) Demikian pula perkataan ummul mukminin, ibunda Aisyah radhiyallahu anha, : . Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah melaksanakan puasa (sunnah) lebih banyak dalam sebulan selain bulan Syaban, dimana beliau melaksanakan puasa bulan Syaban seluruhnya. Beliau bersabda, Lakukanlah amal-amal yang kalian sanggup melaksanakannya, karena Allah tidak akan berpaling (dalam memberikan pahala) sampai kalian yang lebih dahulu berpaling (dari mengerjakan amal). Dan shalat yang paling Nabi shallallahu alaihi wa sallam cintai adalah shalat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan bila beliau sudah biasa melaksanakan shalat (sunnat) beliau menjaga kesinambungannya. (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 741) Beliau tidaklah mengkhususkan satu waktu untuk beribadah, hanya semangat di satu waktu, lalu tidak semangat beramal di waktu lainnya. Sebagaimana keadaan beliau tersebut ditanyakan oleh Alqamah kepada ibunda Aisyah radhiyallahu anha, : Aku bertanya kepada Aisyah radhiyallahu anha apakah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengkhususkan hari-hari tertentu dalam beramal? Dia menjawab, Tidak. Beliau selalu beramal terus menerus tanpa putus. Siapakah dari kalian yang akan mampu sebagaimana yang mampu dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam? (HR. Bukhari no. 1987 dan Muslim no. 741) Ibunda Aisyah radhiyallahu anha berkata, Amal yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah amal yang dikerjakan secara kontinyu (berkesinambungan) oleh pelakunya. (HR. Bukhari no. 6462 dan Muslim no. 741) Baca Juga: Inilah Balasan bagi yang Istiqomah Di antara faidah besar dari menjaga rutinitas dan kontinuitas (kesinambungan) ibadah adalah meningkatkan derajat seorang hamba di sisi Allah Taala dan meraih pahala atau keutamaan yang besar. Sebagaimana yang diceritakan oleh Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Lakukanlah haji dan umrah dalam waktu yang berdekatan, karena keduanya dapat menghilangkan kemiskinan dan menghapus dosa, sebagaimana al-kir (alat yang dipakai oleh pandai besai) menghilangkan karat besi, emas, dan perak. Tidak ada balasan haji mabrur kecuali surga. (HR. Tirmidzi no. 810, An-Nasai no. 2630. Ibnu Majah no. 2887, dinilai shahih oleh Al-Albani) Diriwayatkan dari ibunda Ummu Habibah radhiyallahu anha, beliau mengatakan, Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa shalat dua belas rakaat sehari semalam, maka akan dibangunkan baginya sebuah rumah di surga. Ummu Habibah radhiyallahu anha kemudian berkata, Maka aku tidak akan meninggalkan shalat dua belas rakaat itu semenjak aku mendengarnya dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. (HR. Muslim no. 728) Dalam hadits di atas, kita bisa melihat bagaimanakah semangat salaf terdahulu dalam menjaga rutinitas amal sejak mendapatkan ilmu dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Baca Juga: Berilmu Tapi Tidak Perhatian Terhadap Amal Dalam ibadah wajib, secara umum kita memiliki kewajiban yang sama dan tidak ada pilihan kecuali harus melaksanakan ibadah wajib tersebut. Kita sama-sama harus shalat lima waktu sehari semalam dan berpuasa di bulan Ramadhan. Meskipun dalam kondisi tertentu, ibadah wajib tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing orang. Laki-laki memiliki kewajiban shalat di masjid (menurut pendapat yang kami nilai paling kuat dalam masalah ini), sedangkan tidak untuk wanita. Demikian pula, kewajiban laki-laki sebagai kepala rumah tangga, tentu berbeda dengan kewajiban istri. Sehingga secara umum, mau tidak mau, kita harus melaksanakan ibadah wajib tersebut dan tidak ada pilihan lain. Berbeda halnya dengan ibadah sunnah. Ibadah sunnah itu beragam, ada shalat sunnah, puasa sunnah, sedekah sunnah, dan seterusnya. Di antara kita utama kita bisa kontinyu dalam ibadah sunnah adalah kita memilih ibadah sunnah yang sesuai dengan kondisi kita masing-masing, manakah yang jiwa kita merasa ringan melakukannya. Dan ini, tentu saja, berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Ada orang yang kalau sedekah sunnah, dia rajin, karena memang berkecukupan dan dia punya jiwa sosial. Namun, ada orang yang agak berat sedekah sunnah, karena dia pas-pasan, namun kalau disuruh puasa menahan lapar, dia akan senang-senang saja. Ada orang yang agak berat kalau puasa rutin karena pekerja berat, namun dia senang membaca Al-Quran di waktu-waktu luangnya. Ada orang yang mungkin agak berat puasa sunnah rutin dan membaca Al-Quran, namun dia senang dan rajin mendengarkan pengajian. Dan demikian seterusnya. Kondisi ini sama persis dengan jalan-jalan meraih rizki. Ada orang yang berbakat jadi pedagang, namun tidak bisa menjadi petani. Ada orang yang pandai memasak, bisa buka warung, namun tidak bisa menjadi pekerja bangunan. Tentu kita tidak bisa memaksa seorang pekerja bangunan untuk beralih profesi menjadi juru masak di restoran. Jalan-jalan rizki masing-masing orang berbeda-beda, sebagaimana jalan ibadah sunnah setiap orang pun berbeda-beda. Oleh karena itu, sungguh indah perkataan Imam Malik bin Anas rahimahullahu Taala ketika berdiskusi dengan seseorang yang menyibukkan dirinya dalam ibadah. Sesungguhnya Abdullah bin Abdul Aziz Al-Umarri Al-Aabid, seorang ahli ibadah, menulis surat kepada Imam Malik. Beliau menyarankan (memotivasi) Imam Malik untuk menyendiri (uzlah) dan sibuk beribadah dalam kesendirian. Dan dengan motivasi itu, dia ingin menggembosi semangat Imam Malik dari mengajarkan ilmu. Imam Malik pun membalas surat tersebut dengan mengatakan, Sesungguhnya Allah Taala itu membagi amal (ibadah) sebagaimana Allah membagi rizki (maksudnya, ada yang sumber rizkinya dari berdagang, menjadi petani, dan seterusnya, pen.). Ada orang yang dibukakan untuknya pintu shalat, namun tidak dibukakan pintu puasa. Sedangkan yang lain, dibukakan pintu sedekah, namun tidak dibukakan pintu puasa. Yang lain lagi, dibukakan pintu jihad, namun tidak dibukakan pintu shalat. Adapun menyebarkan ilmu dan mengajarkannya termasuk di antara amal kebaikan yang paling utama. Dan sungguh aku telah ridha dengan apa yang telah Allah Taala bukakan untukku. Aku tidak menyangka amal yang Allah mudahkan untukku itu lebih rendah dari amal yang Engkau kerjakan. Aku berharap bahwa kita berdua berada dalam kebaikan. Dan wajib atas setiap kita untuk ridha terhadap amal yang telah dibagi untuknya. (At-Tamhiid, 7/158 dan Siyar Alaam An-Nubalaa, 8: 114) Demikianlah nasihat indah Imam Malik rahimahullah yang perlu diperhatikan. Dalam ibadah sunnah, janganlah kita meremehkan orang lain karena berbeda dengan kita. Termasuk dalam dakwah. Kita dapati sebagian ustadz sangat rajin dan gemar menulis, dan menghasilkan karya-karya tulisan yang banyak. Karena memang beliau sejak dulu rajin dan gemar menulis. Namun, ustadz yang lain, belum tentu sama, karena dia disibukkan dengan dakwah langsung di masyarakat, atau menjadi relawan kemanusiaan yang terjun langsung di daerah-daerah pedalaman yang belum tersentuh dakwah. Oleh karena itu, yang menjadi renungan bagi kita adalah, jiwa kita, mau memilih ke arah mana? Baca Juga: [Selesai] *** @Rumah Lendah, 5 Jumadil awwal 1441/ 1 Januari 2020 Penulis:M. Saifudin Hakim Artikel: Muslim.or.id
Daftar Isi Salah satu perkara yang mungkin sulit dan bagi kita adalah menjaga kontinuitas amal, yaitu menjaga agar kita terusmenerus melakukan amal tersebut dan tidak hanya beramal di satu waktu, kemudian meninggalkannya. Bisa jadi kita semangat shalat malam di bulan Ramadhan, lalu setelah itu, kita pun meninggalkannya, menunggu bulan Ramadhan berikutnya. lwptoc Kita dapati motivasi dari syariat agar kita menjaga kontinuitas kesinambungan suatu amalan. Sebagaimana pesan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada Abdullah bin Amr bin AlAsh radhiyallahu anhu, beliau mengatakan, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku, Wahai Abdullah, janganlah Engkau seperti si fulan. Beliau bersabda, Lakukanlah amalamal yang kalian sanggup melaksanakannya, karena Allah tidak akan berpaling dalam memberikan pahala sampai kalian yang lebih dahulu berpaling dari mengerjakan amal. Dan shalat yang paling Nabi shallallahu alaihi wa sallam cintai adalah shalat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. 741 Beliau tidaklah mengkhususkan satu waktu untuk beribadah, hanya semangat di satu waktu, lalu tidak semangat beramal di waktu lainnya. Tidak ada balasan haji mabrur kecuali surga. Ummu Habibah radhiyallahu anha kemudian berkata, Maka aku tidak akan meninggalkan shalat dua belas rakaat itu semenjak aku mendengarnya dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. 728 Dalam hadits di atas, kita bisa melihat bagaimanakah semangat salaf terdahulu dalam menjaga rutinitas amal sejak mendapatkan ilmu dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Lakilaki memiliki kewajiban shalat di masjid menurut pendapat yang kami nilai paling kuat dalam masalah ini, sedangkan tidak untuk wanita. Demikian pula, kewajiban lakilaki sebagai kepala rumah tangga, tentu berbeda dengan kewajiban istri. Sehingga secara umum, mau tidak mau, kita harus melaksanakan ibadah wajib tersebut dan tidak ada pilihan lain. Ibadah sunnah itu beragam, ada shalat sunnah, puasa sunnah, sedekah sunnah, dan seterusnya. Ada orang yang kalau sedekah sunnah, dia rajin, karena memang berkecukupan dan dia punya jiwa sosial. Ada orang yang agak berat kalau puasa rutin karena pekerja berat, namun dia senang membaca AlQuran di waktuwaktu luangnya. Ada orang yang berbakat jadi pedagang, namun tidak bisa menjadi petani. Tentu kita tidak bisa memaksa seorang pekerja bangunan untuk beralih profesi menjadi juru masak di restoran. Jalanjalan rizki masingmasing orang berbedabeda, sebagaimana jalan ibadah sunnah setiap orang pun berbedabeda. Oleh karena itu, sungguh indah perkataan Imam Malik bin Anas rahimahullahu Taala ketika berdiskusi dengan seseorang yang menyibukkan dirinya dalam ibadah. Sesungguhnya Abdullah bin Abdul Aziz AlUmarri AlAabid, seorang ahli ibadah, menulis surat kepada Imam Malik. Sedangkan yang lain, dibukakan pintu sedekah, namun tidak dibukakan pintu puasa. Adapun menyebarkan ilmu dan mengajarkannya termasuk di antara amal kebaikan yang paling utama. Dan sungguh aku telah ridha dengan apa yang telah Allah Taala bukakan untukku. Aku berharap bahwa kita berdua berada dalam kebaikan. Kita dapati sebagian ustadz sangat rajin dan gemar menulis, dan menghasilkan karyakarya tulisan yang banyak.
Jawaban Rasulullah Saat Ditanya Siapa Orang yang Paling Cerdas
https://www.eramuslim.com/hikmah/jawaban-rasulullah-saat-ditanya-siapa-orang-yang-paling-cerdas/
Eramuslim.com – Pada suatu hari seorang lelaki datang kepada Nabi SAW membawa daging matang seraya berkata, “Ya Rasulullah, terimalah ini untuk para fakir miskin yang membutuhkannya.” Pada waktu itu, para fakir miskin yang ada di Masjid Nabawi sudah makan malam. Nabi SAW bertanya kepada mereka, “Adakah di antara kalian yang masih mau makan daging itu?” Mereka menjawab, “Tidak, ya Rasulullah. Bukankah kami sudah makan malam?” Rasulullah SAW kemudian menyuruh Abu Hurairah RA mengantarkan daging itu kepada Ummul Yatama, seorang wanita yang ditinggal suaminya dan mempunyai beberapa anak. Setiba di rumah ibu itu, Abu Hurairah mengetuk pintunya. Ibu itu bertanya, “Siapa di luar?” Ia menjawab, “Saya, Abu Hurairah. Saya diutus Rasulullah untuk mengantarkan daging matang untukmu dan anak-anakmu.” Namun, ibu itu berkata dengan ramah, “Sampaikan salamku untuk Rasulullah SAW. Semoga beliau dan Anda mendapat balasan yang setimpal atas kemurahan ini. Aku dan anak-anakku, alhamdulillah sudah makan. Mereka kini sudah tidur semua.” Abu Hurairah masih mau memaksanya. “Terima saja ya Ummul Yatama, besok pagi kalau anak-anakmu bangun tidur berikanlah daging ini.” Namun, ibu itu menolak. “Wahai Abu Hurairah, siapa yang menjamin bahwa kami akan hidup hingga esok pagi? Bawa saja daging itu dan berikan kepada orang yang lebih fakir dari kami.” Kita sering tenggelam dalam pesona dunia, teperdaya oleh gemerlapnya, dan terpa gut oleh godaan syahwatnya. Hal ini sering meninabobokan banyak orang sehingga lupa akan kematian. Awareness of the death (kesadaran akan kematian) diredam sedalam-dalamnya sehingga yang muncul adalah beragam perilaku perlawanan terhadap kehendak Tuhan. Iringan peti jenazah yang melintas di hadapannya sama sekali tak menorehkan kesan dalam relung jiwanya untuk mempersiapkan diri demi suatu ke adaan saat jabatan dan status sosial tak berarti lagi. Ummul Yatama (ibu para yatim), seperti yang dituturkan di atas, mengajarkan betapa pentingnya mengingat kematian. Padahal, mengingat mati bisa meniupkan spirit besar untuk membawa perubahan positif bagi seseorang. Itulah sebabnya banyak orang yang secara medis divonis dokter bahwa peluang hidupnya begitu kecil, akan makin merunduk dan patuh kepada Tuhannya. Dengan begitu, ia menjadi gemar menebarkan kebajikan. Inilah orang yang disebut Nabi sebagai orang yang kayyis (cerdas). Dia gigih menunaikan amal untuk kehidupan setelah mati, dia memahami tempat yang lebih baik untuk dipersiapkan. Ibnu Umar RA bertutur, “Suatu saat aku datang kepada Nabi SAW yang tengah berada di tengah-tengah jamaah yang jumlahnya 10 orang. Seseorang dari kalangan Anshar bertanya, ‘Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Orang yang paling rajin mengingat mati dan orang yang paling baik persiapannya dalam menghadapinya. Itulah orang yang paling cerdas, yang akan memperoleh kehormatan di dunia dan kemuliaan di akhirat kelak.”‘ (HR Ibnu Majah). [rol]
Eramuslim.com Pada suatu hari seorang lelaki datang kepada Nabi SAW membawa daging matang seraya berkata, Ya Rasulullah, terimalah ini untuk para fakir miskin yang membutuhkannya. Pada waktu itu, para fakir miskin yang ada di Masjid Nabawi sudah makan malam. Nabi SAW bertanya kepada mereka, Adakah di antara kalian yang masih mau makan daging itu Mereka menjawab, Tidak, ya Rasulullah. Bukankah kami sudah makan malam Rasulullah SAW kemudian menyuruh Abu Hurairah RA mengantarkan daging itu kepada Ummul Yatama, seorang wanita yang ditinggal suaminya dan mempunyai beberapa anak. Setiba di rumah ibu itu, Abu Hurairah mengetuk pintunya. Namun, ibu itu berkata dengan ramah, Sampaikan salamku untuk Rasulullah SAW. Semoga beliau dan Anda mendapat balasan yang setimpal atas kemurahan ini. Aku dan anakanakku, alhamdulillah sudah makan. Kita sering tenggelam dalam pesona dunia, teperdaya oleh gemerlapnya, dan terpa gut oleh godaan syahwatnya. Awareness of the death kesadaran akan kematian diredam sedalamdalamnya sehingga yang muncul adalah beragam perilaku perlawanan terhadap kehendak Tuhan. Iringan peti jenazah yang melintas di hadapannya sama sekali tak menorehkan kesan dalam relung jiwanya untuk mempersiapkan diri demi suatu ke adaan saat jabatan dan status sosial tak berarti lagi. Ummul Yatama ibu para yatim, seperti yang dituturkan di atas, mengajarkan betapa pentingnya mengingat kematian. Itulah sebabnya banyak orang yang secara medis divonis dokter bahwa peluang hidupnya begitu kecil, akan makin merunduk dan patuh kepada Tuhannya. Dengan begitu, ia menjadi gemar menebarkan kebajikan. Inilah orang yang disebut Nabi sebagai orang yang kayyis cerdas. Dia gigih menunaikan amal untuk kehidupan setelah mati, dia memahami tempat yang lebih baik untuk dipersiapkan. Ibnu Umar RA bertutur, Suatu saat aku datang kepada Nabi SAW yang tengah berada di tengahtengah jamaah yang jumlahnya 10 orang. Seseorang dari kalangan Anshar bertanya, Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia, wahai Rasulullah Beliau menjawab, Orang yang paling rajin mengingat mati dan orang yang paling baik persiapannya dalam menghadapinya.
0270. Hubungan Sakit, Puasa Ramadhan dan Fidyah
https://www.piss-ktb.com/2012/02/270-sakit-puasa-ramadhan-dan-fidyah.html
PERTANYAAN : Assalamualaikum. Adakah qoul / pendapat Ulama yang mengatakan bahwa orang yang sakitnya tahunan hanya membayar fidyah tanpa mengqodho ? semisal ada orang yang sakit menerus hingga 20 tahun kemudian sembuh dan kuat berpuasa (namun selama sakit membayar fidyah) apakah ada yang berpndapat tidak perlu mengqodo' ? terimakasih. [Muhammad Bisri Musthofa]. JAWABAN : Wa'alaikum salam. Kalangan Syafiiyah berpendapat bila pengakhiran qadha puasa tersebut sebab adanya udzur yang ISTIMROOR terus menerus baginya cukup mengqadha puasa tanpa menyertakan membayar fidyah. - Al-Iqnaa Li as-Syarbiiny I/243 : Barang siapa yang mengakhirkan qadha puasa ramadhan padahal berkesempatan mengqadhanya hingga memasuki ramadhan yang lain (ramadhan berikutnya) wajib baginya disetip hari yang pernah ia tinggalkan satu MUD (6,25 gram) karena enam shahabat nabi menyatakan masalah ini dan tidak ada perbedaan diantara mereka, dan ia berdosa sebab mengakhirkannya. Imam Nawawy berkata dalam kitab alMajmuu : Dan wajib baginya satu Mud sebab mengakhirkannya hingga masuk ramadhan berikutnya, sedang bagi yang tidak berkesempatan mengqadhainya karena udzurnya yang terus berlangsung hingga memasuki ramadhan berikutnya maka tidak berkewajiban membayar fidyah (sehari satu mud) sebab pengakhiran qadhanya. Apakah ada yang berpendapat tidak perlu mengqodo' terimakasih sebelumnya ? Ada, yaitu pendapat Ibn Abbas, Ibn Umar, Said Bin Jubir dan Qataadah yang menyatakan : Puasa yang ada dijalani, puasa yang telah lewat fidyahnya dibayari dan tidak ada qadha puasa lagi. [Masaji Antoro]. - Al-Majmuu alaa Syarh alMuhaddzab VI/366 : { }
PERTANYAAN Assalamualaikum. Adakah qoul pendapat Ulama yang mengatakan bahwa orang yang sakitnya tahunan hanya membayar fidyah tanpa mengqodho semisal ada orang yang sakit menerus hingga 20 tahun kemudian sembuh dan kuat berpuasa namun selama sakit membayar fidyah apakah ada yang berpndapat tidak perlu mengqodo terimakasih. Muhammad Bisri Musthofa. JAWABAN Waalaikum salam. Kalangan Syafiiyah berpendapat bila pengakhiran qadha puasa tersebut sebab adanya udzur yang ISTIMROOR terus menerus baginya cukup mengqadha puasa tanpa menyertakan membayar fidyah. AlIqnaa Li asSyarbiiny I243 Barang siapa yang mengakhirkan qadha puasa ramadhan padahal berkesempatan mengqadhanya hingga memasuki ramadhan yang lain ramadhan berikutnya wajib baginya disetip hari yang pernah ia tinggalkan satu MUD 6,25 gram karena enam shahabat nabi menyatakan masalah ini dan tidak ada perbedaan diantara mereka, dan ia berdosa sebab mengakhirkannya. Imam Nawawy berkata dalam kitab alMajmuu Dan wajib baginya satu Mud sebab mengakhirkannya hingga masuk ramadhan berikutnya, sedang bagi yang tidak berkesempatan mengqadhainya karena udzurnya yang terus berlangsung hingga memasuki ramadhan berikutnya maka tidak berkewajiban membayar fidyah sehari satu mud sebab pengakhiran qadhanya. Apakah ada yang berpendapat tidak perlu mengqodo terimakasih sebelumnya Ada, yaitu pendapat Ibn Abbas, Ibn Umar, Said Bin Jubir dan Qataadah yang menyatakan Puasa yang ada dijalani, puasa yang telah lewat fidyahnya dibayari dan tidak ada qadha puasa lagi. Masaji Antoro. AlMajmuu alaa Syarh alMuhaddzab VI366
Hukum Melanggar Syariat Islam Karena Mengikuti Adat
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-melanggar-syariat-islam-karena-mengikuti-adat
Belum lama ini, salah satu ormas Islam mencoba membubarkan pelaksanaan festival budaya di daerah Jawa Timur. Alasannya adalah karena tidak sesuai dengan ajaran Islam. Namun, pada akhirnya acara festival budaya tersebut tetap jadi dilaksanakan. Ya, Indonesia memang dikenal memiliki keragaman budaya serta adat istiadat yang sangat beragam.Polemik pun kerap muncul karena adanya perbedaan pendapat terkait dengan boleh tidaknya mengikuti adat istiadat dan kesesuaiannya dengan syariat Islam. Sebagian berpendapat bahwa mengikuti adat merupakan bentuk pelanggaran terhadap syariat Islam. Sedangkan, sebagian lagi berpendapat sebaliknya yakni dibolehkan sepanjang tidak bertentangan syariat Islam. Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai hukum melanggar syariat Islam karena mengikuti adat dan tradisi.Baca juga : Apakah Adat Itu?Adat dalam Islam kerap disebut juga dengan adab. Sejatinya Islam telah menggariskan berbagai adab Islami yang mengatur etika dan norma-norma pemeluknya yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Adab Islam diturunkan langsung oleh Allah SWT kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melalui wahyu. Adapun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan role model dari penerapan adab-adab Islami ini.Adab-adab Islami ini datang dan berkembang sejalan dengan kedatangan dan perkembangan Islam di Arab. Sebelumnya, yang berlaku di masyarakat Arab ketika itu adalah budaya jahiliyah yang bertentangan dengan syariat Islam. Pun dengan di Indonesia maupun negara-negara lainnya. Adab-adab Islami datang, tumbuh, dan berkembang sejalan dengan perkembangan Islam di negara-negara tersebut.Kedatangan Islam ini tentunya tidak serta merta dapat diterima oleh masyarakat setempat. Karena itu, sebagian Pembawa Islam memanfaatkan adat istiadat dan kebudayaan setempat untuk menyebarluaskan agama Islam agar dapat mudah diterima oleh masyarakat. Dari sini kerap timbul kekurangpahaman terhadap adat dan ibadah.Baca juga :Hukum Asal AdatHukum asal adat menurut para ulama adalah boleh sampai ada dalil yang melarang. Sedangkan, hukum asal ibadah adalah haram sampai ada dalil yang mendukungnya. Adat ditujukan untuk menjaga diri, harta atau kehormatan; adat merupakan hak manusia yang mengandung kemaslahatan bagi mereka; adat dapat dilakukan setiap saat tanpa berpijak pada dalil-dalil; dan kemashlahatan adat ditentukan oleh akal manusia.Sementara itu, ibadah ditujukan untuk menjaga agama dan memperoleh pahala di sisi Allah SWT; ibadah merupakan Allah yang harus ditunaikan oleh manusia; ibadah didasarkan pada dali-dalil; dan ibadah tidak memerlukan alasan logis untuk memahami mengapa ibadah harus dilakukan.Hukum Melanggar Syariat Karena AdatPara ulama berpendapat bahwa adat dapat dikatakan bid’ah atau ibadah. Adat itu bid’ah jika dilakukan dengan cara-cara yang tidak dianggap oleh syari’at. Adat itu termasuk ibadah jika diniatkan untuk ibadah, dilakukan dengan niat yang benar, serta berperan sebagai pendukung amalan shalih. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan, “Sesungguhnya engkau tidaklah menafkahkan suatu nafkah dalam rangka mengharap wajah Allah melainkan akan diganjar dengan usaha itu sampai pun sesuap makanan yang engkau masukkan dalam mulut istrimu.” (HR, Bukhari dan Muslim)Dalam surat At Taubah ayat 120 Allah SWT berfirman yang artinya,“Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shaleh.” (QS. At Taubah : 120)Kesimpulannya, hukum melanggar syariat Islam adalah jika adat yang diikuti tidak bertentangan dengan syariat Islam dan ditujukan sebagai sarana pendukung amalan shalih maka diperbolehkan untuk melakukannya. Namun, jika adat yang diikuti jelas-jelas bertentangan atau bahkan melanggar syariat Islam maka adat itu harus ditinggalkan karena merupakan bid’ah.Baca juga : Demikianlah ulasan singkat tentang hukum melanggar syariat Islam karena mengikuti adat. Semoga bermanfaat.
Belum lama ini, salah satu ormas Islam mencoba membubarkan pelaksanaan festival budaya di daerah Jawa Timur. Alasannya adalah karena tidak sesuai dengan ajaran Islam. Namun, pada akhirnya acara festival budaya tersebut tetap jadi dilaksanakan. Ya, Indonesia memang dikenal memiliki keragaman budaya serta adat istiadat yang sangat beragam. Adab Islam diturunkan langsung oleh Allah SWT kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melalui wahyu. Sebelumnya, yang berlaku di masyarakat Arab ketika itu adalah budaya jahiliyah yang bertentangan dengan syariat Islam. Adabadab Islami datang, tumbuh, dan berkembang sejalan dengan perkembangan Islam di negaranegara tersebut. Kedatangan Islam ini tentunya tidak serta merta dapat diterima oleh masyarakat setempat. Dari sini kerap timbul kekurangpahaman terhadap adat dan ibadah. Sedangkan, hukum asal ibadah adalah haram sampai ada dalil yang mendukungnya. Sementara itu, ibadah ditujukan untuk menjaga agama dan memperoleh pahala di sisi Allah SWT ibadah merupakan Allah yang harus ditunaikan oleh manusia ibadah didasarkan pada dalidalil dan ibadah tidak memerlukan alasan logis untuk memahami mengapa ibadah harus dilakukan. Hukum Melanggar Syariat Karena AdatPara ulama berpendapat bahwa adat dapat dikatakan bidah atau ibadah. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan, Sesungguhnya engkau tidaklah menafkahkan suatu nafkah dalam rangka mengharap wajah Allah melainkan akan diganjar dengan usaha itu sampai pun sesuap makanan yang engkau masukkan dalam mulut istrimu. HR, Bukhari dan MuslimDalam surat At Taubah ayat 120 Allah SWT berfirman yang artinya,Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak pula menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orangorang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shaleh. Baca juga Demikianlah ulasan singkat tentang hukum melanggar syariat Islam karena mengikuti adat.
Pelaku Maksiat, Apakah Mendapat Syafaat Rasulullah?
https://www.harakatuna.com/pelaku-maksiat-apakah-mendapat-syafaat-rasulullah.html
Harakatuna.com – Dalam agama Islam, semua perilaku dapat ditimbang dengan kacamata syariat. Dengan berdasarkan syariat, setiap perilaku dapat dinilai, apakah disebut taat atau maksiat. Ketaatan dan kemaksiatan adalah dua hal yang sangat kontradiktif. Namun demikian sebagai manusia pernah berbuat maksiat walaupun itu sedikit. Dan sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa salah satu yang bisa membawa manusia kedalam surga adalah syafaat Rasulullah. Lantas yang menjadi pertanyaan apakah pelaku maksiat akan mendapatkan syafaat Rasulullah? Nabi Muhammad sendiri dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bersabda bahwa syafaat Rasulullah itu berlaku untuk semua umatnya baik yang taat maupun yang maksiat. Rasulullah bersabda Artinya: “Syafaatku juga ada yang diperuntukkan bagi pelaku dosa-dosa besar dari umatku.” Dari hadis ini menjadi jelas bahwa pelaku maksiat akan mendapatkan syafaat Rasulullah. oleh karenanya walaupun pernah melakukan maksiat jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah dan syafaat Rasulullah. Para ulama sendiri ada yang berpendapat dosa berputus asa dari rahmat Allah lebih besar dari dosa maksiat itu sendiri. Tetaplah berharap syafaatnya walaupun pernah melakukan maksiat. Rasulullah sendiri menyatakan bahwa walaupun umat muslim pernah berbuat maksiat namun dalam hatinya ada rasa cinta kepada Rasulullah, maka kelak berhak mendapatkan syafaatnya. Diceritakan dalam sebuah hadis ada sahabat yang bernama Nuaiman. Ia termasuk sahabat yang sering duduk dan bercanda dengan Rasulullah. Kendati selalu berada dekat dengan Rasulullah, tetapi Nuaiman tidak mampu menghentikan kebiasaan buruk mabuk-mabukan. Hal ini menjadikan sahabat sampai memukulnya dengan ujung pakaian mereka. Bahkan Umar bin Khattab pun ikut naik pitam melihat kelakuan tidak terpujinya. “Semoga Allah melaknatmu,” kata Umar kepada Nuaiman. “Mengapa kamu tidak berhenti dari kebiasaanmu mabuk-mabukan?” Melihat hal itu, Rasulullah SAW bersabda kepada Umar, Artinya: “Janganlah kamu melaknatnya, karena sesungguhnya dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Walau pernah berbuat maksiat, teruslah berharap syafaat Rasulullah.
Harakatuna.com Dalam agama Islam, semua perilaku dapat ditimbang dengan kacamata syariat. Dengan berdasarkan syariat, setiap perilaku dapat dinilai, apakah disebut taat atau maksiat. Ketaatan dan kemaksiatan adalah dua hal yang sangat kontradiktif. Namun demikian sebagai manusia pernah berbuat maksiat walaupun itu sedikit. Dan sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa salah satu yang bisa membawa manusia kedalam surga adalah syafaat Rasulullah. Lantas yang menjadi pertanyaan apakah pelaku maksiat akan mendapatkan syafaat Rasulullah Nabi Muhammad sendiri dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bersabda bahwa syafaat Rasulullah itu berlaku untuk semua umatnya baik yang taat maupun yang maksiat. Rasulullah bersabda Artinya Syafaatku juga ada yang diperuntukkan bagi pelaku dosadosa besar dari umatku. Dari hadis ini menjadi jelas bahwa pelaku maksiat akan mendapatkan syafaat Rasulullah. oleh karenanya walaupun pernah melakukan maksiat jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah dan syafaat Rasulullah. Para ulama sendiri ada yang berpendapat dosa berputus asa dari rahmat Allah lebih besar dari dosa maksiat itu sendiri. Tetaplah berharap syafaatnya walaupun pernah melakukan maksiat. Rasulullah sendiri menyatakan bahwa walaupun umat muslim pernah berbuat maksiat namun dalam hatinya ada rasa cinta kepada Rasulullah, maka kelak berhak mendapatkan syafaatnya. Diceritakan dalam sebuah hadis ada sahabat yang bernama Nuaiman. Ia termasuk sahabat yang sering duduk dan bercanda dengan Rasulullah. Kendati selalu berada dekat dengan Rasulullah, tetapi Nuaiman tidak mampu menghentikan kebiasaan buruk mabukmabukan. Hal ini menjadikan sahabat sampai memukulnya dengan ujung pakaian mereka. Bahkan Umar bin Khattab pun ikut naik pitam melihat kelakuan tidak terpujinya. Semoga Allah melaknatmu, kata Umar kepada Nuaiman. Mengapa kamu tidak berhenti dari kebiasaanmu mabukmabukan Melihat hal itu, Rasulullah SAW bersabda kepada Umar, Artinya Janganlah kamu melaknatnya, karena sesungguhnya dia mencintai Allah dan RasulNya. Walau pernah berbuat maksiat, teruslah berharap syafaat Rasulullah.
Allah adalah Perencana yang terbaik
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Allah-adalah-Perencana-yang-terbaik
QS.Surat Ali `Imran[3]:54 ࣖ () 54. Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
QS.Surat Ali Imran354 54. Orangorang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaikbaik pembalas tipu daya.
Muhammad bukan seorang penyair
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Muhammad-bukan-seorang-penyair
QS.Surat Ya Sin[36]:69 () 69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al-Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.
QS.Surat Ya Sin3669 69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya Muhammad dan bersyair itu tidaklah layak baginya. AlQuran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.
Saya telah beri’tikaf sejak beberapa tahun lalu pada sepuluh akhir di salah satu masjid. Pada hari keduapuluh tujuh, saya kaget dengan datang bulan, maka saya keluar dari I’tikafku. Maka saya pergi mencari permasalahan ini dalam kitab ‘Bisyti Ziyur’ atau ‘Hiasan Langit’ disebutkan bahwa I’tikaf sempurna, setelah beberapa tahun, saya bertanya kepada salah seorang ulama’ ahli fatwa dan mengatakan kepadaku, “Bahwa kitab ini tidak terpercaya, dan wajib bagi anda menyempurnakan sisa harinya. Maka saya beri’tikaf di kamar rumahku. Akan tetapi setelah itu saya mengetahui bahwa (I’tikaf) tidak sah kecuali di dalam masjid. Sekarang pertanyaanku adalah apakah memulai I’tikaf baru di masjid selama sepuluh hari atau apa yang selayaknya saya lakukan?
https://islamqa.info/id/answers/222426/beritikaf-pada-sepuluh-malam-akhir-kemudian-haid-apa-hukumnya
Alhamdulillah.Para ulama sepakat, bahwa lelaki tidak sah I’tikafnya kecuali di dalam masjid. Berdasarkan firman Allah ta’ala: ) /187 “Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid.” QS. Al-Baqarah: 187 Maka dikhususkan beri’tikaf dalam masjid. Silahkan melihat ‘Al-Mugni, karangan Ibnu Qudamah, (3/189). Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bahwa wanita seperti lelaki dalam hal ini. Maka tidak sah beri’tikaf (wanita) kecuali dalam masjid. Tidak sah I’tikaf wanita dalam masjid rumahnya. Silahkan melihat untuk penjelasan tambahan dalam masalah ini di fatwa no. 50025. Kedua: I’tikaf di sepuluh akhir Ramadan adalah sunah dianjurkan bagi lelaki dan perempuan kalau aman fitnah. Dan disana ada tempat khusus untuk para wanita dan I’tikaf tidak menghalangi dari kewajibannya. Begitu juga atas izin suaminya. Silahkan melihat tambahan penjelasasn rinci dalam masalah ini di fatwa no. 37698. Ketiga: Asalnya I’tikaf adalah sunah bukan wajib. Tidak menjadi wajib kecuali karena nazar. Kalau dia bernazar maka dia harus memenuhinya. Berdasarkan sabada Nabi sallallahu alaiahi wa sallam: ( ) (6696) “Siapa yang bernazar untuk taat kepada Allah, maka taatilah. Dan siapa yang bernazar bermaksiat kepada-Nya, maka jangan berbuat maksiat.” HR. Bukhori, (6696). Dan karena Umar mengatakan: " : ) " (6697) (1656). “Wahai Rasulullah, saya bernazar di zaman Jahiliyah beri’tikaf semalam di Masjidil Haram, maka beliau bersabda, “Tunaikan nazarmu.” HR. Bukhori, (6697) dan Muslim, (1656). Ibnu Munzir mengatakan dalam kitab ‘Al-Ijma’ hal. 53. “Mereka (para ulama) bersepakat bahwa I’tikaf itu sunah. Tidak diwajibkan kepada manusia. Kecuali kalau seseorang mewajibkan dirinya dengan bernazar. Maka menjadi wajib atasnya.” Selesai Keempat: Kalau seorang wanita beri’tikaf dalam masjid kemudian datang haid. maka dia harus keluar dari masjid –menurut kesepakatan para ahli ilmu- I’tikaf yang lalu tidak batal karena haid menurut jumhur ahli ilmu. Kemudian pulang ke rumahnya. Kalau sudah suci, ketika I’tikafnya itu wajib –karena nazar- maka dia harus kembali ke masjid untuk menyempurnakan I’tikafnya -dimulai dari apa yang telah dia I’tikafkan – dan mengqodo yang terlewatkan. Serta tidak ada kaffarah atasnya. Sementara kalau I’tikafnya itu sunah, maka tidak diwajibkan kembali ke masjid. Dan tidak ada qodo dari I’tikafnya ini setelah itu. Imam Malik rahimahullah mengatakan terkait wanita. Kalau dia beri’tikaf kemudian haid dalam I’tikafnya, “Dia pulang ke rumahnya, kalau suci kembali ke masjid. Kapan saja dia bersih. Kemudian memulai dari apa yang telah dii’tikafkan.” Selesai dari Muwato’, (1/316). Syekh Ibnu Jibrin mengatakan, “Kalau wanita beri’tikaf kemudian haid. dia harus keluar dari masjid sampai bersih. Kemudian setelah bersih kembali. Kalau waktunya telah selesai sebelum suci dari haid dan nifas, maka dia harus mengqodonya kalau i‘tikafnya wajib dengan nazar. Dan gugur kalau (I’tikafnya) sunah. Karena telah terlewatkan waktunya. Selesai dari ‘Hiwar Fil I’tikaf (Dialog tentang I’tikaf) dipublikasikan di websitenya: http://www.ibn-jebreen.com/?t=books&cat=6&book=10&page=356 . silahkan melihat di ‘Mugni, (3/206). Syarkh Umdah karangan Ibnu Taimiyah, (2/839)- Kitab Siyam.
Para ulama sepakat, bahwa lelaki tidak sah Itikafnya kecuali di dalam masjid. Berdasarkan firman Allah taala 187 Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beritikaf dalam mesjid. AlBaqarah 187 Maka dikhususkan beritikaf dalam masjid. Silahkan melihat AlMugni, karangan Ibnu Qudamah, 3189. Jumhur mayoritas ulama berpendapat bahwa wanita seperti lelaki dalam hal ini. Maka tidak sah beritikaf wanita kecuali dalam masjid. Silahkan melihat untuk penjelasan tambahan dalam masalah ini di fatwa no. Kedua Itikaf di sepuluh akhir Ramadan adalah sunah dianjurkan bagi lelaki dan perempuan kalau aman fitnah. Dan disana ada tempat khusus untuk para wanita dan Itikaf tidak menghalangi dari kewajibannya. Ketiga Asalnya Itikaf adalah sunah bukan wajib. Tidak menjadi wajib kecuali karena nazar. Kalau dia bernazar maka dia harus memenuhinya. Berdasarkan sabada Nabi sallallahu alaiahi wa sallam 6696 Siapa yang bernazar untuk taat kepada Allah, maka taatilah. Dan siapa yang bernazar bermaksiat kepadaNya, maka jangan berbuat maksiat. Wahai Rasulullah, saya bernazar di zaman Jahiliyah beritikaf semalam di Masjidil Haram, maka beliau bersabda, Tunaikan nazarmu. Ibnu Munzir mengatakan dalam kitab AlIjma hal. Selesai Keempat Kalau seorang wanita beritikaf dalam masjid kemudian datang haid. maka dia harus keluar dari masjid menurut kesepakatan para ahli ilmu Itikaf yang lalu tidak batal karena haid menurut jumhur ahli ilmu. Kalau sudah suci, ketika Itikafnya itu wajib karena nazar maka dia harus kembali ke masjid untuk menyempurnakan Itikafnya dimulai dari apa yang telah dia Itikafkan dan mengqodo yang terlewatkan. Sementara kalau Itikafnya itu sunah, maka tidak diwajibkan kembali ke masjid. Dan tidak ada qodo dari Itikafnya ini setelah itu. Imam Malik rahimahullah mengatakan terkait wanita. Kemudian memulai dari apa yang telah diitikafkan. dia harus keluar dari masjid sampai bersih. Selesai dari Hiwar Fil Itikaf Dialog tentang Itikaf dipublikasikan di websitenya . Syarkh Umdah karangan Ibnu Taimiyah, 2839 Kitab Siyam.
Hukum Foto di Kuburan yang Harus diketahui
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-foto-di-kuburan
Berziarah kubur bagi masyarakat Indonesia merupakan hal yang lumrah. Ziarah tidak hanya dilakukan laki-laki bah kan perempuan pun ikut meramaikan kuburan.Tawaran pahala yang besar sebesar dua qiradh dan keinginan untuk mendoakan kerabat yang telah meninggal menjadi alasan mereka kekuburan.Hukum selfie adalah boleh apabila yakin atau ada dugaan kuat bahwa hal tersebut tidak akan menimbulkan fitnah. Fitnah di sini yang dihendaki berarti suatu hal yang dapat mendorong kemaksiatan/ ketertarikan hati mendekatkan zina. Adapun haram tidaknya selfie tergantung dari niat dan tujuan si mukallaf (pelaku) . Apabila digunakan untuk menipu, menghina, melecehkan orang lain yang menimbulkan penyakit hati maka hukumnya haram.Adab-adab dalam berziarah ini secara rinci dijelaskan dalam kitab Tafsir As-Siraj Al-Munir:“Hendaknya bagi orang yang berziarah di kuburan untuk berperilaku sesuai dengan adab-adab ziarah kubur dan menghadirkan hatinya pada saat mendatangi kuburan. Tujuannya datang ke kuburan bukan hanya sebatas berkeliling saja, sebab perilaku ini adalah perilaku binatang. Tetapi tujuan ziarahnya karena untuk menggapai ridha Allah SWT memperbaiki keburukan hatinya, memberikan kemanfaatan pada mayit dengan membacakan di sisinya Al-Qur’an dan doa-doa. Dan juga ia menjauhi duduk di atas kuburan”.Para ulama berbeda pendapat, ada ulama yang mutlak mengharamkan ada juga makruh, mubah atau haram dengan persyaratan. Mazhab Hanbali beranggapan ziarah hukum bagi Muslimah mutlak haram. Hal ini didapat dari Ibnu Abbas RA yang menyebut, “Rasulullah melaknat para wanita yang menziarahi kubur dan menjadikannya masjid dan memberikan penerangan di atasnya.”“Rasulullah SAW melaknat perempuan peziarah kubur. Sementara itu, pandangan yang memakruhkan Muslimah berziarah kubur adalah Mazhab Syafi’iyah. Hadis yang melarang perempuan berziarah kubur derajatnya sahih, begitu pula hadis dari Aisyah tentang pembolehan wanita berziarah kubur, Karena itu Mazhab Syafi’iyah menilai ziarah kubur boleh dilakukan Muslimah.Ketika masuk diarea sekitar kuburan ucapkan salam ‘Assalamu alaika dara qaumi mu’minin, wa inna insya Allahu bikum lahiqun (semoga kesalamatan tertuju pada engkau wahai rumah perkumpulan orang-orang mukmin, sesungguhnya kami, jika Allah menghendaki akan menyusul kalian. Ketika datang dikuburan mayit yang kita kenal, maka ucapkan salam padanya dan datangilah dari arah wajah mayat itu. Karena berziarah kuburannya sama seperti berbicara semasa hidupnya.Lalu orang yang berziarah merenungkan orang yang telah dikubur yang telah terpisah dari keluarga serta orang-orang yang dicintainya. Orang-orang berziarah hendaknya juga merenungkan bagaimana keadaan teman-teman telah sudah tidak dengan mereka lagi.Debu-debu telah bertaburan pada keindahan tubuh dan wajah mereka, organ tubuh mereka telah terpisah-pisah dalam tanah, lalu istri mereka menjanda, anak-anak mereka menjadi yatim.
Berziarah kubur bagi masyarakat Indonesia merupakan hal yang lumrah. Ziarah tidak hanya dilakukan lakilaki bah kan perempuan pun ikut meramaikan kuburan.Tawaran pahala yang besar sebesar dua qiradh dan keinginan untuk mendoakan kerabat yang telah meninggal menjadi alasan mereka kekuburan.Hukum selfie adalah boleh apabila yakin atau ada dugaan kuat bahwa hal tersebut tidak akan menimbulkan fitnah. Fitnah di sini yang dihendaki berarti suatu hal yang dapat mendorong kemaksiatan ketertarikan hati mendekatkan zina. Adapun haram tidaknya selfie tergantung dari niat dan tujuan si mukallaf pelaku . Apabila digunakan untuk menipu, menghina, melecehkan orang lain yang menimbulkan penyakit hati maka hukumnya haram.Adabadab dalam berziarah ini secara rinci dijelaskan dalam kitab Tafsir AsSiraj AlMunirHendaknya bagi orang yang berziarah di kuburan untuk berperilaku sesuai dengan adabadab ziarah kubur dan menghadirkan hatinya pada saat mendatangi kuburan. Tujuannya datang ke kuburan bukan hanya sebatas berkeliling saja, sebab perilaku ini adalah perilaku binatang. Tetapi tujuan ziarahnya karena untuk menggapai ridha Allah SWT memperbaiki keburukan hatinya, memberikan kemanfaatan pada mayit dengan membacakan di sisinya AlQuran dan doadoa. Dan juga ia menjauhi duduk di atas kuburan.Para ulama berbeda pendapat, ada ulama yang mutlak mengharamkan ada juga makruh, mubah atau haram dengan persyaratan. Mazhab Hanbali beranggapan ziarah hukum bagi Muslimah mutlak haram. Hal ini didapat dari Ibnu Abbas RA yang menyebut, Rasulullah melaknat para wanita yang menziarahi kubur dan menjadikannya masjid dan memberikan penerangan di atasnya.Rasulullah SAW melaknat perempuan peziarah kubur. Sementara itu, pandangan yang memakruhkan Muslimah berziarah kubur adalah Mazhab Syafiiyah. Hadis yang melarang perempuan berziarah kubur derajatnya sahih, begitu pula hadis dari Aisyah tentang pembolehan wanita berziarah kubur, Karena itu Mazhab Syafiiyah menilai ziarah kubur boleh dilakukan Muslimah.Ketika masuk diarea sekitar kuburan ucapkan salam Assalamu alaika dara qaumi muminin, wa inna insya Allahu bikum lahiqun semoga kesalamatan tertuju pada engkau wahai rumah perkumpulan orangorang mukmin, sesungguhnya kami, jika Allah menghendaki akan menyusul kalian. Ketika datang dikuburan mayit yang kita kenal, maka ucapkan salam padanya dan datangilah dari arah wajah mayat itu. Karena berziarah kuburannya sama seperti berbicara semasa hidupnya.Lalu orang yang berziarah merenungkan orang yang telah dikubur yang telah terpisah dari keluarga serta orangorang yang dicintainya. Orangorang berziarah hendaknya juga merenungkan bagaimana keadaan temanteman telah sudah tidak dengan mereka lagi.Debudebu telah bertaburan pada keindahan tubuh dan wajah mereka, organ tubuh mereka telah terpisahpisah dalam tanah, lalu istri mereka menjanda, anakanak mereka menjadi yatim.
Saya telah bekerja di bidang pertanian anggur yang khusus ditanam sebagai bahan minuman beralkohol selama dua tahun sampai hari ini, hanya saja pada tahun pertama saya belum mengetahui bahwa hal itu haram, dan pada saat ini saya yakin ini adalah termasuk sesuatu yang di haramkan, meski demikian sampai hari ini saya masih bekerja di tempat ini, pada bulan ini saya menghawatirkan bahwa apa yang saya kerjakan termasuk puasa saya di bulan ini menjadi sia-sia, sebagai anak yang masih muda, saya sangat berharap anda dapat memberikan nasihat dan penjelasan kepada saya
https://islamqa.info/id/answers/370069/apakah-mengkonsumsi-sesuatu-yang-haram-membatalkan-puasa
Alhamdulillah.Pertama: hukum menolong dalam hal yang haram Tidak boleh Bekerja di bidang anggur yang dikhususkan untuk membuat minuman khamr, baik dengan menjual, mengolah, atau yang lainnya; hal itu karena ada kontribusi dalam memberikan bantuan pada sumber kerusakan (kejahatan), uang yang dihasilkan dari pekerjaan ini adalah uang haram. Allah ta’ala berfirman: /2 (Dan tolong-menolonglah kamu dalam [mengerjakan] kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.) Al-Maidah /2. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: ( ) : ) (1295) (3674) (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat sepuluh orang yang berkenaan dengan khamr; Orang yang memeras, yang meminta diperaskan, peminum, pembawanya, yang dibawakan untuknya, penuangnya, penjual, yang memakan hasilnya, pembelinya dan yang minta dibelikan.), diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (1295), dan Abu Dawud (3674). Kedua: Apakah dosa yang disengaja dapat membatalkan puasa ? Para ahli fikih berbeda pendapat tentang adanya unsur kesengajaan berbuat maksiat di bulan ramadhan: apakah ia membatalkan puasa atau tidak ? Jumhur ulama berpandangan bahwa ibadah puasa tidak batal kecuali karena sebab-sebab yang sudah diketahui bisa membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan hubungan suami istri (jima’), adapun perbuatan dosa lainya tidak bisa membatalkan puasa, seperti ghibah, berbohong, dan melakukan sesuatu amalan yang haram. akan tetapi mereka mengatakan: bahwa hal itu akan mengurangi pahala puasa, dan bisa menjadi menyebabkan tidak diterimanya ibadah puasa. Menurut Ibnu Hazm, bahwa hal itu bisa menyebabkan batalnya puasa, dalilnya adalah Hadist yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari (6057), dari Abi Hurairah radhiyallau ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan yang haram, juga berperilaku seperti perilaku orang-orang bodoh, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minuman.” Diriwayatkan oleh Ahmad (8856), dari Abi Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: : “Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja. Dan betapa banyak pula yang melakukan shalat malam, hanya begadang di malam hari” Syu'ayb al-Arna'oot berkata dalam Tahqeeq al-Musnad : isnadnya adalah jayyid. Lihat juga: al-Muhalla (4/304). Untuk lebih jelasnya silahkan lihat jawaban soal no. (50063 ) . Pendapat yang benar adalah pendapat jumhur, tetapi yang dikhawatirkan adalah bahwa siapa yang makan dan minumnya berasal dari sesuatu yang haram bisa menjadi penyebab tidak diterimanya ibadah puasa, doa, dan shalatnya; sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: : ( ) : ( ) ) (1015 "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: 'Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.' Dan Allah juga berfirman: 'Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.'" Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo'a: "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku." Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do'anya?." Diriwayatkan oleh Muslim (1015). Ibnu Rajab rahimahullah berkata: dari Hadits ini ada isyarat yang menunjukkan bahwa suatu amalan tidak akan diterima dan dianggap suci kecuali dengan makanan halal, dan bahwa memakan haram dapat merusak amal shaleh dan menghalangi diterimanya amal tersebut, karena setelah pernyataan (Allah tidak menerima apa pun kecuali yang baik): beliau melanjutkan : (Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: 'Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih.) Al-Mu’minun /51, Dan Allah juga berfirman: ('Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang Telah kami telah kami rezekikan kepadamu.'") Al-Baqarah /172. Yang dimaksud di sini adalah bahwa para Rasul dan umatnya diperintahkan untuk memakan dari apa-apa yang baik dan halal, mereka juga diperintahkan untuk beramal shaleh. Oleh karena itu selama makanannya halal, maka amal shalehnya akan diterima, tetapi jika makanannya tidak halal, maka bagaimana amal shalehnya bisa diterima ? Dan apa yang disebutkan setelah itu adalah tentang doa, dan bagaimana doa bisa diterima jika yang dimakan berasal dari sesuatu yang haram, ini adalah contoh kecilnya kemungkinan diterimanya do’a jika sesorang mengkonsumsi makanan haram, akhir kutipan dari “jami’ul ‘Ulum wal hikam” (1/260). Sudah ada beberapa nash yang memberikan peringatan keras untuk menghindari makanan haram, seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: " " (4519 “Setiap daging yang tumbuh dari yang haram maka Neraka lebih pantas baginya.”( Hadits riwayat Ath-Thabrani dari Abu Bakar; digolongkan shahih oleh al-Albaani dalam “Shahih al-Jaami'” (4519). Dan riwayat At-Tirmidzi (614) dari Hadist Ka’ab bin ‘ujrah : " “sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram akan berhak dibakar dalam api neraka.” Digolongkan Sahih oleh Al-Albani dalam “Sahih At-Tirmidzi”. Maka segeralah bertaubat, dan segera tinggalkanlah pekerjaan tersebut, dan ketahuilah bahwa masih banyak pintu-pintu rizki, dan barang siapa yang kehilangan sesuatu niscaya Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik. Wallahu a’lam.
Pertama hukum menolong dalam hal yang haram Tidak boleh Bekerja di bidang anggur yang dikhususkan untuk membuat minuman khamr, baik dengan menjual, mengolah, atau yang lainnya hal itu karena ada kontribusi dalam memberikan bantuan pada sumber kerusakan kejahatan, uang yang dihasilkan dari pekerjaan ini adalah uang haram. Allah taala berfirman 2 Dan tolongmenolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata 1295 3674 Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat sepuluh orang yang berkenaan dengan khamr Orang yang memeras, yang meminta diperaskan, peminum, pembawanya, yang dibawakan untuknya, penuangnya, penjual, yang memakan hasilnya, pembelinya dan yang minta dibelikan., diriwayatkan oleh AtTirmidzi 1295, dan Abu Dawud 3674. Kedua Apakah dosa yang disengaja dapat membatalkan puasa Para ahli fikih berbeda pendapat tentang adanya unsur kesengajaan berbuat maksiat di bulan ramadhan apakah ia membatalkan puasa atau tidak Jumhur ulama berpandangan bahwa ibadah puasa tidak batal kecuali karena sebabsebab yang sudah diketahui bisa membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan hubungan suami istri jima, adapun perbuatan dosa lainya tidak bisa membatalkan puasa, seperti ghibah, berbohong, dan melakukan sesuatu amalan yang haram. Diriwayatkan oleh Ahmad 8856, dari Abi Hurairah berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja. Dan betapa banyak pula yang melakukan shalat malam, hanya begadang di malam hari Syuayb alArnaoot berkata dalam Tahqeeq alMusnad isnadnya adalah jayyid. Untuk lebih jelasnya silahkan lihat jawaban soal no. Pendapat yang benar adalah pendapat jumhur, tetapi yang dikhawatirkan adalah bahwa siapa yang makan dan minumnya berasal dari sesuatu yang haram bisa menjadi penyebab tidak diterimanya ibadah puasa, doa, dan shalatnya sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam 1015 Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orangorang mukmin seperti yang diperintahkanNya kepada para Rasul. FirmanNya Wahai para Rasul Makanlah makanan yang baikbaik halal dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan Allah juga berfirman Wahai orangorang yang beriman Makanlah rezeki yang baikbaik yang telah kami rezekikan kepadamu. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam menceritakan tentang seroang lakilaki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku. Ibnu Rajab rahimahullah berkata dari Hadits ini ada isyarat yang menunjukkan bahwa suatu amalan tidak akan diterima dan dianggap suci kecuali dengan makanan halal, dan bahwa memakan haram dapat merusak amal shaleh dan menghalangi diterimanya amal tersebut, karena setelah pernyataan Allah tidak menerima apa pun kecuali yang baik beliau melanjutkan Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orangorang mukmin seperti yang diperintahkanNya kepada para Rasul. Sudah ada beberapa nash yang memberikan peringatan keras untuk menghindari makanan haram, seperti sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam 4519 Setiap daging yang tumbuh dari yang haram maka Neraka lebih pantas baginya. Hadits riwayat AthThabrani dari Abu Bakar digolongkan shahih oleh alAlbaani dalam Shahih alJaami 4519. Maka segeralah bertaubat, dan segera tinggalkanlah pekerjaan tersebut, dan ketahuilah bahwa masih banyak pintupintu rizki, dan barang siapa yang kehilangan sesuatu niscaya Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik.
Hukum Makan Makanan Sisa Orang Lain Dalam Islam
https://dalamislam.com/makanan-dan-minuman/hukum-makan-makanan-sisa-orang-lain-dalam-islam
Pada kesempatan yang lalu, kita telah mengulas secara singkat tentang beberapa , salah satunya adalah disunnahkan menghabiskan sisa makanan yang ada pada piring atau nampan tempat makan.Menghabiskan sisa makanan sejatinya memiliki filosofi tersendiri yakni menghargai nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Islam melarang umatnya membuang-buang rezeki yang diperoleh.Dan karenanya, sebagai umat Islam kita harus menghargai setiap tetes air dan setiap biji makanan yang ada dengan cara tidak menyia-nyiakan makanan atau minuman tersebut serta menggunakannya untuk tujuan yang positif. Penghargaan yang kita berikan kepada makanan atau minuman sejatinya merupakan bentuk rasa syukur kita terhadap nikmat Allah.Karena itu dalam salah satu riwayat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menjilati sisa makanan yang menempel di jari-jari tangannya. Dari Jabir bin ‘Abdillah ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Janganlah dia sapu tangannya dengan serbet sebelum dia jilati jarinya. Karena dia tidak tahu makanan mana yang membawa berkah.” (HR. Muslim)Asy Syaukani rahimahullah mengatakan,“Menjilati jari (seusai makan) adalah sesuatu yang disyari’atkan (dianjurkan). Alasannya, sebagaimana yang disebutkan di akhir hadits, yaitu karena orang yang makan tidak mengetahui di manakah barokah yang ada pada makanannya. Makanan yang disajikan pada orang yang makan benar-benar ada barokahnya. Namun tidak diketahui apakah barokahnya ada pada makanan yang dimakan atau pada makanan yang tersisa pada jari atau pada mangkoknya atau pada suapan yang terjatuh. Oleh karena itu, sudah sepatutnya seseorang memperhatikan ajaran ini agar ketika makan pun bisa meraih barokah. Pengertian barokah pada asalnya adalah bertambahnya dan tetapnya kebaikan serta mendapatkan kesenangan dengannya.” Sementara itu, Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan bahwa dibolehkan mengusap tangan dengan serbet, namun yang sesuai sunnah (ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) yaitu dilakukan setelah menjilat jari.Beberapa dalil di atas merujuk pada adab memakan makanan yang kita ambil. Bagimanakah jika kita memakan makanan sisa dari orang lain?Mungkin kita semua pernah mendengar hadits yang menyatakan bahwa sisa makanan orang mukmin itu adalah obat. Dari beberapa sumber menyebutkan bahwa teks hadits tersebut sebenarnya menyatakan “Sisa makanan orang mukmin itu menyembuhkan.” Para ulama berpendapat bahwa kualitas hadits tersebut adalah palsu.Adapun hadits lain yang serupa dengan hadits di atas adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Daruquthni dengan sanad : Said bin Misykan – Ahmad bin Rauf – Suaid bin Nasr – Nuh bin Abu Maryam – Ibnu Juraij – Ata – Ibnu Abbas – Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Hadits ini menuturkan,“Di antara sikap yang santun adalah seseorang minum sisa minuman saudaranya. Dan siapa yang minum sisa sudaranya dengan mengharapkan wajah Allah, maka akan ditinggikan baginya tujuh puluh tingkatan, tujuh puluh kesalahannya akan dihapuskan, dan akan dicatat baginya tujuh puluh kebajikan.” (Ibn al-Jauzi, Jalal al-Din al-Suyuti,  Ibn Araq al-Kannani, al-Syaukani).Yang menjadi masalah adalah pada sanad tersebut terdapat rawi yang bernama Nuh bin Abu Maryam yang dikenal sebagai pendusta (Ibn al-Jauzi, Ibn Araq al-Kannani).Karena itulah, hadits tersebut juga merupakan hadits palsu. Para ulama berpendapat bahwa hadits di atas memiliki substansi yang berbeda karena tidak berbicara tentang obat. Hadits tersebut hanya berbicara tentang sisa minuman dan kesantunan. Jadi, tidak ada kaitannya dengan hadits pertama.Dari penjelasan para ulama tersebut yang dikutip dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa Islam tidak mengatur makan makanan sisa orang lain.Adapun hadits yang kerap didengar di kalangan umat muslim sejatinya merupakan hadits palsu sehingga tidak bisa dipertanggungjawabkan kesahihannya.Demikianlah ulasan singkat tentang hukum makan makanan sisa orang lain. Artikel lain yang dapat dibaca di antaranya adalah , , , , , , , dan . Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Pada kesempatan yang lalu, kita telah mengulas secara singkat tentang beberapa , salah satunya adalah disunnahkan menghabiskan sisa makanan yang ada pada piring atau nampan tempat makan. Menghabiskan sisa makanan sejatinya memiliki filosofi tersendiri yakni menghargai nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Karena itu dalam salah satu riwayat Nabi shallallahu alaihi wasallam selalu menjilati sisa makanan yang menempel di jarijari tangannya. Dari Jabir bin Abdillah ia berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,Janganlah dia sapu tangannya dengan serbet sebelum dia jilati jarinya. Alasannya, sebagaimana yang disebutkan di akhir hadits, yaitu karena orang yang makan tidak mengetahui di manakah barokah yang ada pada makanannya. Pengertian barokah pada asalnya adalah bertambahnya dan tetapnya kebaikan serta mendapatkan kesenangan dengannya. Dari beberapa sumber menyebutkan bahwa teks hadits tersebut sebenarnya menyatakan Sisa makanan orang mukmin itu menyembuhkan. Adapun hadits lain yang serupa dengan hadits di atas adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam alDaruquthni dengan sanad Said bin Misykan Ahmad bin Rauf Suaid bin Nasr Nuh bin Abu Maryam Ibnu Juraij Ata Ibnu Abbas Nabi shallallahu alaihi wasallam. Hadits ini menuturkan,Di antara sikap yang santun adalah seseorang minum sisa minuman saudaranya. Dan siapa yang minum sisa sudaranya dengan mengharapkan wajah Allah, maka akan ditinggikan baginya tujuh puluh tingkatan, tujuh puluh kesalahannya akan dihapuskan, dan akan dicatat baginya tujuh puluh kebajikan. Ibn alJauzi, Jalal alDin alSuyuti, Ibn Araq alKannani, alSyaukani. Karena itulah, hadits tersebut juga merupakan hadits palsu. Dari penjelasan para ulama tersebut yang dikutip dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa Islam tidak mengatur makan makanan sisa orang lain. Adapun hadits yang kerap didengar di kalangan umat muslim sejatinya merupakan hadits palsu sehingga tidak bisa dipertanggungjawabkan kesahihannya. Artikel lain yang dapat dibaca di antaranya adalah , , , , , , , dan .
Menafkahkan rezeki tidak boleh disertai celaan
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Menafkahkan-rizki-tidak-boleh-disertai-celaan
QS.Surat Al-Baqarah[2]:262 () 262. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
QS.Surat AlBaqarah2262 262. Orangorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebutnyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti perasaan si penerima, mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
Doa Berbuka Puasa
https://islami.co/doa-berbuka-puasa/
Niat Buka Puasa Allahummalakasumtu wabika aamantu waalarizqika afthortu birohmatikaya ar-hamarrahimin Artinya: Ya Allah Dzat yang Maha Pemurah dari segalanya, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rizki dan kasih sayang-Mu aku berbuka,
Niat Buka Puasa Allahummalakasumtu wabika aamantu waalarizqika afthortu birohmatikaya arhamarrahimin Artinya Ya Allah Dzat yang Maha Pemurah dari segalanya, untukMu aku berpuasa dan dengan rizki dan kasih sayangMu aku berbuka,
4 Tips Meraih Kebahagiaan Dalam Islam
https://www.eramuslim.com/hikmah/4-tips-meraih-kebahagiaan-dalam-islam/
Eramuslim – KEHIDUPAN manusia tak akan luput dari masalah, tetapi bukan berarti hal itu dibiarkan membuat sedih terus-menerus. Anda layak untuk menemukan kebahagiaan dalam kehidupan. Sebagai seorang muslim, ada baiknya kita selalu berfikir positif untuk meraih kebahagiaan. Dilansir dari laman Aboutislam pada Selasa (10/3/2020), berikut 4 tips atau cara lain untuk menemukan meraih dalam kehidupan. Ingat Bakat yang Dianugerahkan Allah SWT Seringkali manusia tenggelam dalam masalah dan kesulitan hingga mereka tak lagi dapat merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Tenggelam dalam kesedihan tentunya tidak baik karena kita jadi tidak bisa melihat bahwa Allah telah memberikan atau menganugerahkan kemampuan dan kelebihan tertentu untuk setiap hambanya. Dengan berfikir positif, Anda jadi bisa menemukan bakat Anda sesungguhnya. Entah pandai menulis, berbicara, menggambar, atau apapun itu, kembangkan dan bersyukurlah. Bahagia dengan Membantu Orang Lain Tak peduli seberapa hancurnya perasaan, manusia harus selalu mengingat bahwa mereka telah diberi anugerah yang luar biasa. Allah telah menanamkan iman di setiap hati manusia. Dia-lah pemberi cahaya dalam hati. Maka dari itu, buatlah hati Anda cerah dan bersinar. Karunia iman dapat memberikan kita tekad besar untuk membantu dan berkontribusi pada komunitas Muslim. Membantu orang lain dan berkontribusi pada masyarakat dengan cara apa pun juga merupakan obat yang baik untuk semua ketakutan atau kesedihan yang mungkin kita miliki. Dapatkan sukacita dan kebahagiaan dengan menyebarkan kebaikan. Berdoa, Mengadu ke Allah SWT Setiap kali merasa stres, sedih, dan tertekan atau takut akan masa depan, Anda harus pergi menemui Allah. Temui Dia dalam doa-doa, dalam permohonan yang disampaikan secara khusyuk. Bicaralah dengan-Nya, ceritakan kepada-Nya tentang masalah Anda, tuangkanlah hati Anda kepada-Nya. Allah sedang menunggu Anda untuk melakukannya. Dia adalah Maha Mendengar, Pendengar Terbaik yang bisa umat Islam miliki. Setiap Muslim dapat menceritakan segalanya kepada-Nya tanpa perasaan tidak nyaman yang kadang-kadang kita miliki ketika berhadapan dengan orang lain, karena kita khawatir akan membebani mereka. Pahami Allah Menginginkan yang Terbaik untuk Hambanya Begitu menemukan sukacita dan kebahagiaan dalam iman terhadap Islam, kehidupan di dunia ini akan menjadi lebih mudah. Masalah apa pun tampaknya tidak akan terlalu menjadi masalah lagi. Perasaan seperti cemas atau takut terhadap apa yang akan terjadi di masa depan akan menjadi kurang. Anda akan tahu bahwa Allah hanya menginginkan yang terbaik untuk para hamba-Nya, dan Dia juga akan memberi yang terbaik. Mintalah Allah untuk mengubah Anda ke arah yang terbaik. (Okz)
Eramuslim KEHIDUPAN manusia tak akan luput dari masalah, tetapi bukan berarti hal itu dibiarkan membuat sedih terusmenerus. Anda layak untuk menemukan kebahagiaan dalam kehidupan. Sebagai seorang muslim, ada baiknya kita selalu berfikir positif untuk meraih kebahagiaan. Dilansir dari laman Aboutislam pada Selasa 1032020, berikut 4 tips atau cara lain untuk menemukan meraih dalam kehidupan. Ingat Bakat yang Dianugerahkan Allah SWT Seringkali manusia tenggelam dalam masalah dan kesulitan hingga mereka tak lagi dapat merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Tenggelam dalam kesedihan tentunya tidak baik karena kita jadi tidak bisa melihat bahwa Allah telah memberikan atau menganugerahkan kemampuan dan kelebihan tertentu untuk setiap hambanya. Dengan berfikir positif, Anda jadi bisa menemukan bakat Anda sesungguhnya. Entah pandai menulis, berbicara, menggambar, atau apapun itu, kembangkan dan bersyukurlah. Bahagia dengan Membantu Orang Lain Tak peduli seberapa hancurnya perasaan, manusia harus selalu mengingat bahwa mereka telah diberi anugerah yang luar biasa. Allah telah menanamkan iman di setiap hati manusia. Dialah pemberi cahaya dalam hati. Maka dari itu, buatlah hati Anda cerah dan bersinar. Karunia iman dapat memberikan kita tekad besar untuk membantu dan berkontribusi pada komunitas Muslim. Membantu orang lain dan berkontribusi pada masyarakat dengan cara apa pun juga merupakan obat yang baik untuk semua ketakutan atau kesedihan yang mungkin kita miliki. Dapatkan sukacita dan kebahagiaan dengan menyebarkan kebaikan. Berdoa, Mengadu ke Allah SWT Setiap kali merasa stres, sedih, dan tertekan atau takut akan masa depan, Anda harus pergi menemui Allah. Temui Dia dalam doadoa, dalam permohonan yang disampaikan secara khusyuk. Bicaralah denganNya, ceritakan kepadaNya tentang masalah Anda, tuangkanlah hati Anda kepadaNya. Allah sedang menunggu Anda untuk melakukannya. Dia adalah Maha Mendengar, Pendengar Terbaik yang bisa umat Islam miliki. Setiap Muslim dapat menceritakan segalanya kepadaNya tanpa perasaan tidak nyaman yang kadangkadang kita miliki ketika berhadapan dengan orang lain, karena kita khawatir akan membebani mereka. Pahami Allah Menginginkan yang Terbaik untuk Hambanya Begitu menemukan sukacita dan kebahagiaan dalam iman terhadap Islam, kehidupan di dunia ini akan menjadi lebih mudah. Masalah apa pun tampaknya tidak akan terlalu menjadi masalah lagi. Perasaan seperti cemas atau takut terhadap apa yang akan terjadi di masa depan akan menjadi kurang. Anda akan tahu bahwa Allah hanya menginginkan yang terbaik untuk para hambaNya, dan Dia juga akan memberi yang terbaik. Mintalah Allah untuk mengubah Anda ke arah yang terbaik. Okz
Bolehkah Mencium Mata Istri?
https://konsultasisyariah.com/3733-bolehkah-mencium-mata-istri.html
Pertanyaan: Bagaimana hukum mencium mata istri? Jawaban: Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang apa yang boleh dilakukan oleh seorang suami ketika isterinya sedang , beliau menjawab, “Lakukanlah segala sesuatu kecuali hubungan badan” [HR Muslim dari Anas]. Sehingga boleh saja bagi seorang suami ketika isterinya ataupun tidak untuk mencium mata, pipi atau lainnya. Dijawab oleh Ustadz Aris Munandar Artikel
Pertanyaan Bagaimana hukum mencium mata istri Jawaban Ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam ditanya tentang apa yang boleh dilakukan oleh seorang suami ketika isterinya sedang , beliau menjawab, Lakukanlah segala sesuatu kecuali hubungan badan HR Muslim dari Anas. Sehingga boleh saja bagi seorang suami ketika isterinya ataupun tidak untuk mencium mata, pipi atau lainnya. Dijawab oleh Ustadz Aris Munandar Artikel
Bolehkah Melaksanakan Shalat Dhuha di Saat Jam Kerja Kantor?
https://rumaysho.com/1018-bolehkah-melaksanakan-shalat-dhuha-di-saat-jam-kerja-kantor.html
Tanya:Apakah boleh melaksanakan shalat Dhuha di saat jam kerja kantor, khususnya jika di tempat shalat kepenuhan oleh jamaah sehingga shalat tersebut mesti dilaksanakan di jam kerja resmi? Jawab:Perlu diketahui bahwa hukum asal shalat sunnah adalah di rumah. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Sebaik-baik shalat seseorang adalah di rumahnya kecuali shalat wajib. (HR. Bukhari dan Muslim)Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jadikanlah shalat-shalat kalian di rumah kalian dan janganlah jadikan rumah tersebut seperti kuburan. (HR. Bukhari dan Muslim)Tidak selayaknya bagi seorang pegawai melalaikan pekerjaan dari atasan yang hukumnya lebih wajib dari sekedar melaksanakan shalat sunnah. Shalat Dhuha sudah diketahui adalah shalat sunnah. Oleh karenanya, hendaklah seorang pegawai tidak meninggalkan pekerjaan yang jelas lebih wajib dengan alasan ingin melaksanakan amalan sunnah. Jika memungkinkan, pegawai tersebut bisa melaksanakan shalat Dhuha di rumahnya sebelum ia berangkat kerja, yaitu setelah matahari setinggi tombak. Waktunya kira-kira 15 menit setelah matahari terbit.Silakan baca panduan shalat Dhuha selengkapnya di sini. Muhammad Abduh TuasikalArtikel www.rumaysho.com
TanyaApakah boleh melaksanakan shalat Dhuha di saat jam kerja kantor, khususnya jika di tempat shalat kepenuhan oleh jamaah sehingga shalat tersebut mesti dilaksanakan di jam kerja resmi JawabPerlu diketahui bahwa hukum asal shalat sunnah adalah di rumah. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Sebaikbaik shalat seseorang adalah di rumahnya kecuali shalat wajib. HR. Bukhari dan MuslimNabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jadikanlah shalatshalat kalian di rumah kalian dan janganlah jadikan rumah tersebut seperti kuburan. HR. Bukhari dan MuslimTidak selayaknya bagi seorang pegawai melalaikan pekerjaan dari atasan yang hukumnya lebih wajib dari sekedar melaksanakan shalat sunnah. Shalat Dhuha sudah diketahui adalah shalat sunnah. Oleh karenanya, hendaklah seorang pegawai tidak meninggalkan pekerjaan yang jelas lebih wajib dengan alasan ingin melaksanakan amalan sunnah. Jika memungkinkan, pegawai tersebut bisa melaksanakan shalat Dhuha di rumahnya sebelum ia berangkat kerja, yaitu setelah matahari setinggi tombak. Waktunya kirakira 15 menit setelah matahari terbit.Silakan baca panduan shalat Dhuha selengkapnya di sini. Muhammad Abduh TuasikalArtikel www.rumaysho.com
Tawakal, Urgensi dan Keutamaannya (Bagian 3)
https://bersamadakwah.net/tawakal-urgensi-dan-keutamaannya-bagian-3/
Berdoa (masjiddarussalam) Lanjutan dari Tawakal, Urgensi dan Keutamaannya (Bagian 2) Oleh karena itu, orang-orang yang bertawakal selalu bermunajat kepada Rabb-nya pada tiap kali shalat dengan mengatakan, “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” Terkadang sebagian orang mengira bahwa tawakal itu adalah tidak berusaha dan berencana. Ia menyangka bahwa rezeki itu ibarat daun kering yang jatuh dari ranting pohon. Ini adalah persangkaan orang-orang yang bodoh dan dugaan seperti inilah yang diharamkan dalam agama. Tidak diragukan lagi, bahwa tidak berusaha bukanlah bentuk dari tawakal, akan tetapi itu adalah suatu bentuk kemalasan dan tidak mau bekerja keras. Jika orang-orang itu ditanya kenapa ia berbuat demikian? Ia akan menjawab, “Saya bertawakal kepada Allah.” Sementara itu, Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, “Ketahuilah bahwa tawakal tidak bertentangan dengan upaya manusia dalam mencari sebab-sebab yang dengannya Allah telah menetapkan takdir segala sesuatu dan menjadikannya sebagai bentuk dari sunnatullah pada makhluk. Allah memerintahkan untuk mencari sebab di samping memerintahkan manusia untuk bertawakal. Mencari sebab itu adalah dengan cara berusaha dengan tujuan menaati Allah Ta’ala. Sedangkan tawakal adalah dengan hati serta mengimani-Nya. Dalam hal berusaha, Allah Ta’ala memerintahkan, “Wahai orang-orang yang beriman! Bersiap siagalah kamu.” (QS. An-Nisa`: 71). Allah Ta’ala berfirman, “Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda.” (QS. Al-Anfal: 60). Allah Ta’ala berfirman, “Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah.” (QS. Al-Jumu’ah: 10). Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, ia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, “Apakah saya harus mengikat unta kemudian bertawakal atau saya lepaskan saja lalu bertawakal kepada Allah?” Beliau menjawab, “Ikatlah (untamu itu) kemudian bertawakallah (kepada Allah)!” (HR. Al-Bukhari dan At-Tirmidzi). [Abu Syafiq/BersamaDakwah] Berlanjut ke Tawakal, Urgensi dan Keutamaannya (Bagian 4)
Berdoa masjiddarussalam Lanjutan dari Tawakal, Urgensi dan Keutamaannya Bagian 2 Oleh karena itu, orangorang yang bertawakal selalu bermunajat kepada Rabbnya pada tiap kali shalat dengan mengatakan, Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Terkadang sebagian orang mengira bahwa tawakal itu adalah tidak berusaha dan berencana. Ia menyangka bahwa rezeki itu ibarat daun kering yang jatuh dari ranting pohon. Ini adalah persangkaan orangorang yang bodoh dan dugaan seperti inilah yang diharamkan dalam agama. Tidak diragukan lagi, bahwa tidak berusaha bukanlah bentuk dari tawakal, akan tetapi itu adalah suatu bentuk kemalasan dan tidak mau bekerja keras. Jika orangorang itu ditanya kenapa ia berbuat demikian Ia akan menjawab, Saya bertawakal kepada Allah. Sementara itu, Ibnu Rajab AlHanbali berkata, Ketahuilah bahwa tawakal tidak bertentangan dengan upaya manusia dalam mencari sebabsebab yang dengannya Allah telah menetapkan takdir segala sesuatu dan menjadikannya sebagai bentuk dari sunnatullah pada makhluk. Allah memerintahkan untuk mencari sebab di samping memerintahkan manusia untuk bertawakal. Mencari sebab itu adalah dengan cara berusaha dengan tujuan menaati Allah Taala. Sedangkan tawakal adalah dengan hati serta mengimaniNya. Dalam hal berusaha, Allah Taala memerintahkan, Wahai orangorang yang beriman Bersiap siagalah kamu. QS. AnNisa 71. Allah Taala berfirman, Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda. QS. AlAnfal 60. Allah Taala berfirman, Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi carilah karunia Allah. QS. AlJumuah 10. Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, Apakah saya harus mengikat unta kemudian bertawakal atau saya lepaskan saja lalu bertawakal kepada Allah Beliau menjawab, Ikatlah untamu itu kemudian bertawakallah kepada Allah HR. AlBukhari dan AtTirmidzi. Abu SyafiqBersamaDakwah Berlanjut ke Tawakal, Urgensi dan Keutamaannya Bagian 4
Manfaat Adanya Pertanyaan Kubur
https://www.laduni.id/post/read/58432/manfaat-adanya-pertanyaan-kubur.html
PERTANYAAN : Assalamu'alaikum Wr. Wb. Mengapa orang-orang beriman akan diuji dalam kubur, kecuali para Syuhada ? JAWABAN : Wa'alaikum salam Wr. Wb. Hikmah adanya pertanyaan kubur adalah Allah menampakkan apa yang selama di dunia disembunyikan oleh si hamba, baik keimanan, kekufuran, ketaatan maupun kemakshiyatan. Wallohu a'lam. - Tanwirul Qulub hal. 58 : : . Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
PERTANYAAN Assalamualaikum Wr. Wb. Mengapa orangorang beriman akan diuji dalam kubur, kecuali para Syuhada JAWABAN Waalaikum salam Wr. Wb. Hikmah adanya pertanyaan kubur adalah Allah menampakkan apa yang selama di dunia disembunyikan oleh si hamba, baik keimanan, kekufuran, ketaatan maupun kemakshiyatan. Wallohu alam. Tanwirul Qulub hal. 58 . Sumber Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
Kisah Keteladanan Khauf Para Nabi, Sahabat dan Ulama
https://www.eramuslim.com/hikmah/kisah-keteladanan-khauf-para-nabi-sahabat-dan-ulama/
Eramuslim.com – Seorang mukmin harus memiliki khauf dan raja’ dalam hatinya. Para Nabi, sahabat dan para ulama telah menunjukkan keteladanan luar biasa, bagaimana menerapkan khauf dan raja’ dalam kehidupan. Berikut ini kisah-kisah keteladanan khauf dari sebagian Nabi, Sahabat dan Ulama. 1. Kisah dan Contoh Khauf Para Nabi Setelah dikeluarkan dari surga karena kesalahannya, Nabi Adam ‘alaihis salam tidak berani menengadahkan muka ke langit. Ketika Allah menegur Nabi Nuh ‘alaihis salam tentang anaknya (Surat Hud ayat 6), beliau menangis selama 300 tahun hingga di bawah kedua matanya ada semacam anak sungai akibat tangis tersebut. Ketika Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menunaikan shalat malam, dari dadanya terdengar suara yang menggelegak karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian pula Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika beliau shalat malam, dari dalam diri beliau terdengar suara berdetak seperti detakan jalan kaki karena menangis. Meskipun telah mendapatkan jaminan pengampunan dosa baik yang telah lalu maupun yang akan datang, Rasulullah mengerjakan shalat tahajud hingga kaki beliau bengkak. 2. Kisah dan Contoh Khauf Para Sahabat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu sangat mudah menangis. Ketika membaca Al Qur’an, ia tak kuasa membendung air mata. Demikian pula saat bermunajat kepada-Nya. Karenanya Aisyah radhiyallahu ‘anha sempat tak setuju ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunjuk Abu Bakar sebagai imam sewaktu beliau sakit. Di wajah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu terlihat dua garis hitam karena banyak menangis. Ia pernah membaca sebuah ayat, lalu ia tersungkur dan jatuh sakit beberapa hari. “Andaikan saja aku menjadi tanah seperti ini,” kata Umar sambil menangis. Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu sering menangis saat melewati pemakaman. Bahkan beliau pernah gemetar lalu pingsan. Ketika sudah sadarkan diri, orang-orang bertanya, “Mengapa engkau sampai pingsan?” Utsman menjawab, “Aku membayangkan betapa ngerinya alam barzakh. Kalau di akhirat banyak temannya, di alam barzakh orang-orang menghadapi siksa kubur sendirian.” Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu sering menangis hingga aliran air mata berbekas di kedua pipinya laksana tali sandal yang basah. 3. Kisah dan Contoh Khauf Para Ulama Setiap kali hendak wudhu, wajah Ali Zainal Abidin pucat. Ketika seseorang bertanya, “Ada apa dengan dirimu?” Putra Husein bin Ali itu menjawab, “Tahukah kalian kepada siapa aku akan menghadap saat shalat?” Setibanya di rumah usai mengurusi pemerintahan, Umar bin Abdul Aziz pasti menangis. Ia sering menangis di malam hari hingga air mata membasahi jenggotnya. Pernah sepanjang malam ia menangis hingga keluarganya pun ikut menangis. Muhammad bin Waqi’ pernah menangis sepanjang malam karena takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Abdullah bin Mubarak pernah mengatakan kepada dirinya sendiri, “Kau berbicara seperti perkataan para ahli zuhud tetapi beramal seperti amalnya orang-orang munafik. Sementara engkau ingin masuk surga!” Imam Syafi’i membagi malamnya menjadi tiga bagian. Sepertiga untuk menulis, sepertiga untuk shalat malam (sholat tahajud) dan sepertiga untuk tidur. Al Karabisi mengatakan, “Aku bermalam bersama Asy-Syafi’i selama 80 malam. Ia shalat malam sekitar sepertiga malam. Tiap rakaatnya ia membaca puluhan hingga 100 ayat. Setiap kali membaca ayat rahmat, ia selalu memohon rahmat kepada Allah untuk dirinya dan kaum muslimin. Dan setiap kali membaca ayat adzab, ia selalu memohon perlindungan Allah untuk dirinya dan kaum muslimin. Khauf dan raja’ secara keseluruhan seakan disatukan untuknya.” Demikian kisah-kisah keteladanan khauf dari sebagian Nabi, Sahabat dan Ulama. Semoga menginspirasi kita untuk memiliki khauf dan raja’ dalam jiwa. Pembahasan lengkap mulai dari pengertian, keutamaan, hingga cara menumbuhkan dan menguatkan bisa dibaca di artikel Khauf dan Raja. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Kisahikmah]
Eramuslim.com Seorang mukmin harus memiliki khauf dan raja dalam hatinya. Berikut ini kisahkisah keteladanan khauf dari sebagian Nabi, Sahabat dan Ulama. Kisah dan Contoh Khauf Para Nabi Setelah dikeluarkan dari surga karena kesalahannya, Nabi Adam alaihis salam tidak berani menengadahkan muka ke langit. Demikian pula Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Ketika beliau shalat malam, dari dalam diri beliau terdengar suara berdetak seperti detakan jalan kaki karena menangis. Meskipun telah mendapatkan jaminan pengampunan dosa baik yang telah lalu maupun yang akan datang, Rasulullah mengerjakan shalat tahajud hingga kaki beliau bengkak. Karenanya Aisyah radhiyallahu anha sempat tak setuju ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menunjuk Abu Bakar sebagai imam sewaktu beliau sakit. Di wajah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu terlihat dua garis hitam karena banyak menangis. Ia pernah membaca sebuah ayat, lalu ia tersungkur dan jatuh sakit beberapa hari. Ketika sudah sadarkan diri, orangorang bertanya, Mengapa engkau sampai pingsan Utsman menjawab, Aku membayangkan betapa ngerinya alam barzakh. Kisah dan Contoh Khauf Para Ulama Setiap kali hendak wudhu, wajah Ali Zainal Abidin pucat. Ketika seseorang bertanya, Ada apa dengan dirimu Putra Husein bin Ali itu menjawab, Tahukah kalian kepada siapa aku akan menghadap saat shalat Setibanya di rumah usai mengurusi pemerintahan, Umar bin Abdul Aziz pasti menangis. Pernah sepanjang malam ia menangis hingga keluarganya pun ikut menangis. Muhammad bin Waqi pernah menangis sepanjang malam karena takutnya kepada Allah Subhanahu wa Taala. Abdullah bin Mubarak pernah mengatakan kepada dirinya sendiri, Kau berbicara seperti perkataan para ahli zuhud tetapi beramal seperti amalnya orangorang munafik. Sementara engkau ingin masuk surga Imam Syafii membagi malamnya menjadi tiga bagian. Sepertiga untuk menulis, sepertiga untuk shalat malam sholat tahajud dan sepertiga untuk tidur. Al Karabisi mengatakan, Aku bermalam bersama AsySyafii selama 80 malam. Setiap kali membaca ayat rahmat, ia selalu memohon rahmat kepada Allah untuk dirinya dan kaum muslimin. Khauf dan raja secara keseluruhan seakan disatukan untuknya. Semoga menginspirasi kita untuk memiliki khauf dan raja dalam jiwa.
Al-Hadi (Yang Memberi Petunjuk) (Bag. 1)
https://muslim.or.id/35399-al-hadi-yang-memberi-petunjuk-bag-1.html
Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ala Rasulillah, amma badu: Al-Hadi yang berarti : Yang Memberi Petunjuk adalah salah satu nama Allah yang maha indah. Nama Al-Hadi disebutkan dalam Al-Qur`an di dua ayat, yaitu: Pertama: dalam surat Al-Hajj:54, Allah Taala berfirman, Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Qur`an itu haq, dari Tuhan-mu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepada-Nya dan sesungguhnya Allah adalah benar-benar Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. Kedua : dalam surat Al-Furqan:31, Allah Taala berfirman, Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai Pemberi petunjuk dan Penolong. Makna nama Allah Al-Hadi Al-Hadi adalah Yang memberi petunjuk dan hidayah kepada hamba-hamba-Nya agar bahagia di dunia dan akhirat dengan taat kepada-Nya, dan Yang memberi petunjuk seluruh makhluk hidup kepada sesuatu yang bermanfaat baginya dan memberi petunjuk mereka kepada perkara yang menyebabkannya bisa terhindar dari bahaya. Hal ini ditunjukkan dalam firman Allah Taala, yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya) dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk (Q.S. Al-Ala: 2-3). Berkata Ibnu Athiyyah rahimahullah dalam kitab Tafsirnya, : {} Firman Allah Taala : { } umum mencakup seluruh hidayah-hidayah untuk manusia dan hewan. Sebagian Ahli Tafsir mengkhususkan beberapa bentuk hidayah. Ibnu Athiyyah rahimahullah menyebutkan beberapa tafsiran darinya, : : : . Muqatil dan Al-Kalbi mengatakan: Dia memberi petunjuk kepada hewan tentang cara hewan jantan menggauli betina. Ada pula yang menafsirkan: Dia memberi petunjuk kepada bayi setelah kelahirannya bagaimana menghisap puting ibunya. Mujahid menafsirkan: Dia memberi petunjuk kepada kebaikan dan keburukan, serta binatang kepada padang gembalaannya. Lalu Ibnu Athiyyah rahimahullah menyimpulkan: Dan tafsiran-tafsiran tersebut konteksnya adalah sebatas contoh-contoh saja. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menguatkan penilaian Ibnu Athiyyah rahimahullah tersebut, beliau berkata: . Dan tafsiran-tafsiran yang benar tersebut konteksnya, yaitu: (para Ahli Tafsir tersebut) sedang menyebutkan contoh-contohnya saja, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Athiyyah. Demikianlah, banyak dari tafsiran Salaf yang menyebutkan contoh-contoh untuk suatu macam perkara dalam rangka mengingatkan adanya contoh lainnya dari tafsiran tersebut, atau karena adanya kebutuhan pendengar untuk mengetahui tafsiran tersebut, atau karena tafsiran tersebutlah yang diketahui oleh seorang Ahli Tafsir. [Bersambung] Al-Hadi (Yang Memberi Petunjuk) bag. 2 Baca juga: Penulis: Said Abu Ukkasyah Artikel: Muslim.or.id
Bismillah walhamdulillah wash shalatu was salamu ala Rasulillah, amma badu AlHadi yang berarti Yang Memberi Petunjuk adalah salah satu nama Allah yang maha indah. Nama AlHadi disebutkan dalam AlQuran di dua ayat, yaitu Pertama dalam surat AlHajj54, Allah Taala berfirman, Dan agar orangorang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya AlQuran itu haq, dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadaNya dan sesungguhnya Allah adalah benarbenar Pemberi petunjuk bagi orangorang yang beriman kepada jalan yang lurus. Kedua dalam surat AlFurqan31, Allah Taala berfirman, Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiaptiap nabi, musuh dari orangorang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai Pemberi petunjuk dan Penolong. Makna nama Allah AlHadi AlHadi adalah Yang memberi petunjuk dan hidayah kepada hambahambaNya agar bahagia di dunia dan akhirat dengan taat kepadaNya, dan Yang memberi petunjuk seluruh makhluk hidup kepada sesuatu yang bermanfaat baginya dan memberi petunjuk mereka kepada perkara yang menyebabkannya bisa terhindar dari bahaya. Hal ini ditunjukkan dalam firman Allah Taala, yang menciptakan, dan menyempurnakan penciptaanNya dan yang menentukan kadar masingmasing dan memberi petunjuk Q.S. AlAla 23. Berkata Ibnu Athiyyah rahimahullah dalam kitab Tafsirnya, Firman Allah Taala umum mencakup seluruh hidayahhidayah untuk manusia dan hewan. Sebagian Ahli Tafsir mengkhususkan beberapa bentuk hidayah. Ibnu Athiyyah rahimahullah menyebutkan beberapa tafsiran darinya, . Muqatil dan AlKalbi mengatakan Dia memberi petunjuk kepada hewan tentang cara hewan jantan menggauli betina. Ada pula yang menafsirkan Dia memberi petunjuk kepada bayi setelah kelahirannya bagaimana menghisap puting ibunya. Mujahid menafsirkan Dia memberi petunjuk kepada kebaikan dan keburukan, serta binatang kepada padang gembalaannya. Lalu Ibnu Athiyyah rahimahullah menyimpulkan Dan tafsirantafsiran tersebut konteksnya adalah sebatas contohcontoh saja. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menguatkan penilaian Ibnu Athiyyah rahimahullah tersebut, beliau berkata . Dan tafsirantafsiran yang benar tersebut konteksnya, yaitu para Ahli Tafsir tersebut sedang menyebutkan contohcontohnya saja, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Athiyyah. Demikianlah, banyak dari tafsiran Salaf yang menyebutkan contohcontoh untuk suatu macam perkara dalam rangka mengingatkan adanya contoh lainnya dari tafsiran tersebut, atau karena adanya kebutuhan pendengar untuk mengetahui tafsiran tersebut, atau karena tafsiran tersebutlah yang diketahui oleh seorang Ahli Tafsir. Bersambung AlHadi Yang Memberi Petunjuk bag. 2 Baca juga Penulis Said Abu Ukkasyah Artikel Muslim.or.id
Hukum Makan Berlebihan dalam Islam
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-makan-berlebihan
Salah satu di antara adalah adab makan. Menurut adab makan, kita sangat tidak dianjurkan untuk makan secara berlebihan, baik dalam jumlah maupun variasinya.Dalam Islam, makan berlebihan tidaklah dibenarkan. Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman dalam surat ayat 31 sebagai berikut.“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”QS. Al A’raaf : 31Menurut Tafsir Al Qur’an Al Karim Hidayatul Insan, yang dimaksud dengan makan dan minum berlebihan adalah melebihi apa yang dibutuhkan oleh tubuh karena dapat membahayakan tubuh. Terkait dengan hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan beberapa tuntunan agar kita terhindar dari berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh makan berlebihan sebagaimana hadits berikut.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Tidaklah seorang anak Adam mengisi sesuatu yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah bagi anak Adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya, dan jika dia harus mengerjakannya maka hendaklah dia membagi sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya.”HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan dishahihkan oleh Albani dalam kitab Silsilatus Shahihhah no. 2265Menurut Majid bin Su’ud al-‘Usyan, hadits di atas menunjukkan makan berlebihan yang mendatangkan bahaya bagi kesehatan tubuh hukumnya adalah makruh.Berbagai penyakit yang diakibatkan oleh makan berlebih di antaranya adalah obesitas, diabetes, asam urat, kolesterol, dan lain sebagainya.Karena itulah, sebagai umat Islam, kita sangat tidak dianjurkan makan secara berlebihan sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini.“Orang-orang mu’min makan dengan satu usus dan orang kafir makan dengan tujuh usus.”HR. Bukhari MuslimMaksudnya adalah kita dianjurkan untuk makan secukupnya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jika makan secara berlebihan, metabolisme tubuh akan terganggu hingga timbul berbagai macam penyakit.Dari ulasan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa hukum makan berlebihan dalam Islam adalah makruh. Jadi, lebih baik makan secukupnya dan menerapkan pola makan sehat agar terhindar dari berbagai macam penyakit.
Salah satu di antara adalah adab makan. Menurut adab makan, kita sangat tidak dianjurkan untuk makan secara berlebihan, baik dalam jumlah maupun variasinya.Dalam Islam, makan berlebihan tidaklah dibenarkan. Allah subhaanahu wa taala berfirman dalam surat ayat 31 sebagai berikut.Wahai anak cucu Adam Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orangorang yang berlebihan.QS. Al Araaf 31Menurut Tafsir Al Quran Al Karim Hidayatul Insan, yang dimaksud dengan makan dan minum berlebihan adalah melebihi apa yang dibutuhkan oleh tubuh karena dapat membahayakan tubuh. Terkait dengan hal ini, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan beberapa tuntunan agar kita terhindar dari berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh makan berlebihan sebagaimana hadits berikut.Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,Tidaklah seorang anak Adam mengisi sesuatu yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah bagi anak Adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya, dan jika dia harus mengerjakannya maka hendaklah dia membagi sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya.HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan dishahihkan oleh Albani dalam kitab Silsilatus Shahihhah no. 2265Menurut Majid bin Suud alUsyan, hadits di atas menunjukkan makan berlebihan yang mendatangkan bahaya bagi kesehatan tubuh hukumnya adalah makruh.Berbagai penyakit yang diakibatkan oleh makan berlebih di antaranya adalah obesitas, diabetes, asam urat, kolesterol, dan lain sebagainya.Karena itulah, sebagai umat Islam, kita sangat tidak dianjurkan makan secara berlebihan sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berikut ini.Orangorang mumin makan dengan satu usus dan orang kafir makan dengan tujuh usus.HR. Bukhari MuslimMaksudnya adalah kita dianjurkan untuk makan secukupnya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jika makan secara berlebihan, metabolisme tubuh akan terganggu hingga timbul berbagai macam penyakit.Dari ulasan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa hukum makan berlebihan dalam Islam adalah makruh. Jadi, lebih baik makan secukupnya dan menerapkan pola makan sehat agar terhindar dari berbagai macam penyakit.
Hari Ini Masuk Malam 1 Rajab 1441, Ini Doa Rajab yang Selalu Dibaca Rasulullah SAW
https://islami.co/malam-1-rajab-1441-ini-doa-rajab-yang-selalu-dibaca-rasulullah-saw/
Bulan Rajab 1441 H tahun 2020 ini bertepatan dengan tanggal 25 Februari. Hal ini disampaikan oleh Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama. doa rajab. Dalam rilisnya, Lajnah Falakiyah NU menyebutkan bahwa keputusan tersebut diambil setelah dilakukan rukyah pada Ahad sore, 23 Februari 2020, namun hilal tidak terlihat. Awal Rajab 1441 H bertepatan dengan hari Selasa Legi (mulai malam Selasa Legi), 25 Februari 2020 atas dasar istikmal, sebab rukyah pada Ahad petang tidak dapat melihat hilal, tulis Lajnah Falakiyah NU dalam rilisnya. Masuknya bulan Rajab berarti semakin dekat dengan bulan Ramadhan. Bahkan Rasulullah SAW sendiri punya doa khusus yang dibaca saat bulan Rajab. Doa tersebut dibaca oleh Rasulullah SAW hingga masuk bulan Ramadhan. Berikut doa yang diucapkan Rasulullah SAW saat bulan Rajab tiba. Allahumma barik lana fi rajaba wa syabana wa balighna Ramadhana. Ya Allah, berkailah umur kami di bulan Rajab dan Syaban, serta sampaikanlah (umur) kami hingga bulan Ramadhan. Di Indonesia, biasanya doa ini dibaca oleh jemaah masjid setelah melaksanakan shalat fardhu.(AN)
Bulan Rajab 1441 H tahun 2020 ini bertepatan dengan tanggal 25 Februari. Hal ini disampaikan oleh Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama. doa rajab. Dalam rilisnya, Lajnah Falakiyah NU menyebutkan bahwa keputusan tersebut diambil setelah dilakukan rukyah pada Ahad sore, 23 Februari 2020, namun hilal tidak terlihat. Awal Rajab 1441 H bertepatan dengan hari Selasa Legi mulai malam Selasa Legi, 25 Februari 2020 atas dasar istikmal, sebab rukyah pada Ahad petang tidak dapat melihat hilal, tulis Lajnah Falakiyah NU dalam rilisnya. Masuknya bulan Rajab berarti semakin dekat dengan bulan Ramadhan. Bahkan Rasulullah SAW sendiri punya doa khusus yang dibaca saat bulan Rajab. Doa tersebut dibaca oleh Rasulullah SAW hingga masuk bulan Ramadhan. Berikut doa yang diucapkan Rasulullah SAW saat bulan Rajab tiba. Allahumma barik lana fi rajaba wa syabana wa balighna Ramadhana. Ya Allah, berkailah umur kami di bulan Rajab dan Syaban, serta sampaikanlah umur kami hingga bulan Ramadhan. Di Indonesia, biasanya doa ini dibaca oleh jemaah masjid setelah melaksanakan shalat fardhu.AN
Lafadz Niat Shalat Sunnah Subuh
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ibadah/lafadz-niat-shalat-sunnah-subuh/
Berikut ini artikel tentang niat sunnah subuh. Di antara kesibukan dan rutinitas sehari-hari, seringkali kita lalai untuk menunaikan amalan sunnah yang istimewa. Salah satunya adalah shalat sunnah dua rakaat sebelum subuh. Amalan yang diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW ini memiliki keutamaan yang luar biasa, bahkan Rasulullah SAW sendiri tidak pernah meninggalkannya. Rasulullah SAW bersabda terkait keutamaan shalat sunnah sebelum Subuh, yang lebih baik dari dunia dan seisinya. Simak keterangan dalam Sabda Rasulullah ini; Artinya; Dua rakaat shalat fajar lebih baik dari dunia seisinya. (HR. Muslim). Hadits ini menunjukkan betapa tingginya nilai dan keutamaan shalat sunnah dua rakaat sebelum subuh dibandingkan dengan kenikmatan dan harta duniawi. Menunaikan shalat sunnah dua rakaat sebelum subuh bukan hanya mendatangkan pahala yang berlimpah, tetapi juga memberikan banyak manfaat bagi pelakunya. Shalat ini dapat membantu seseorang untuk mendapatkan ketenangan hati, meningkatkan fokus dan konsentrasi, serta memperkuat iman dan ketakwaan kepada Allah SWT. Lebih jauh lagi, sebagian ulama menyebutnya sholat sunnah fajar, merujuk pada waktu pelaksanaannya di waktu fajar, sebelum terbitnya matahari. Istilah ini menekankan momen istimewa saat fajar, ketika keheningan menyelimuti dan jiwa tergugah untuk bermunajat kepada Allah SWT. Ulama lain menyebutnya sholat sunnah subuh, mengacu pada sholat fardhu subuh yang mengikutinya. Istilah ini menandakan kesiapan dan kesucian hati sebelum menunaikan sholat subuh, sholat wajib yang menjadi tiang agama. Sementara itu, sholat sunnah barad muncul karena sholat ini biasa dilakukan saat udara masih dingin, menjelang subuh. Istilah ini mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga kesehatan dengan menghangatkan tubuh melalui gerakan sholat di waktu yang tepat. Di sisi lain, sholat sunnah ghadat merujuk pada waktu pelaksanaannya yang sangat pagi, sebelum terbitnya fajar. Istilah ini mengandung makna ketekunan dan semangat tinggi dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, bahkan di saat kebanyakan orang masih terlelap. Keberagaman istilah ini bukan berarti menunjukkan perbedaan makna, melainkan menunjukkan kekayaan khazanah Islam dan pemahaman ulama yang mendalam terhadap makna di balik amalan sholat dua rakaat sebelum subuh. Setiap istilah memiliki pesonanya sendiri, mengajak kita untuk merenungkan makna dan hikmah di balik amalan ini. Niat Shalat Sunnah Subuh Adapun bacaan niat shalat Subuh sebagai berikut; Ushalli sunnatas shubhi rakataini mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi taaala. Artinya; Sengaja aku shalat sunnah Subuh 2 rakaat menghadap kiblat karena Allah taala Niat Sholat Qobliyah Subuh Ushalli sunnatan qabliyyata shubhi atau( Fajri ) rakataini lillahi taala. Artinya: Aku niat shalat sunah sebelum Subuh atau shalat fajar dua rakat karena Allah Taala. Niat shalat fajar Sementara itu bacaan niat shalat fajar adalah sebagai berikut; Ushalli sunnatal fajar rakataini lillaahi taaalaa Artinya, Ya Allah aku niat shalat fajar dua rakaat karena Allah taaalaa.
Berikut ini artikel tentang niat sunnah subuh. Di antara kesibukan dan rutinitas seharihari, seringkali kita lalai untuk menunaikan amalan sunnah yang istimewa. Salah satunya adalah shalat sunnah dua rakaat sebelum subuh. Amalan yang diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW ini memiliki keutamaan yang luar biasa, bahkan Rasulullah SAW sendiri tidak pernah meninggalkannya. Rasulullah SAW bersabda terkait keutamaan shalat sunnah sebelum Subuh, yang lebih baik dari dunia dan seisinya. Shalat ini dapat membantu seseorang untuk mendapatkan ketenangan hati, meningkatkan fokus dan konsentrasi, serta memperkuat iman dan ketakwaan kepada Allah SWT. Lebih jauh lagi, sebagian ulama menyebutnya sholat sunnah fajar, merujuk pada waktu pelaksanaannya di waktu fajar, sebelum terbitnya matahari. Istilah ini menekankan momen istimewa saat fajar, ketika keheningan menyelimuti dan jiwa tergugah untuk bermunajat kepada Allah SWT. Istilah ini menandakan kesiapan dan kesucian hati sebelum menunaikan sholat subuh, sholat wajib yang menjadi tiang agama. Sementara itu, sholat sunnah barad muncul karena sholat ini biasa dilakukan saat udara masih dingin, menjelang subuh. Istilah ini mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga kesehatan dengan menghangatkan tubuh melalui gerakan sholat di waktu yang tepat. Keberagaman istilah ini bukan berarti menunjukkan perbedaan makna, melainkan menunjukkan kekayaan khazanah Islam dan pemahaman ulama yang mendalam terhadap makna di balik amalan sholat dua rakaat sebelum subuh. Setiap istilah memiliki pesonanya sendiri, mengajak kita untuk merenungkan makna dan hikmah di balik amalan ini. Niat Shalat Sunnah Subuh Adapun bacaan niat shalat Subuh sebagai berikut Ushalli sunnatas shubhi rakataini mustaqbilal qiblati adaaan lillaahi taaala. Artinya Aku niat shalat sunah sebelum Subuh atau shalat fajar dua rakat karena Allah Taala.
Aqidah Al-Wala wal Bara, Aqidah Asing yang Dianggap Usang (Bag. 11)
https://muslim.or.id/43707-aqidah-al-wala-wal-bara-aqidah-asing-yang-dianggap-usang-bag-11.html
Daftar Isi Baca pembahasan sebelumnya Aqidah Al-Wala wal Bara, Aqidah Asing yang Dianggap Usang (Bag. 10) Terdapat beberapa bentuk mendokan kebaikan bagi orang kafir, yaitu: Doa semacam ini diperbolehkan, berdasarkan hadits-hadits dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Diriwayatkan dari sahabat Abu Musa radhiyallahu anhu, beliau berkata, : : Dahulu, orang-orang Yahudi biasa berpura-pura bersin di dekat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, karena mereka berharap beliau mengucapkan doa untuk mereka yarhamukallah (semoga Allah merahmati kalian). Maka beliau pun mengucapkan doa, yahdiikumullah wa yushlih baalakum (semoga Allah Taala memberi hidayah kepada kalian, dan memperbaiki keadaan kalian). (HR. Tirmidzi no. 2739, dinilai shahih oleh Syaikh Albani) Juga sebagaimana doa Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada kabilah (suku) Daus agar mereka mendapatkan hidayah. Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau berkata, : : : (Suatu hari), Thufail bin Amr Ad-Dausi dan para sahabatnya mendatangi Nabi shalallahu alaihi wa sallam. Mereka mengatakan, Wahai Rasulullah, kabilah Daus benar-benar telah durhaka dan menolak (masuk Islam), maka doakanlah keburukan untuk mereka! Lalu ada yang mengatakan, Binasalah kabilah Daus! Lalu beliau shalallahu alaihi wa sallam mengatakan, Ya Allah, berikanlah hidayah kepada kabilah Daus, dan datangkanlah mereka (kepadaku). (HR. Bukhari no. 2937 dan Muslim no. 2524) Dalam riwayat Muslim disebutkan dengan lafadz, Wahai Rasulullah, kabilah Daus benar-benar telah kafir dan menolak (masuk Islam). Juga doa Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah satu di antara kedua orang yang paling Engkau cintai, Abu Jahal atau Umar bin Khaththab. Ibnu Umar berkata, Dan ternyata, yang lebih Allah cintai di antara keduanya adalah Umar bin Khaththab. (HR. Tirmidzi no. 3681, dinilai shahih oleh Al-Albani) Baca Juga: Bolehkah Mendoakan Jazakallahu Khairan Kepada Orang Kafir? Doa semacam ini pun diperbolehkan, mengingat doa Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada orang-orang Yahudi yang berpura-pura bersin di sisi beliau shallallahu alaihi wa sallam, (Semoga Allah Taala memberi hidayah kepada kalian, dan memperbaiki keadaan kalian). Juga sebagaimana pembahasan dalam masalah menjawab salam orang kafir ketika mereka jelas dan tegas mengucapkan, Assalaamualaikum, maka kita pun menjawabnya dengan Waalaikumussalaam, menurut pendapat yang kami nilai lebih kuat dalam masalah ini. Oleh karena itu, diperbolehkan bagi kaum muslimin untuk mendoakan orang kafir agar mereka segera sembuh dari penyakit berat yang diderita, agar mereka lulus ujian di sekolah, atau agar selamat di perjalanan. Sebagaimana juga diperbolehkan mengucapkan selamat kepada mereka jika mendapatkan nikmat duniawi seperti mendapatkan momongan (anak), mengucapkan selamat atas kelulusannya (ketika wisuda), atau yang lainnya. Diperbolehkan untuk bersikap lemah lembut terhadap orang kafir, sehingga seorang muslim memanggil non-muslim dengan nama kunyah-nya (karena dalam budaya Arab, memanggil dengan menyebut nama kunyah menunjukkan nilai penghormatan, pen.), menanyakan kabar dirinya dan anak-anaknya, dan juga mengucapkan selamat atas kelahiran anaknya, dan semacamnya … (Tahdziib Tashiil Al-Aqidah Al-Islamiyyah, hal. 213) Contoh lainnya adalah boleh bagi seorang muslim untuk meruqyah orang kafir. Sedangkan hakikat dari ruqyah adalah berdoa kepada Allah Taala untuk meminta kesembuhan. Apa hukum meruqyah orang kafir? Apakah hal itu bertentangan dengan firman Allah Taala (yang artinya), Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Al-Isra [17]: 82)? Beliau rahimahullah menjawab, . . Tidak masalah (boleh) bagi seorang muslim untuk meruqyah orang kafir. Seandainya orang kafir tersebut sembuh, bisa jadi merupakan sebab dia masuk Islam. (Meskipun) ayat tersebut menunjukkan bahwa (bacaan Al-Quran) itu (hanya) bermanfaat bagi orang mukmin, bukan selain mereka. (Tsamaraatu At-Tadwiin min Masail Ibnu Utsaimin, 1: 9) Baca Juga: Menjawab Beberapa Syubhat Bolehnya Memilih Pemimpin Dari Orang Kafir ( 6714 ) Adapun berdoa untuk kesembuhan (untuk orang kafir) dari penyakit, hal itu diperbolehkan karena adanya maslahat, seperti mengharapkan keislamannya, melembutkan hatinya, dan semisalnya. Dalil masalah ini adalah hadits yang menceritakan kisah para sahabat yang meruqyah pemimpin sebuah suku karena tersengat kalajengking [1]. Dan telah berlalu penjelasannya dalam pertanyaan nomor 6714. Doa untuk kesembuhan itu sejenis dengan ruqyah. (Fataawa Al-Islaam, 1: 6985, Syamilah) Kemudian beliau hafidzahullahu Taala menekankan, Akan tetapi, berdoa untuk kesembuhan orang kafir tidaklah maksudnya memberikan wala dan kecintaan kepada mereka, atau mendahulukan dan berkasih sayang dengan mereka., sebagaimana yang telah dijelaskan. Wallahu alam. (Fataawa Al-Islaam, 1: 6985, Syamilah) Mendoakan ampunan untuk orang kafir yang sudah meninggal dunia, hukumnya haram (tidak diperbolehkan), berdasarkan ijma ulama yang telah kami sebutkan di serial sebelumnya. Baik doa meminta ampunan tersebut diucapkan ketika melayat jenazahnya (sebelum dimakamkan), atau ketika berziarah ke makamnya, atau dalam kondisi-kondisi lainnya. Semuanya tidak diperbolehkan alias haram. Adapun jika orang kafir tersebut masih hidup, maka hal tersebut diperbolehkan. Diriwayatkan dari Sahl bin Said radhiyallahu anhu, beliau berkata, : : Aku telah menyaksikan Nabi shallallahu alaihi wa sallam saat gigi serinya patah, wajahnya terluka, dan helm perang di kepalanya pecah. Dan sungguh aku juga tahu siapa yang mencuci darah dari wajahnya, siapa yang mendatangkan air kepadanya, dan apa yang ditempatkan di lukanya hingga darahnya berhenti. Fatimah putri Muhammad utusan Allah, dialah yang mencuci darah dari wajah. Sedangkan Ali radhiyallohu anhu, dialah yang mendatangkan air dalam perisai. Ketika Fatimah mencuci darah dari wajah ayahnya, dia membakar tikar, sehingga ketika telah menjadi abu, ia mengambil abu itu, lalu meletakkannya di wajah beliau, hingga darah beliau berhenti. Ketika itu beliau mengatakan, Telah memuncak kemurkaan Allah atas kaum yg melukai wajah Rasulullah. Lalu beliau diam sebentar, dan mengatakan, Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka itu tidak tahu. (HR. Thabrani dalam Al-Mujam Al-Kabir 6: 162) Baca Juga: Apakah Orang Kafir Akan Ditanya Di Alam Kubur? Hal ini karena ketika orang-orang kafir tersebut masih hidup, masih mungkin mendapatkan ampunan dengan diberikannya hidayah kepada mereka sehingga masuk Islam dan diampuni dosa-dosanya. Adapun ketika mereka sudah meninggal dunia, Allah Taala telah menegaskan bahwa dosa kemusyrikan dan kekafiran akbar yang dibawa sampai mati, tidak akan Allah Taala ampuni. Hal ini berdasarkan firman Allah Taala, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang tingkatannya di bawah (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa [4]: 48) Ayat di atas berbicara tentang dosa kakafiran yang dibawa sampai mati dan belum bertaubat dengan masuk Islam. Adapun apabila seseorang berbuat syirik kemudian bertaubat dan meninggal di atas tauhid, maka Allah Taala akan mengampuni dosa-dosanya, termasuk dosa syirik. Dalam hal ini, Allah Taala berfirman, Katakanlah, Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az-Zumar [39]: 53) Oleh karena itu, ketika orang-orang kafir tersebut meninggal di atas kekafiran, maka sudah jelas baginya dan juga sudah jelas dan tidak ragu lagi bagi kita bahwa tempat akhir orang kafir tersebut adalah di neraka, sehingga tidak boleh dan tidak ada manfaat lagi jika kita mendoakan mereka untuk mendapatkan ampunan. Allah Taala mengisyaratkan alasan tersebut dalam firman-Nya, Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka) jahim. (QS. At-Taubah [9]: 113) Dalam Tafsir Jalalain (1: 261) dijelaskan, Yaitu ketika mereka (orang-orang kafir musyrik) itu mati di atas kekafiran. Namun, yang lebih utama adalah mendoakan mereka agar mendapatkan hidayah agar masuk Islam, sehingga itu menjadi sebab utama diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. [2] Baca Juga: [Bersambung] *** @Sint-Jobskade 718 NL, 3 Muharram 1440/ 14 September 2018 Penulis: M. Saifudin Hakim Artikel: Muslim.Or.Id Catatan kaki: [1] Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 5736) dan kami bahas di sini: Ruqyah vs. Operasi Caesar (01): Pengertian Ruqyah [2] Penulis banyak mengambil faidah dari tulisan Ustadz Musyaffa Ad-Dariniy hafidzahullahu Taala di sini: Hukum Mendoakan Orang Kafir
Daftar Isi Baca pembahasan sebelumnya Aqidah AlWala wal Bara, Aqidah Asing yang Dianggap Usang Bag. Mereka mengatakan, Wahai Rasulullah, kabilah Daus benarbenar telah durhaka dan menolak masuk Islam, maka doakanlah keburukan untuk mereka Lalu ada yang mengatakan, Binasalah kabilah Daus Lalu beliau shalallahu alaihi wa sallam mengatakan, Ya Allah, berikanlah hidayah kepada kabilah Daus, dan datangkanlah mereka kepadaku. Juga doa Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah satu di antara kedua orang yang paling Engkau cintai, Abu Jahal atau Umar bin Khaththab. Juga sebagaimana pembahasan dalam masalah menjawab salam orang kafir ketika mereka jelas dan tegas mengucapkan, Assalaamualaikum, maka kita pun menjawabnya dengan Waalaikumussalaam, menurut pendapat yang kami nilai lebih kuat dalam masalah ini. Oleh karena itu, diperbolehkan bagi kaum muslimin untuk mendoakan orang kafir agar mereka segera sembuh dari penyakit berat yang diderita, agar mereka lulus ujian di sekolah, atau agar selamat di perjalanan. Sebagaimana juga diperbolehkan mengucapkan selamat kepada mereka jika mendapatkan nikmat duniawi seperti mendapatkan momongan anak, mengucapkan selamat atas kelulusannya ketika wisuda, atau yang lainnya. menanyakan kabar dirinya dan anakanaknya, dan juga mengucapkan selamat atas kelahiran anaknya, dan semacamnya Tahdziib Tashiil AlAqidah AlIslamiyyah, hal. 213 Contoh lainnya adalah boleh bagi seorang muslim untuk meruqyah orang kafir. Sedangkan hakikat dari ruqyah adalah berdoa kepada Allah Taala untuk meminta kesembuhan. Seandainya orang kafir tersebut sembuh, bisa jadi merupakan sebab dia masuk Islam. Meskipun ayat tersebut menunjukkan bahwa bacaan AlQuran itu hanya bermanfaat bagi orang mukmin, bukan selain mereka. Dalil masalah ini adalah hadits yang menceritakan kisah para sahabat yang meruqyah pemimpin sebuah suku karena tersengat kalajengking 1. Dan telah berlalu penjelasannya dalam pertanyaan nomor 6714. Fataawa AlIslaam, 1 6985, Syamilah Mendoakan ampunan untuk orang kafir yang sudah meninggal dunia, hukumnya haram tidak diperbolehkan, berdasarkan ijma ulama yang telah kami sebutkan di serial sebelumnya. Semuanya tidak diperbolehkan alias haram. Dan sungguh aku juga tahu siapa yang mencuci darah dari wajahnya, siapa yang mendatangkan air kepadanya, dan apa yang ditempatkan di lukanya hingga darahnya berhenti. Fatimah putri Muhammad utusan Allah, dialah yang mencuci darah dari wajah. Sedangkan Ali radhiyallohu anhu, dialah yang mendatangkan air dalam perisai. Ketika itu beliau mengatakan, Telah memuncak kemurkaan Allah atas kaum yg melukai wajah Rasulullah. Lalu beliau diam sebentar, dan mengatakan, Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka itu tidak tahu. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. Adapun apabila seseorang berbuat syirik kemudian bertaubat dan meninggal di atas tauhid, maka Allah Taala akan mengampuni dosadosanya, termasuk dosa syirik. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. AtTaubah 9 113 Dalam Tafsir Jalalain 1 261 dijelaskan, Yaitu ketika mereka orangorang kafir musyrik itu mati di atas kekafiran. Namun, yang lebih utama adalah mendoakan mereka agar mendapatkan hidayah agar masuk Islam, sehingga itu menjadi sebab utama diampuni dosadosanya yang telah berlalu. 2 Baca Juga Bersambung SintJobskade 718 NL, 3 Muharram 1440 14 September 2018 Penulis M. Saifudin Hakim Artikel Muslim.
Pengaruh Zaman Terhadap Fatwa
https://konsultasisyariah.com/10641-pengaruh-zaman-terhadap-fatwa.html
Pertanyaan: Ada fenomena yang telah memasyarakat, yang mana sebagian orang memahami bahwa sebagian perkara yang dulu diharamkan seperti radio, kini menjadi halal. Mereka mengatakan, bahwa berubahnya zaman atau tempat mempengaruhi fatwa. Kami mohon perkenan Syaikh yang mulia untuk menjelaskan kebenaran dalam hal ini. Dan bagaimana membantah orang yang mengatakan seperti itu? Semoga Allah memberi Anda kebaikan. Jawaban: Sebenarnya, fatwa tidak berubah dengan berubahnya zaman, tempat ataupun u, akan tetapi, hukum syariat itu bila terkait dengan alasan, jika alasannya ada maka hukumnya berlaku, jika alasannya tidak ada maka hukumnya pun tidak berlaku. Adakalanya seorang pemberi fatwa melarang seseorang terhadap sesuatu yang dihalalkan Allah karena sesuatu itu menyebabkan manusia melakukan yang haram, hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Umar dalam masalah talak tiga, yaitu ketika ia melihat orang-orang menyepelekannya sehingga ia memberlakukannya. Sebelumnya, pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada masa Abu Bakar dan pada dua tahun pertama masa kekhilafan Umar, talak tiga dianggap satu, lalu karena Umar melihat orang-orang banyak menyepelekannya maka ia melarang mereka yang melakukan itu untuk rujuk kepada isteri-isterinya. Demikian juga tentang hukuman peminum khamr, sebelumnya pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pada masa Abu Bakar, hukumannya tidak lebih dari 40 kali cambukan, tapi karena orang-orang masih banyak yang suka minum khamr, maka Umar bermusyawarah dengan para sahabat, yang hasilnya menetapkan hukumannya menjadi 80 kali cambukan. Jadi, hukum-hukum syariat itu tidak mungkin dipermainkan manusia, jika mau mereka mengharamkan dan jika mau mereka halalkan, tapi hukum-hukum syariat itu harus berdasarkan pada alasan-alasan syar’iyyah yang bisa menetapkan atau meniadakan. Adapun tentang radio, tidak ada seorang pun yang mengharamkannya dari kalangan ulama. Sedangkan yang mengharamkannya hanyalah orang-orang yang tidak mengetahui hakikatnya. Adapun para ulama –terutama Abdurrahman bin Sa’di- tidak memandangnya sebagai hal yang haram, bahkan mereka memandang bahwa radio itu termasuk hal-hal yang diajarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia, terkadang bermanfaat dan terkadang pula merusak, tergantung isinya. Demikian juga pengeras suara (loudspeaker), pada awal kemunculannya diingkari oleh sebagian orang, tapi itu karena tanpa penelitian. Sedangkan para peneliti tidak mengingkarinya, bahkan mereka memandang bahwa pengeras suara itu termasuk nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memudahkan mereka dalam menyampaikan khutbah dan wejangan kepada yang jauh. Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin Sumber: Fatwa-Fatwa Terkini 2, Darul Haq Cetakan: VI 2010 Artikel
Pertanyaan Ada fenomena yang telah memasyarakat, yang mana sebagian orang memahami bahwa sebagian perkara yang dulu diharamkan seperti radio, kini menjadi halal. Mereka mengatakan, bahwa berubahnya zaman atau tempat mempengaruhi fatwa. Kami mohon perkenan Syaikh yang mulia untuk menjelaskan kebenaran dalam hal ini. Dan bagaimana membantah orang yang mengatakan seperti itu Semoga Allah memberi Anda kebaikan. Jawaban Sebenarnya, fatwa tidak berubah dengan berubahnya zaman, tempat ataupun u, akan tetapi, hukum syariat itu bila terkait dengan alasan, jika alasannya ada maka hukumnya berlaku, jika alasannya tidak ada maka hukumnya pun tidak berlaku. Adakalanya seorang pemberi fatwa melarang seseorang terhadap sesuatu yang dihalalkan Allah karena sesuatu itu menyebabkan manusia melakukan yang haram, hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Umar dalam masalah talak tiga, yaitu ketika ia melihat orangorang menyepelekannya sehingga ia memberlakukannya. Sebelumnya, pada masa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, pada masa Abu Bakar dan pada dua tahun pertama masa kekhilafan Umar, talak tiga dianggap satu, lalu karena Umar melihat orangorang banyak menyepelekannya maka ia melarang mereka yang melakukan itu untuk rujuk kepada isteriisterinya. Demikian juga tentang hukuman peminum khamr, sebelumnya pada masa Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan pada masa Abu Bakar, hukumannya tidak lebih dari 40 kali cambukan, tapi karena orangorang masih banyak yang suka minum khamr, maka Umar bermusyawarah dengan para sahabat, yang hasilnya menetapkan hukumannya menjadi 80 kali cambukan. Jadi, hukumhukum syariat itu tidak mungkin dipermainkan manusia, jika mau mereka mengharamkan dan jika mau mereka halalkan, tapi hukumhukum syariat itu harus berdasarkan pada alasanalasan syariyyah yang bisa menetapkan atau meniadakan. Adapun tentang radio, tidak ada seorang pun yang mengharamkannya dari kalangan ulama. Sedangkan yang mengharamkannya hanyalah orangorang yang tidak mengetahui hakikatnya. Adapun para ulama terutama Abdurrahman bin Sadi tidak memandangnya sebagai hal yang haram, bahkan mereka memandang bahwa radio itu termasuk halhal yang diajarkan Allah Subhanahu wa Taala kepada manusia, terkadang bermanfaat dan terkadang pula merusak, tergantung isinya. Demikian juga pengeras suara loudspeaker, pada awal kemunculannya diingkari oleh sebagian orang, tapi itu karena tanpa penelitian. Sedangkan para peneliti tidak mengingkarinya, bahkan mereka memandang bahwa pengeras suara itu termasuk nikmat Allah Subhanahu wa Taala untuk memudahkan mereka dalam menyampaikan khutbah dan wejangan kepada yang jauh. Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin Sumber FatwaFatwa Terkini 2, Darul Haq Cetakan VI 2010 Artikel
Empat Hukum Sedekah
https://islami.co/empat-hukum-sedekah/
Dalam islam kita mengenal sedekah. Islam menganjurkan umatnya untuk saling berbagi, khususnya kepada orang yang tidak mampu. Sebab itu, dalam Islam ada konsep zakat dan sedekah. Zakat berati harta yang wajib dikeluarkan bila sudah mencukupi persyaratannya. Sementara sedekah hanya pemberian yang sifatnya sunnah saja. Meskipun sedekah pada umumnya dipahami kesunahan, tapi sebetulnya ada empat hukum sedekah yang perlu diketahui: Pertama, wajib, hukum sedekah bisa berubah menjadi wajib ketika menemukan orang yang memang membutuhkan. Misalnya, ada orang miskin dalam kondisi lapar meminta makanan kepada kita. Kalau tidak diberi makanan dia akan sakit parah atau meninggal. Dalam situasi seperti itu wajib memberi sedekah. Kedua, sunnah, hukum asal sedekah memang sunnah di manapun dan kapanpun. Sangat dianjurkan bagi umat Islam untu selalu bersedekah, baik dalam kondisi susah ataupun lapang. Ketiga, makruh, sedekah juga bisa hukumnya berubah menjadi makruh bila barang yang disedekahkan buruk dan tidak bisa dimanfaatkan. Keempat, haram, hukum sedekah berubah menjadi haram kalau kita mengetahui barang yang disedekahkan itu digunakan untuk kejahatan dan maksiat. Itulah empat hukum sedekah yang perlu diperhatikan. Meskipun hukumnya sunnah, sedekah bisa berubah menjadi wajib, makruh, bahkan haram tergantung pada konteknya.
Dalam islam kita mengenal sedekah. Islam menganjurkan umatnya untuk saling berbagi, khususnya kepada orang yang tidak mampu. Sebab itu, dalam Islam ada konsep zakat dan sedekah. Zakat berati harta yang wajib dikeluarkan bila sudah mencukupi persyaratannya. Sementara sedekah hanya pemberian yang sifatnya sunnah saja. Meskipun sedekah pada umumnya dipahami kesunahan, tapi sebetulnya ada empat hukum sedekah yang perlu diketahui Pertama, wajib, hukum sedekah bisa berubah menjadi wajib ketika menemukan orang yang memang membutuhkan. Misalnya, ada orang miskin dalam kondisi lapar meminta makanan kepada kita. Kalau tidak diberi makanan dia akan sakit parah atau meninggal. Dalam situasi seperti itu wajib memberi sedekah. Kedua, sunnah, hukum asal sedekah memang sunnah di manapun dan kapanpun. Sangat dianjurkan bagi umat Islam untu selalu bersedekah, baik dalam kondisi susah ataupun lapang. Ketiga, makruh, sedekah juga bisa hukumnya berubah menjadi makruh bila barang yang disedekahkan buruk dan tidak bisa dimanfaatkan. Keempat, haram, hukum sedekah berubah menjadi haram kalau kita mengetahui barang yang disedekahkan itu digunakan untuk kejahatan dan maksiat. Itulah empat hukum sedekah yang perlu diperhatikan. Meskipun hukumnya sunnah, sedekah bisa berubah menjadi wajib, makruh, bahkan haram tergantung pada konteknya.
Anak orang kafir tidak berguna di hadapan Allah
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Anak-orang-kafir-tidak-berguna-di-hadapan-Allah
QS.Surat Ali `Imran[3]:10 () 10. Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka, QS.Surat Ali `Imran[3]:116 () 116. Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun. Dan mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
QS.Surat Ali Imran310 10. Sesungguhnya orangorang yang kafir, harta benda dan anakanak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak siksa Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka, QS.Surat Ali Imran3116 116. Sesungguhnya orangorang yang kafir baik harta mereka maupun anakanak mereka, sekalikali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun. Dan mereka adalah penghuni neraka mereka kekal di dalamnya.
Bukti Malaikat Ikut Maju Perang Badar
https://www.eramuslim.com/hikmah/bukti-malaikat-ikut-maju-perang-badar/
Eramuslim.com – Peristiwa Perang Badar mengandung salah satu mukjizat terbesar yang menghantarkan pasukan Muslim meraih kemenangan gemilang. Dalam perang itu, Allah menurunkan malaikat untuk ikut bertempur bersama pasukan Muslim. Fakta ini benar-benar terjadi, karena didukung sekian dalil, baik Al-Qur’an maupun sunnah yang sahih. Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. berseru dari dalam kemahnya, “Bergembiralah, wahai Abu Bakar, karena pertolongan Allah telah datang kepadamu. Jibril telah meraih tali kekang kudanya, kemudian menghelanya ke arah kepulan debu.” Photo by Alecu Gabriel on Unsplash Yang dimaksud dengan kepulan debu di akhir kalimat adalah medan peperangan. Ada yang mengatakan, “malaikat” sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT. di atas bukanlah dalam pengertian yang hakiki, tetapi lebih merupakan semangat spiritual, kekuatan batin, atau lainnya. Pendapat ini dipatahkan ayat yang secara gamblang menyebutkan jumlah malaikat yang ikut membantu pasukan Muslim dalam Perang Badar. Dalam ayat tersehut Allah SWT. berfirman, “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya, ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut,” (QS. Al-Anfal [8]: 9). Penyebutan angka seperti itu jelas menunjukkan kuantitas sasuatu yang benar-benar nyata. Dari sini kita tahu bahwa penyebutan angka secara eksplisit oleh Allah SWT. menutup celah bagi siapa pun yang ingin menakwilkan pengertian malaikat dengan berbagai hal lain berdasarkan dugaan belaka. Turunnya para malaikat untuk ikut bertempur bersama pasukan Islam ini bertujuan menenangkan hati para prajurit Muslim, sekaligus sebagai jawaban Allah SWT. terhadap doa yang dipanjatkan mereka. Apalagi pada saat itu, umat Islam yang baru pertama kali berperang fii sabilillah sudah menghadapi musuh yang jumlahnya tiga kali lipat lebih banyak dari jumlah mereka. Jika bukan karena pertolongan Allah SWT, tentulah turunnya malaikat itu tidak akan berarti apa-apa bagi pasukan Islam. Berkenaan dengan alasan diturunkannya para malaikat, Allah SWT. menjelaskan dalam firman-Nya, “Dan Allah tidak mcnjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan scbagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana,’ (Q3 Al-Anfal: 10). Wallahua’lam. [@paramuda/BersamaDakwah]
Eramuslim.com Peristiwa Perang Badar mengandung salah satu mukjizat terbesar yang menghantarkan pasukan Muslim meraih kemenangan gemilang. Dalam perang itu, Allah menurunkan malaikat untuk ikut bertempur bersama pasukan Muslim. Fakta ini benarbenar terjadi, karena didukung sekian dalil, baik AlQuran maupun sunnah yang sahih. Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. berseru dari dalam kemahnya, Bergembiralah, wahai Abu Bakar, karena pertolongan Allah telah datang kepadamu. Jibril telah meraih tali kekang kudanya, kemudian menghelanya ke arah kepulan debu. Photo by Alecu Gabriel on Unsplash Yang dimaksud dengan kepulan debu di akhir kalimat adalah medan peperangan. Ada yang mengatakan, malaikat sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT. di atas bukanlah dalam pengertian yang hakiki, tetapi lebih merupakan semangat spiritual, kekuatan batin, atau lainnya. Pendapat ini dipatahkan ayat yang secara gamblang menyebutkan jumlah malaikat yang ikut membantu pasukan Muslim dalam Perang Badar. Dalam ayat tersehut Allah SWT. berfirman, Ingatlah, ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankanNya, Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturutturut, QS. AlAnfal 8 9. Penyebutan angka seperti itu jelas menunjukkan kuantitas sasuatu yang benarbenar nyata. Dari sini kita tahu bahwa penyebutan angka secara eksplisit oleh Allah SWT. menutup celah bagi siapa pun yang ingin menakwilkan pengertian malaikat dengan berbagai hal lain berdasarkan dugaan belaka. Turunnya para malaikat untuk ikut bertempur bersama pasukan Islam ini bertujuan menenangkan hati para prajurit Muslim, sekaligus sebagai jawaban Allah SWT. terhadap doa yang dipanjatkan mereka. Apalagi pada saat itu, umat Islam yang baru pertama kali berperang fii sabilillah sudah menghadapi musuh yang jumlahnya tiga kali lipat lebih banyak dari jumlah mereka. Jika bukan karena pertolongan Allah SWT, tentulah turunnya malaikat itu tidak akan berarti apaapa bagi pasukan Islam. Berkenaan dengan alasan diturunkannya para malaikat, Allah SWT. menjelaskan dalam firmanNya, Dan Allah tidak mcnjadikannya mengirim bala bantuan itu, melainkan scbagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, Q3 AlAnfal 10. Wallahualam. paramudaBersamaDakwah
Viral Video Suami Baru Beres Ijab-Kabul Langsung Talak Istri, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?
https://islami.co/viral-video-suami-baru-beres-ijab-kabul-langsung-talak-istri-bagaimana-hukumnya-dalam-islam/
Belum ada satu jam usai ijab-kabul, suami langsung mentalak istri di hadapan banyak orang. Kelurga pihak perempuan sontak marah dan menyerang menantunya itu. Untungnya, perseteruan di antara keduanya dicegah banyak orang. Tidak ada kejelasan lebih lanjut bagaimana nasib suami-istri tersebut di video berdurasi 1.47 yang tersebar luas di media sosial. Seperti video pendek pada umumnya, tidak ada penjelasan dan klarifikasi dari pihak yang bersangkutan terkait pernikahan yang berujung pada pertengkaran itu. Dalam Islam, pernikahan adalah ikatan yang sakral dan suci. Al-Quran mengistilahkan ikatan pernikahatan dengan mitsaqan ghaliza (perjanjian agung). Menikah harus diseriusi, tidak boleh dimain-mainkan. Kalau memang tidak serius, tidak usah membangun ikatan pernikahan, karena bisa merugikan banyak orang. Memang secara hukum, membatalkan ikatan pernikahan, atau talak, dibolehkan dalam Islam. Tapi lagi-lagi pembatalan itu, meskipun boleh, tetap dianggap sebagai sesuatu yang kurang baik. Dalam hadis dikatakan, Sesuatu yang boleh dilakukan, tapi paling dibenci Tuhan, adalah talak. Proses perceraian pun di dalam Islam harus dilakukan dengan cara yang baik, demi menghormati komitmen atau ikatan nikah yang pernah dibangun. Di Indonesia, proses perceraian tidak cukup hanya dilontarkan secara lisan, tetapi harus melalui proses pengadilan. Dalam konfrensi Pembaharuan Pemikiran Islam yang diadakan di Mesir tahun 2020 disebutkan bahwa perceraian zalim tanpa sebab yang diakui agama adalah haram, baik timbul dari keinginan suami maupun permintaan istri, karena dapat merugikan keluarga, khususnya anak-anak, bertentangan dengan akhlak Islam, dan mengabaikan tujuan agama dalam pernikahan, yaitu mewujudkan kemapanan dan kelanggengan. Karenanya, sedapat mungkin segala sesuatu yang bisa berujung pada perceraian dan pertikaian harus dijauhi. Pernikahan di dalam Islam memiliki banyak tujuan. Menikah bukan sekedar memenuhi kebutuhan biologis semata. Tujuan nikah lebih dari itu. Membangun keluarga yang bermaslahat bagi pasangan suami-istri dan orang di sekitarnya termasuk dari tujuan mulia pernikahan. Sehingga, segala sesuatu yang bisa merusak tujuan itu, harus dihindari dan dijauhi. Melakukan sesuatu yang dapat merusak tujuan dan ikatan pernikahan dilarang di dalam agama.
Belum ada satu jam usai ijabkabul, suami langsung mentalak istri di hadapan banyak orang. Kelurga pihak perempuan sontak marah dan menyerang menantunya itu. Untungnya, perseteruan di antara keduanya dicegah banyak orang. Tidak ada kejelasan lebih lanjut bagaimana nasib suamiistri tersebut di video berdurasi 1.47 yang tersebar luas di media sosial. Seperti video pendek pada umumnya, tidak ada penjelasan dan klarifikasi dari pihak yang bersangkutan terkait pernikahan yang berujung pada pertengkaran itu. Dalam Islam, pernikahan adalah ikatan yang sakral dan suci. AlQuran mengistilahkan ikatan pernikahatan dengan mitsaqan ghaliza perjanjian agung. Menikah harus diseriusi, tidak boleh dimainmainkan. Kalau memang tidak serius, tidak usah membangun ikatan pernikahan, karena bisa merugikan banyak orang. Memang secara hukum, membatalkan ikatan pernikahan, atau talak, dibolehkan dalam Islam. Tapi lagilagi pembatalan itu, meskipun boleh, tetap dianggap sebagai sesuatu yang kurang baik. Dalam hadis dikatakan, Sesuatu yang boleh dilakukan, tapi paling dibenci Tuhan, adalah talak. Proses perceraian pun di dalam Islam harus dilakukan dengan cara yang baik, demi menghormati komitmen atau ikatan nikah yang pernah dibangun. Di Indonesia, proses perceraian tidak cukup hanya dilontarkan secara lisan, tetapi harus melalui proses pengadilan. Dalam konfrensi Pembaharuan Pemikiran Islam yang diadakan di Mesir tahun 2020 disebutkan bahwa perceraian zalim tanpa sebab yang diakui agama adalah haram, baik timbul dari keinginan suami maupun permintaan istri, karena dapat merugikan keluarga, khususnya anakanak, bertentangan dengan akhlak Islam, dan mengabaikan tujuan agama dalam pernikahan, yaitu mewujudkan kemapanan dan kelanggengan. Karenanya, sedapat mungkin segala sesuatu yang bisa berujung pada perceraian dan pertikaian harus dijauhi. Pernikahan di dalam Islam memiliki banyak tujuan. Menikah bukan sekedar memenuhi kebutuhan biologis semata. Tujuan nikah lebih dari itu. Membangun keluarga yang bermaslahat bagi pasangan suamiistri dan orang di sekitarnya termasuk dari tujuan mulia pernikahan. Sehingga, segala sesuatu yang bisa merusak tujuan itu, harus dihindari dan dijauhi. Melakukan sesuatu yang dapat merusak tujuan dan ikatan pernikahan dilarang di dalam agama.
Apa hukum mempergunakan obat kuat untuk menambah kesenangan waktu berbuka tentunya di bulan Ramadan?
https://islamqa.info/id/answers/79072/hukum-mengkonsumsi-obat-kuat
Alhamdulillah.Pertama: Obat Kuat ada dua macam: Pertama: yang natural seperti berbagai macam makanan, tumbuh-tumbuhan dan semisalnya. Hal ini tidak mengapa mengkonsumsinya. Selagi tidak ada ketetapan hal itu merusak badan. (kalau merusak badan) Maka harus dihindari berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam: ( ) (2341) “Tidak boleh merusak dan membuat kerusakan).” HR. Ahmad, Ibnu Majah, (2341) dinyatakan shoheh oleh Albani di Shoheh Ibnu Majah. Dalam ‘Adab Syariyyah, (2/463) dikatakan, “Diharamkan berobat dan memakai celak dengan semua najis, sesuatu bersih yang diharamkan atau yang merusak dan semisalnya.” Selesai Telah tersebar di berbagai kitab ahli ilmu menyebutkan faedah beberapa jenis makanan, ia dapat menambah syahwat atau menguatkan senggama (jima’). Diantara hal itu perkataan Ibnu Hajar rahimahullah ketika membahas sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam: ( ) (5260) (4103 “Ambillah dengan ‘ud India (pohon garu) ini, karena ia mempunyai tujuh (hal) yang menyembuhkan.” HR. Bukhori, 5260 dan Muslim, 4103. Ud hindi adalah pohon garu yang dikenal (asapnya wangi) dan disebutkan diantara faedahnya adalah memanaskan lambung, menggerakkan syahwat senggama  (jima’) dan menjadikan kulit menawan. Selesai dari ‘Fathul bari. Disebutkan juga dalam hilbah, fustuk (jenis kacang), pohon khorub, isi semangka dan lainnya. Silahkan dilihat ‘Adab Syari’iyyah karangan Ibnu Muflih, (3/7), 2/370, 375. Yang penting seseorang tidak sampai menggunakan hal-hal semacam ini berlebihan atau tergantung dan sibuk dengannya. Sampai terlalu semangat hanya mencari yang menambah syahwat dari jenis makanan dan minuman. Kedua: kapsul dan obat-obat yang digunakan untuk tujuan ini. Asalnya dalam hal ini diperbolehkan (halal) juga. Selagi tidak mengandung sesuatu yang diharamkan seperti yang memabukkan atau merusak tubuh. Maka ia diharamkan karena faktor ini. Akan tetapi selayaknya jangan mengkonsumsinya kecuali bagi orang yang membutuhkannya karena lemah (syahwat), sakit atau tua. Dengan rujukan dari dokter spesialis yang jujur. Karena diantaranya ada yang merusak terkadang sampai pada kematian. Diantara ada juga yang aman dari itu. Akan tetapi tidak bagus digunakan bagi orang sehat yang tidak membutuhkannya. Meskipun untuk menambah kenikmatan sebagaimana yang ditanyakan penanya tadi. Sungguh indah ungkapan orang ‘Obat itu seperti sabun, dapat membersihkan pakaian, akan tetapi ia akan hancur. Selayaknya seorang hamba tidak mempergunakan kapsul sebisa mungkin. Kita ambil contoh hal itu yang telah marak dan merebak di zaman sekarang. Yaitu obat Viagra. Penggunaannya dari sebagian orang tanpa memikirkan dan minta pertimbangan, berdampak sangat merusak. Dalam hal ini Dokter Abdullah Nu’aimi spesialis jantung di Rumah sakit Tentara Zaid dalam seminar tentang obat kuat beliau mengatakan, “Obat ini mempunyai efek samping sebagiannya parah. Disana telah diadakan penelitian di Kanada kepada 8500 orang. Didapatkan mereka mengeluhkan sakit kepala prosentasi sekitar 16 %, sebagian mengeluh merah dan panas terutama di wajah. Sebagian mengeluhkan pembakaran dan kesulitan buang air besar. Sebagian –terutama yang mempunyai tekanan darah rendah- terkadang bisa turun sampai pada batas yang membahayakan. Disebutkan bahwa orang yang sehat dan tidak mengeluh dari penyakit, sangat dianjurkan meminta pendapat dokter meskipun dalam watku singkat. Sementara yang mengeluh dari penyakit terutama sakit tersumbatnya arteri jantung, maka dia harus merujuk ke dokter terlebih dahulu. Karena kebanyakan diantara mereka mengkonsumsi obat namanya ‘Naitraid’ obat ini sangat keras sekali reaksinya dengan viagra. Sehingga viagra menghalangi obat ini larut di tubuh orang yang sakit. Sehingga kita dapatkan obat ini berlipat sampai sepuluh kali lipat pada sebagian waktu. Yang menyebabkan turun drastis tekanan (darahnya) terkadang sampai pada kematian. Kita dengarkan kejadian orang yang wafat dan kebanyakan orang yang wafat terjadi pada kondisi seperti ini. Seseorang mempunyai penyakit jantung atau sumbatan di arteri (jantung) dia mengkonsumsi obat “Naitraid’ ketika dia mengkonsumsi viagra bersamaan dengan obat ini, maka naitraid meningkat berlipat lipat. Sehingga terjadi efek sampingnya.” Selesai Kedua: Tidak ada perbedaan mengkonsumsi obat kuat ini baik malam-malam Ramadan atau selainnya. Yang diperbolehkan makan dan minum. Ketika diperbolehkan mengkonsumsinya, maka diperbolehkan pada semua waktu. Kalau diharamkan, maka diharamkan juga di semuanya. Allah Ta’ala telah memperbolehkan menggauli istrinya setelah berbuka seraya berfirman: ( ) /187 “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” QS. Al-Baqarah: 187. Wallahu a’lam .
Pertama Obat Kuat ada dua macam Pertama yang natural seperti berbagai macam makanan, tumbuhtumbuhan dan semisalnya. Selagi tidak ada ketetapan hal itu merusak badan. kalau merusak badan Maka harus dihindari berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam 2341 Tidak boleh merusak dan membuat kerusakan. Ahmad, Ibnu Majah, 2341 dinyatakan shoheh oleh Albani di Shoheh Ibnu Majah. Diantara hal itu perkataan Ibnu Hajar rahimahullah ketika membahas sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam 5260 4103 Ambillah dengan ud India pohon garu ini, karena ia mempunyai tujuh hal yang menyembuhkan. Disebutkan juga dalam hilbah, fustuk jenis kacang, pohon khorub, isi semangka dan lainnya. Silahkan dilihat Adab Syariiyyah karangan Ibnu Muflih, 37, 2370, 375. Yang penting seseorang tidak sampai menggunakan halhal semacam ini berlebihan atau tergantung dan sibuk dengannya. Kedua kapsul dan obatobat yang digunakan untuk tujuan ini. Selagi tidak mengandung sesuatu yang diharamkan seperti yang memabukkan atau merusak tubuh. Akan tetapi selayaknya jangan mengkonsumsinya kecuali bagi orang yang membutuhkannya karena lemah syahwat, sakit atau tua. Dengan rujukan dari dokter spesialis yang jujur. Karena diantaranya ada yang merusak terkadang sampai pada kematian. Meskipun untuk menambah kenikmatan sebagaimana yang ditanyakan penanya tadi. Sungguh indah ungkapan orang Obat itu seperti sabun, dapat membersihkan pakaian, akan tetapi ia akan hancur. Kita ambil contoh hal itu yang telah marak dan merebak di zaman sekarang. Disana telah diadakan penelitian di Kanada kepada 8500 orang. Didapatkan mereka mengeluhkan sakit kepala prosentasi sekitar 16 , sebagian mengeluh merah dan panas terutama di wajah. Sebagian mengeluhkan pembakaran dan kesulitan buang air besar. Sebagian terutama yang mempunyai tekanan darah rendah terkadang bisa turun sampai pada batas yang membahayakan. Karena kebanyakan diantara mereka mengkonsumsi obat namanya Naitraid obat ini sangat keras sekali reaksinya dengan viagra. Kalau diharamkan, maka diharamkan juga di semuanya. Allah Taala telah memperbolehkan menggauli istrinya setelah berbuka seraya berfirman 187 Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteriisteri kamu mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Demikianlah Allah menerangkan ayatayatNya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
Siapakah Malaikat Jibril? (bagian 02)
https://konsultasisyariah.com/30439-siapakah-malaikat-jibril-bagian-02.html
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Orang nasrani masa silam menyebut Jibril dengan nama an-Namus []. An-namus sendiri artinya sosok ghaib yang menjadi kawan seseorang, dia bisa melihatnya namun orang lain tidak bisa melihatnya. Artikel sebelumnya: Siapakah Malaikat Jibril? (bagian 01) Diceritakan oleh Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pertama kali mendapatkan wahyu surat al-Alaq di gua Hira, beliau pulang menemui Khadijah Radhiyallahu ‘anha dalam kondisi badannya menggigil. Hingga Khadijah membawanya menemui Waraqah bin Naufal – sepupunya Khadijah – dan beliau beragama nasrani di zaman jahiliyah, menulis kitab dan menyalin Injil ke dalam bahasa arab. Ketika itu, Waraqah sudah sangat tua, tuna netra. Setelah Waraqah mendengar cerita yang disampaikan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau langsung berkomentar, … Itu Namus yang pernah turun menemui Musa Shallallahu ‘alaihi wa sallam… andai di masa sekarang saya masih muda, andai saya masih hidup ketika kaummu akan mengusirmu… semua orang yang membawa misi dakwah seperti yang anda bawa, pasti diganggu. Andai saya masih hidup ketika anda berdakwah, saya akan membantu dan membela anda. (HR. Bukhari 4953 & Muslim 160). Ada banyak sifat Jibril yang Allah sebutkan dalam al-Quran, berikut diantaranya, [1] Firman Allah, . . Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. (QS. At-Takwir: 19-21). Dalam ayat di atas, ada beberapa sifat jibril, Utusan Allah yang mulia Makhluk yang kuat Memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah pemilik Arsy Ditaati para malaikat lainnya Amanah di sisi Allah Ta’ala [2] Firman Allah, * Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang memiliki mirrah; dan dia menampakkan diri dengan rupa yang asli. (QS. An-Najm: 5-6) Dalam ayat ini, ada beberapa sifat Jibril, Sangat kuat Dzu mirrah. Ulama berbeda pendapat tentang makna Dzu Mirrah, menurut Ibnu Abbas, dzu mirrah artinya penampilan yang sangat indah. Sementara menurut , artinya memiliki kekuatan. (Tafsir Ibnu Katsir, 7/444). Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bercerita, Ada beberapa orang yahudi datang menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia bertanya banyak hal. Diantara cuplikan dialognya, : ” “ : : : { } “Sampaikan kepada kami, siapakah kawan dekatmu?” tanya yahudi.. “Jibril ‘alaihis salam.” Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Jibril!! Dialah yang turun ikut membantu perang, dan memberikan adzab. Dia musuh kami. Andai kamu tadi menyebut Mikail, yang menurunkan rahmat, tetumbuhan, dan hujan. Tentu kau benar.” Kemudian Allah menurunkan firman-Nya di surat al-Baqarah: 97. (HR. Ahmad 2483 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth). Allah berfirman, “Tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (QS. Hud: 82). Sesungguhnya Jibril mengangat seluruh wilayah kampung ini dari bumi, diangkat dengan sayapnya hingga sampai ke langit dunia. Hingga penduduk langit dunia mendengar lolongan anjing mereka dan kokok ayam. Kemudian dibalik. Karena itu, Allah sebut mereka dengan al-Muktafikah, terbalik kepala dan kakinya. Lalu dilempar kembali ke tanah. Allah berfirman, “Al-Muktafikah (negeri-negeri kaum Luth) yang dilempar ke bawah.” (QS. an-Najm: 53) Demikian, Allahu a’lam. Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina ) Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 REKENING DONASI : BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa badu, Orang nasrani masa silam menyebut Jibril dengan nama anNamus . Annamus sendiri artinya sosok ghaib yang menjadi kawan seseorang, dia bisa melihatnya namun orang lain tidak bisa melihatnya. Hingga Khadijah membawanya menemui Waraqah bin Naufal sepupunya Khadijah dan beliau beragama nasrani di zaman jahiliyah, menulis kitab dan menyalin Injil ke dalam bahasa arab. Ketika itu, Waraqah sudah sangat tua, tuna netra. Setelah Waraqah mendengar cerita yang disampaikan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau langsung berkomentar, Itu Namus yang pernah turun menemui Musa Shallallahu alaihi wa sallam andai di masa sekarang saya masih muda, andai saya masih hidup ketika kaummu akan mengusirmu semua orang yang membawa misi dakwah seperti yang anda bawa, pasti diganggu. Andai saya masih hidup ketika anda berdakwah, saya akan membantu dan membela anda. Ada banyak sifat Jibril yang Allah sebutkan dalam alQuran, berikut diantaranya, 1 Firman Allah, . . Yang memiliki mirrah dan dia menampakkan diri dengan rupa yang asli. Ulama berbeda pendapat tentang makna Dzu Mirrah, menurut Ibnu Abbas, dzu mirrah artinya penampilan yang sangat indah. Sementara menurut , artinya memiliki kekuatan. Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma bercerita, Ada beberapa orang yahudi datang menghadap Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Diantara cuplikan dialognya, Sampaikan kepada kami, siapakah kawan dekatmu tanya yahudi Jibril alaihis salam. Jibril Dialah yang turun ikut membantu perang, dan memberikan adzab. Andai kamu tadi menyebut Mikail, yang menurunkan rahmat, tetumbuhan, dan hujan. Kemudian Allah menurunkan firmanNya di surat alBaqarah 97. Ahmad 2483 dan dihasankan Syuaib alArnauth. Allah berfirman, Tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah Kami balikkan, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubitubi. Sesungguhnya Jibril mengangat seluruh wilayah kampung ini dari bumi, diangkat dengan sayapnya hingga sampai ke langit dunia. Hingga penduduk langit dunia mendengar lolongan anjing mereka dan kokok ayam. Karena itu, Allah sebut mereka dengan alMuktafikah, terbalik kepala dan kakinya. Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk . Download Sekarang didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 a.n.
Apakah menikah diam-diam itu dierbolehkan? Teman wanitaku pergi ke masjid tanpa sepengetahuan orang tuanya, dan dia menikah di sana. Ada satu saksi saja. Apakah pernikahan ini sah? Saya mohon jawabannya, semoga Allah memberkati anda.
https://islamqa.info/id/answers/6122/apa-hukum-wanita-yang-menikah-tanpa-sepengetahuan-orang-tuanya
Alhamdulillah.Pernikahan harus ada wali dan dua orang saksi berdasarkan hadits ‘Tidak (sah) nikah kecuali dengan wali’ ‘Wanita mana saja yang menikah tanpa izin dari walinya, maka pernikahannya batal’. Dengan demikian, maka akadnya harus diperbaharui jika walinya rela dengan menghadirkan dua orang saksi. Silahkan lihat soal no. 2127.
Alhamdulillah.Pernikahan harus ada wali dan dua orang saksi berdasarkan hadits Tidak sah nikah kecuali dengan wali Wanita mana saja yang menikah tanpa izin dari walinya, maka pernikahannya batal. Dengan demikian, maka akadnya harus diperbaharui jika walinya rela dengan menghadirkan dua orang saksi. Silahkan lihat soal no. 2127.
Hukum Membangun Masjid dengan Harta Zakat dan Dalilnya
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-membangun-masjid-dengan-harta-zakat
adalah salah satu rukunislam yang lima. Sehingga umat muslim terdapat kewajiban untuk memberikansebagian harta untuk zakat sesuai dengan ketentuan agama islam. Zakat sendiridianjurkan juga oleh Nabi SAW. Berikut ini dalilnya,Nabi telah bersabda,“Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji di Baitullah bagi orang yang mampu melakukan perjalanan kepadanya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)Zakat terkumpul untuk golongan yang telah ditentukan. Lalu Apa hukum membangun masjid dengan harta zakat? Berdasarkan hadist dan firman Allah dalam Al-Qur’an. Berikut ini penjelasannya: Hukum Zakat untuk Membangun MasjidKetika zakat terkumpul dengan jumlah besar, maka dalam islam zakat tersebut disalurkan kepada para mustahik atau orang yang berhak menerima. Namun jika zakat tersebut digunakan untuk membangun masjid maka hukumnya menurut pendapat ulama adalah tidak diperbolehkan.Karena membangun masjid lebih baik menggunakan uang infaq dan sedekah. Sedangkan zakat untuk fakir dan miskin yang berhak menerima. Mendahulukan hak para itu penting agar zakat yang terkumpul dapat tersalur kepada orang tepat atau saudara muslim yang membutuhkan.Namun, terdapat pendapat lain yang mengungkapkan bahwa zakat untuk membangun masjid hukumnya adalah diperbolehkan. Karena masjid merupakan kebutuhan kaum muslim untuk berkumpul dan beribadah. Menurut Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 60, Allah berfirman bahwa, “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalanAllah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”Dari ayat tersebut diketahui bahwa Allah menganjurkan zakat untuk beberapa golongan tersebut. Dalam ayat tersebut juga tidak diungkapkan bahwa masjid menjadi penerima. Karena pada dasarnya zakat itu untuk orang yang membutuhkan. Sementara masjid bisa mendapatkan dana dari para donatur.Sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum membangun masjid dengan harta zakat adalah tidak diperbolehkan. Karena tidak diperbolehkan menyalurkan zakat selain yang disebutkan dalam ayat suci Al- Qur’an. Golongan yang Berhak Menerima ZakatBerdasarkan ayat tersebut, ada delapan golongan mustahik atau orang yang berhak menerima zakat antara lain sebagai berikut :1. FakirIalah orang yang memiliki kebutuhan, tetapi tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga biasanya mereka adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap. 2. Miskin ialah orang yang memiliki suatu pekerjaan. Namun penghasilannya tersebut tidak mampu memenuhi dan mencukupi keperluan serta kebutuhan pokok hidupnya. Hadistnya adalah sebagai berikut: “Sesungguhnya allah telah mewajibkan atas mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin diantara mereka” (H.R Muttafaq alaihi)Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Ra pernah berkata :“Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perkataannya yang kotor dan perbuatannya yang keji. Juga untuk memberi makan orang-orang miskin. Barang siapa yang mengeluarkannya sebelum shalat, maka itu zakat yang diterina. Dan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah Shalat, maka itu hanya sekedar shadakah dari beberapa macam shadakah” (HR. Abu Daud, Ibnu Majjah dan Hakim)3. Amilin (pengurus zakat)Ialah orang yang ditunjuk oleh pemerintah muslim setempat sebagai pengumpul dan penyalur zakat dari para pembayar zakat. Mereka termasuk sebagai para pencatat, petugas, penjaga keamanan, dan penyalur kepada para mustahik.Amil ini boleh mendapatkan bagian dari uang zakat yang terkumpul. Jumlahnya adalah sekitar maksimal untuk Amin seperdelapan dari jumlah keseluruhan sekalipun mereka termasuk orang-orang yang berkecukupan.Baca juga :4. MuallafIalah orang yang diusahakan untuk ditarik, dikukuhkan, dirangkul hati mereka sesuai ketentuan agama islam. Alasan mereka berhak menerima zakat adalah disebabkan belum mantapnya keimanan mereka.Oleh karena itu, para fukaha membagi menjadi dua golongan antara muslim dan kafir. Jika zakat diberikan ke orang kafir itu berarti bertujuan agar mereka beriman dan tidak membuat bencana kepada kaum muslimin5. Memerdekakan budakIalah orang yang diperbudakkan. Seperti majikan memperbudak pembantunya, orang kaya memperbudak orang lemah. Orang-orang tersebut berhak menerima zakat, agar mereka dapat terbebas dari perbudakan yang tidak memiliki berperikemanusiaan. Dan zakat bisa membantu orang yang diperbudak menjadi merdeka6. Garimin atau orang yangberhutangIalah orang yang berutang dan sukar untuk membayarnya. Orang-orang tersebut termasuk dalam golongan ini antara lain orang yang memikul utang untuk menjamin orang lain sehingga harus membayar utang tersebut dengan menghabiskan hartanya.Sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi yang menyatakannya sebagai hadis hasan, dari Anas r.a bahwa Nabi saw, bersabda,“Tidak halal meminta itu, kecuali bagi tiga orang : orang miskin yang demikian pada orang yang memikul utang yang berat atau akan membayar tebusan darah”7. Fisabilillah atau orang yangberjuang dijalan AllahIalah orang yang berusaha untuk melakukan sesuatu yang menyampaikan kepada keridaan Allah, baik berupa ilmu maupun amal. Menurut jumhur ulama, yang dimaksud adalah guru sukarelawan atau guru yang tidak digaji oleh pemerintah.8. Ibnu Sabil atau orang yangsedang dalam perjalananIalah orang yang sedang perjalanan jauh atau musafir yang terpuas dari negerinya. Golongan ini adiberi zakat untu membantunya mencapai maksud, dengan syarat perjalanan tersebut dalam melakukan ketaatan atau tidak dalam keadaan maksiat.Itulah golongan yang termasuk sebagai penerima zakat dalam islam. Zakat akan lebih baik jika disalurkan kepada yang membutuhkan dan orang tepat.Tujuan ZakatAda beberapa tujuan yang dapat dicapai umat islam di balik kewajibanuntuk mengeluarkan dan membayar zakat antara lain:1. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar darikesulitan hidup dan penderitaan. Selain itu juga untuk memerdekan budak.2. Menjalin tali persaudaraan sesame umat islam dan manusia padaumumnya. Untuk saling membantu karena dengan zakat maka orang yang berhakmenerima akan terbantu untuk memenuhi kebutuhannya.3. Membersihkan sifat kikir atau pelit bagi para pembayar zakat. Karena Zakat sendiri juga untuk menyucikan diri dari penyakit hati seorang muslim.Berdasarkan hadist dan firman Allah maka telah diketahui bahwa hukum membangun masjid dengan harta zakat tidak diperbolehkan. Karena membangun masjid bisa dengan dana lain selain dari zakat.Zakat ada untuk membantu saudara muslim lain yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, sehingga jika datang hari Raya Idul fitri bisa ikut merayakan. Tanpa memikirkan mengenai kebutuhan pokok atau mencari makanan.Sehingga semua umat muslim bisa ikut merayakan hari kemenangan bila tiba. Dan zakat ditujukan dan diutamakan untuk golongan yang membutuhkan zakat. Tidak semua orang bisa mendapatkan zakat. Terdapat beberapa golongan tertentu saja.
Sehingga umat muslim terdapat kewajiban untuk memberikansebagian harta untuk zakat sesuai dengan ketentuan agama islam. Berikut ini dalilnya,Nabi telah bersabda,Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji di Baitullah bagi orang yang mampu melakukan perjalanan kepadanya. Karena masjid merupakan kebutuhan kaum muslim untuk berkumpul dan beribadah. Menurut AlQuran Surah AtTaubah ayat 60, Allah berfirman bahwa, Sesungguhnya zakatzakat itu, hanyalah untuk orangorang fakir, orangorang miskin, penguruspengurus zakat, Para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orangorang yang berhutang, untuk jalanAllah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Sehingga biasanya mereka adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Namun penghasilannya tersebut tidak mampu memenuhi dan mencukupi keperluan serta kebutuhan pokok hidupnya. Dan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah Shalat, maka itu hanya sekedar shadakah dari beberapa macam shadakah HR. Amilin pengurus zakatIalah orang yang ditunjuk oleh pemerintah muslim setempat sebagai pengumpul dan penyalur zakat dari para pembayar zakat. Jumlahnya adalah sekitar maksimal untuk Amin seperdelapan dari jumlah keseluruhan sekalipun mereka termasuk orangorang yang berkecukupan. MuallafIalah orang yang diusahakan untuk ditarik, dikukuhkan, dirangkul hati mereka sesuai ketentuan agama islam. Oleh karena itu, para fukaha membagi menjadi dua golongan antara muslim dan kafir. Memerdekakan budakIalah orang yang diperbudakkan. Orangorang tersebut berhak menerima zakat, agar mereka dapat terbebas dari perbudakan yang tidak memiliki berperikemanusiaan. Garimin atau orang yangberhutangIalah orang yang berutang dan sukar untuk membayarnya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan AtTirmidzi yang menyatakannya sebagai hadis hasan, dari Anas r.a bahwa Nabi saw, bersabda,Tidak halal meminta itu, kecuali bagi tiga orang orang miskin yang demikian pada orang yang memikul utang yang berat atau akan membayar tebusan darah7. Menurut jumhur ulama, yang dimaksud adalah guru sukarelawan atau guru yang tidak digaji oleh pemerintah.8. Golongan ini adiberi zakat untu membantunya mencapai maksud, dengan syarat perjalanan tersebut dalam melakukan ketaatan atau tidak dalam keadaan maksiat. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar darikesulitan hidup dan penderitaan. Menjalin tali persaudaraan sesame umat islam dan manusia padaumumnya. Untuk saling membantu karena dengan zakat maka orang yang berhakmenerima akan terbantu untuk memenuhi kebutuhannya.3. Berdasarkan hadist dan firman Allah maka telah diketahui bahwa hukum membangun masjid dengan harta zakat tidak diperbolehkan. Karena membangun masjid bisa dengan dana lain selain dari zakat. Tanpa memikirkan mengenai kebutuhan pokok atau mencari makanan. Sehingga semua umat muslim bisa ikut merayakan hari kemenangan bila tiba. Dan zakat ditujukan dan diutamakan untuk golongan yang membutuhkan zakat. Terdapat beberapa golongan tertentu saja.
2561. ZAKAT TIDAK BOLEH DIBERIKAN PADA NON MUSLIM MESKIPUN MISKIN
https://www.piss-ktb.com/2013/07/2561-zakat-tidak-boleh-diberikan-pada.html
PERTANYAAN : Assalamualaikum saya tanya tadz kalau zakat dikasih kepada orang kafir yang miskin ? itu ajach tadz. [Pangeranz Shank Penahluk Cinta]. JAWABAN : Wa'alaikumussalaam, zakat tidak boleh diberikan pada non muslim, zakat yang diberikan pada non muslim maka zakatnya tidak sah. Wallohu a'lam. [Ghufron Bkl]. . . / www.fb.com/groups/piss.ktb/593262777363201
PERTANYAAN Assalamualaikum saya tanya tadz kalau zakat dikasih kepada orang kafir yang miskin itu ajach tadz. Pangeranz Shank Penahluk Cinta. JAWABAN Waalaikumussalaam, zakat tidak boleh diberikan pada non muslim, zakat yang diberikan pada non muslim maka zakatnya tidak sah. Wallohu alam. Ghufron Bkl. . . www.fb.comgroupspiss.ktb593262777363201
Orang-orang Ini Boleh Tidak Puasa
https://muhammadiyah.or.id/2024/02/orang-orang-ini-boleh-tidak-puasa/
Islam adalah agama yang mudah dan memudahkan, tidak perlu dipersulit apalagi dimudah-mudahkan. Sehingga dalam mewajibkan ibadah, Islam cenderung fleksibel dalam memberikan hukum dan keringanan bagi para pemeluknya, terlebih di beberapa kondisi yang sulit. Ada beberapa golongan orang yang diperbolehkan tidak puasa karena kondisi mereka, yaitu : Pertama, Anak Belum Usia Baligh Anak-anak yang belum mencapai usia baligh, baik karena belum keluar air mani bagi anak laki-laki atau mengalami haid bagi anak perempuan, atau yang belum mencapai usia remaja pada umumnya diperbolehkan tidak puasa, kecuali sebagai sarana untuk mengenalkan dan melatih mereka untuk berpuasa. Kedua, Orang Sakit Orang-orang yang sedang diuji dengan sakit, dan tidak mampu untuk berpuasa, terlebih jika disarankan oleh dokter agar membatalkan puasa, maka boleh tidak berpuasa. Tentu dengan menggantinya di luar Ramadhan. Ketiga, Orang Berusia Lanjut Golongan ini adalah mereka yang berusia lanjut dan kondisi fisik sudah terlalu lemah untuk berpuasa. Sehingga jika dipaksakan untuk berpuasa, justru akan menambah risiko gangguan kesehatan dan membahayakan. Di luar Ramadhan, golongan ini diharuskan tetap membayar fidyah. Keempat, Orang Tidak Berakal Sehat Salah satu syarat puasa adalah berakal sehat, maka orang yang hilang akal sehat karena dalam gangguan jiwa diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Kelima, Orang Ketika Safar Safar atau bepergian jauh membutuhkan energi dan konsentrasi penuh. Berpuasa dalam kondisi seperti ini akan membahayakan dirinya dan orang yang bersamanya. Orang yang sedang safar seperti mudik, bekerja sebagai supir di bulan Ramadhan boleh tidak berpuasa dan perlu mengganti di hari lain di luar bulan Ramadhan. Keenam, Wanita Hamil dan Menyusui Puasa untuk wanita hamil cenderung kondisional, jika memang puasa di waktu hamil dikhawatirkan membahayakan diri dan janin dalam kandungannya, maka lebih baik tidak berpuasa. Begitu juga ibu yang sedang menyusui, jika dikhawatirkan puasa dapat mengurangi produksi air susu ibu, maka boleh tidak berpuasa. Baik wanita hamil atau menyusui, keduanya tetap perlu menggantinya di luar Ramadhan atau membayar fidyah. Ketujuh, Wanita Haid dan Nifas Siklus haid bagi wanita merupakan suatu hal yang wajar, maka dalam kondisi haid, seorang wanita diperbolehkan untuk tidak berpuasa hingga haidnya selesai. Sedangkan nifas adalah kondisi seorang wanita setelah melahirkan. Keduanya sama-sama boleh tidak berpuasa dan mengharuskan untuk menggantinya di luar Ramadhan atau membayar fidyah. Kedelapan, Pekerja Berat Para pekerja berat boleh berbuka di bulan Ramadhan, terlebih jika dalam kondisi yang kira-kira membahayakan kesehatan dan keselamatan dirinya. Tentu dengan menggantinya di hari lain di luar bulan Ramadhan. Dengan memperhatikan delapan golongan orang yang boleh tidak berpuasa ini, juga menunjukkan bahwa warung makan atau rumah makan boleh tetap buka di bulan Ramadhan, terkhusus yang berada di sekitar kawasan yang dekat dengan delapan golongan ini. Untuk menghormati yang tetap berpuasa, perlu untuk menutup etalase makanan dengan tirai atau yang sejenisnya.
Islam adalah agama yang mudah dan memudahkan, tidak perlu dipersulit apalagi dimudahmudahkan. Sehingga dalam mewajibkan ibadah, Islam cenderung fleksibel dalam memberikan hukum dan keringanan bagi para pemeluknya, terlebih di beberapa kondisi yang sulit. Ada beberapa golongan orang yang diperbolehkan tidak puasa karena kondisi mereka, yaitu Pertama, Anak Belum Usia Baligh Anakanak yang belum mencapai usia baligh, baik karena belum keluar air mani bagi anak lakilaki atau mengalami haid bagi anak perempuan, atau yang belum mencapai usia remaja pada umumnya diperbolehkan tidak puasa, kecuali sebagai sarana untuk mengenalkan dan melatih mereka untuk berpuasa. Kedua, Orang Sakit Orangorang yang sedang diuji dengan sakit, dan tidak mampu untuk berpuasa, terlebih jika disarankan oleh dokter agar membatalkan puasa, maka boleh tidak berpuasa. Tentu dengan menggantinya di luar Ramadhan. Ketiga, Orang Berusia Lanjut Golongan ini adalah mereka yang berusia lanjut dan kondisi fisik sudah terlalu lemah untuk berpuasa. Sehingga jika dipaksakan untuk berpuasa, justru akan menambah risiko gangguan kesehatan dan membahayakan. Di luar Ramadhan, golongan ini diharuskan tetap membayar fidyah. Keempat, Orang Tidak Berakal Sehat Salah satu syarat puasa adalah berakal sehat, maka orang yang hilang akal sehat karena dalam gangguan jiwa diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Kelima, Orang Ketika Safar Safar atau bepergian jauh membutuhkan energi dan konsentrasi penuh. Berpuasa dalam kondisi seperti ini akan membahayakan dirinya dan orang yang bersamanya. Orang yang sedang safar seperti mudik, bekerja sebagai supir di bulan Ramadhan boleh tidak berpuasa dan perlu mengganti di hari lain di luar bulan Ramadhan. Keenam, Wanita Hamil dan Menyusui Puasa untuk wanita hamil cenderung kondisional, jika memang puasa di waktu hamil dikhawatirkan membahayakan diri dan janin dalam kandungannya, maka lebih baik tidak berpuasa. Begitu juga ibu yang sedang menyusui, jika dikhawatirkan puasa dapat mengurangi produksi air susu ibu, maka boleh tidak berpuasa. Baik wanita hamil atau menyusui, keduanya tetap perlu menggantinya di luar Ramadhan atau membayar fidyah. Ketujuh, Wanita Haid dan Nifas Siklus haid bagi wanita merupakan suatu hal yang wajar, maka dalam kondisi haid, seorang wanita diperbolehkan untuk tidak berpuasa hingga haidnya selesai. Sedangkan nifas adalah kondisi seorang wanita setelah melahirkan. Keduanya samasama boleh tidak berpuasa dan mengharuskan untuk menggantinya di luar Ramadhan atau membayar fidyah. Kedelapan, Pekerja Berat Para pekerja berat boleh berbuka di bulan Ramadhan, terlebih jika dalam kondisi yang kirakira membahayakan kesehatan dan keselamatan dirinya. Tentu dengan menggantinya di hari lain di luar bulan Ramadhan. Dengan memperhatikan delapan golongan orang yang boleh tidak berpuasa ini, juga menunjukkan bahwa warung makan atau rumah makan boleh tetap buka di bulan Ramadhan, terkhusus yang berada di sekitar kawasan yang dekat dengan delapan golongan ini. Untuk menghormati yang tetap berpuasa, perlu untuk menutup etalase makanan dengan tirai atau yang sejenisnya.
Mengkeramik Makam Dan Dosa Zina
https://bimbinganislam.com/mengeramik-makam-dan-dosa-zina/
Pertanyaan : Ustadz/ustazdah ana ingin bertanya ? 1. Apakah hukumnya jika kita mengeramik makam? Alasan ana supaya ndak hilang karena dikampung pemakaman umum yang bisa siapa saja menempati. ana mau mengeramik makan Almarhumah IBU yang baru meninggal 11 bulan yang lalu. 2. Apakah dosa zina benar-benar tidak akan di ampuni Allah. Jika diampuni, bagaimana cara bertaubat kepada Allah. Apakah cukup dengan shalat taubat dan tidak mengulanginya lagi. Atau di hukum rajam sesuai dengan aturan Islam. Atau mengakuinya harus dengan manusia/Ustadz. Ana mohon pencerahan oleh Ustadz/Ustazdah. Karena ana masih kuliah dan belum punya ilmu untuk kedua pertanyaan ini. Semoga Allah memudahkan Ustadz/Ustadzah menjawab karena na Allah. Aamiin (Dari Ita Hariana Di Bandar Lampung Anggota Grup WA Bimbingan Islam T05 G-09). Jawaban : Membangun di atas kuburan baik dengan keramik atau lainnya adalah perbuatan yang dilarang oleh Islam, Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda : Nabi shalallahu alaihi wa sallam melarang dari mengkapur kuburan, duduk di atasnya dan beliau juga melarang dari membangun kuburan. (HR Muslim : 970). Dalam riwayat lain Nabi shalallahu alaihi malaknat kaum yahudi dan nasrani karena mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid alias membuat bangunan di atas kuburan. Ini adalah resiko berat yang akan kita terima manakala kita nekat melanggar larangan ini. Dan karena bakti kepada orang tua itu tidak disimbolkan dengan cara membangun kuburan. Tapi di sana ada cara lain berbakti kepada orang tua yang sudah wafat yaitu dengan cara mendoakannnya, menjalin silaturrahim dengan orang-orang yang dicintai orang tua kita, bersedekah atas nama orang tua dan lain-lain. Adapun dosa zina ia bisa diampuni oleh Allah dengan syarat pelakunya bertaubat dengan taubat nasuha. Menyesali perbuatanya, bertekat kuat tidak akan mengulanginya serta memperbanyak amal Shalih untuk menutupi dosanya tersebut. Ketika suatu Negara menegakkan Syariat Islam maka Pezina yang belum menikah didera dan diasingkan dan bagi Pezina yang sudah Menikah ia dirajam sampai mati. Karena Negeri kita tidak menegakkan Pidana seperti ini, maka cukup bagi Pezina untuk menutup aibnya tidak menceritakannya kepada orang lain. Dan ia bertaubat kepada Allah dengan Taubat Nasuha. Wallahu alam Konsultasi Bimbingan Islam Ustadz Abul Aswad Al Bayati
Pertanyaan Ustadzustazdah ana ingin bertanya 1. Apakah hukumnya jika kita mengeramik makam Alasan ana supaya ndak hilang karena dikampung pemakaman umum yang bisa siapa saja menempati. ana mau mengeramik makan Almarhumah IBU yang baru meninggal 11 bulan yang lalu. 2. Apakah dosa zina benarbenar tidak akan di ampuni Allah. Jika diampuni, bagaimana cara bertaubat kepada Allah. Apakah cukup dengan shalat taubat dan tidak mengulanginya lagi. Atau di hukum rajam sesuai dengan aturan Islam. Atau mengakuinya harus dengan manusiaUstadz. Ana mohon pencerahan oleh UstadzUstazdah. Karena ana masih kuliah dan belum punya ilmu untuk kedua pertanyaan ini. Semoga Allah memudahkan UstadzUstadzah menjawab karena na Allah. Aamiin Dari Ita Hariana Di Bandar Lampung Anggota Grup WA Bimbingan Islam T05 G09. Jawaban Membangun di atas kuburan baik dengan keramik atau lainnya adalah perbuatan yang dilarang oleh Islam, Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda Nabi shalallahu alaihi wa sallam melarang dari mengkapur kuburan, duduk di atasnya dan beliau juga melarang dari membangun kuburan. HR Muslim 970. Dalam riwayat lain Nabi shalallahu alaihi malaknat kaum yahudi dan nasrani karena mereka menjadikan kuburan nabinabi mereka sebagai masjid alias membuat bangunan di atas kuburan. Ini adalah resiko berat yang akan kita terima manakala kita nekat melanggar larangan ini. Dan karena bakti kepada orang tua itu tidak disimbolkan dengan cara membangun kuburan. Tapi di sana ada cara lain berbakti kepada orang tua yang sudah wafat yaitu dengan cara mendoakannnya, menjalin silaturrahim dengan orangorang yang dicintai orang tua kita, bersedekah atas nama orang tua dan lainlain. Adapun dosa zina ia bisa diampuni oleh Allah dengan syarat pelakunya bertaubat dengan taubat nasuha. Menyesali perbuatanya, bertekat kuat tidak akan mengulanginya serta memperbanyak amal Shalih untuk menutupi dosanya tersebut. Ketika suatu Negara menegakkan Syariat Islam maka Pezina yang belum menikah didera dan diasingkan dan bagi Pezina yang sudah Menikah ia dirajam sampai mati. Karena Negeri kita tidak menegakkan Pidana seperti ini, maka cukup bagi Pezina untuk menutup aibnya tidak menceritakannya kepada orang lain. Dan ia bertaubat kepada Allah dengan Taubat Nasuha. Wallahu alam Konsultasi Bimbingan Islam Ustadz Abul Aswad Al Bayati
Fawaid Hadist #37 | Musibah Dan Ujian Adalah Sunnatullah Bagi Para Hamba
https://bimbinganislam.com/fawaid-hadist-37-musibah-dan-ujian-adalah-sunnatullah-bagi-para-hamba/
Fawaid Hadist #37 | Musibah Dan Ujian Adalah Sunnatullah Bagi Para Hamba Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan serial fawaid hadist, Fawaid Hadist #37 | Musibah Dan Ujian Adalah Sunnatullah Bagi Para Hamba. Selamat membaca. [div class=fawaid-hadis] : : : . Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda: Cobaan itu akan senantiasa bersama orang yang beriman baik laki laki ataupun perempuan baik berkaitan dengan dirinya, anaknya ataupun hartanya sampai dia berjumpa dengan Allah tanpa membawa dosa. (HR. At-Tirmidzi no. 2399, Imam Tirmidzi berkata, hadis ini hasan shahih). [/div] Faedah Hadist Hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya; 1. Pelajaran berharga bahwa musibah dan ujian itu merupakan sunnatullah yang berlaku atas para hamba 2. Siapa saja yang sudah menyatakan dirinya beriman maka dia pasti akan mendapatkan cobaan dan ujian. Hal ini juga ditegaskan dalam sebuah ayat: Apakah manusia itu mengira bahwasanya mereka akan dibiarkan begitu saja setelah mengucapkan Kami beriman sementara mereka tidak akan mendapatkan cobaan dan ujian (QS. Al Ankabuut: 2) 3. Musibah dan ujian yang dialami seorang muslim itu bermacam macam; adakalanya berkaitan dengan dirinya, anak keturunannya atau harta benda yang dimilikinya, dan kabar gembira (akhir bahagia) itu adalah bagi orang yang bersabar dalam menghadapi semua itu. Allah Taala berfirman: Dan sungguh Kami (Allah) akan memberikan cobaan kepada kalian dengan sedikit dari rasa takut, kelaparan, berkurangnya harta, jiwa dan buah buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang orang yang sabar (QS. Al-Baqarah: 155) 4. Penjelasan tentang salah satu aqidah ahlus sunnah wal jamaah, yaitu perjumpaan dengan Allah Taala. 5. Salah satu aqidah ahlus sunnah wal jamaah adalah bahwasnya Allah Taala bisa dilihat kelak di akhirat. Adapun di dunia maka tidak ada seorang pun yang bisa melihat Allah Taala. 6. Hikmah dari cobaan dan ujian bagi seorang yang beriman adalah sebagai penghapus dosa juga pelebur kesalahan. 7. Keutamaan orang yang beriman di mana ujian dan cobaan yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepadanya itu bukan sebagai siksaan dan adzab melainkan sebagai penghapus dosa. Hal ini berbeda dengan orang yang tidak beriman, cobaan dan musibah yang Allah Taala berikan kepada mereka itu sebagai hukuman dan siksaan yang disegerakan di dunia di samping adzab dan siksaan yang lebih berat dan kekal di akhirat selama mereka tidak bertaubat sebelum meninggal. 8. Rahmat kasih sayang Allah Azza wa Jalla yang begitu luas dan besar terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman. Wallahu Taala Alam. Referensi: Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy. [div class=fawaid-hadis] Yuk dukung operasional & pengembangan dakwah Bimbingan Islam, bagikan juga faedah hadist ini kepada kerabat dan teman-teman. Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab perantara dirimu, hal itu lebih baik bagimu daripada unta-unta merah. (HR. Bukhari dan Muslim). *unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu (di masa Nabi ). [/div]
Fawaid Hadist 37 Musibah Dan Ujian Adalah Sunnatullah Bagi Para Hamba Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan serial fawaid hadist, Fawaid Hadist 37 Musibah Dan Ujian Adalah Sunnatullah Bagi Para Hamba. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda Cobaan itu akan senantiasa bersama orang yang beriman baik laki laki ataupun perempuan baik berkaitan dengan dirinya, anaknya ataupun hartanya sampai dia berjumpa dengan Allah tanpa membawa dosa. 2399, Imam Tirmidzi berkata, hadis ini hasan shahih. div Faedah Hadist Hadist ini memberikan faedahfaedah berharga, di antaranya 1. Pelajaran berharga bahwa musibah dan ujian itu merupakan sunnatullah yang berlaku atas para hamba 2. Siapa saja yang sudah menyatakan dirinya beriman maka dia pasti akan mendapatkan cobaan dan ujian. Hal ini juga ditegaskan dalam sebuah ayat Apakah manusia itu mengira bahwasanya mereka akan dibiarkan begitu saja setelah mengucapkan Kami beriman sementara mereka tidak akan mendapatkan cobaan dan ujian QS. Musibah dan ujian yang dialami seorang muslim itu bermacam macam adakalanya berkaitan dengan dirinya, anak keturunannya atau harta benda yang dimilikinya, dan kabar gembira akhir bahagia itu adalah bagi orang yang bersabar dalam menghadapi semua itu. Allah Taala berfirman Dan sungguh Kami Allah akan memberikan cobaan kepada kalian dengan sedikit dari rasa takut, kelaparan, berkurangnya harta, jiwa dan buah buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang orang yang sabar QS. Penjelasan tentang salah satu aqidah ahlus sunnah wal jamaah, yaitu perjumpaan dengan Allah Taala. Salah satu aqidah ahlus sunnah wal jamaah adalah bahwasnya Allah Taala bisa dilihat kelak di akhirat. Adapun di dunia maka tidak ada seorang pun yang bisa melihat Allah Taala. Hikmah dari cobaan dan ujian bagi seorang yang beriman adalah sebagai penghapus dosa juga pelebur kesalahan. Keutamaan orang yang beriman di mana ujian dan cobaan yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepadanya itu bukan sebagai siksaan dan adzab melainkan sebagai penghapus dosa. Hal ini berbeda dengan orang yang tidak beriman, cobaan dan musibah yang Allah Taala berikan kepada mereka itu sebagai hukuman dan siksaan yang disegerakan di dunia di samping adzab dan siksaan yang lebih berat dan kekal di akhirat selama mereka tidak bertaubat sebelum meninggal. Rahmat kasih sayang Allah Azza wa Jalla yang begitu luas dan besar terhadap hambahambaNya yang beriman. Referensi Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin rahimahullah dan Kitab Bahjatun Naadziriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy. div classfawaidhadis Yuk dukung operasional pengembangan dakwah Bimbingan Islam, bagikan juga faedah hadist ini kepada kerabat dan temanteman. Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab perantara dirimu, hal itu lebih baik bagimu daripada untaunta merah. unta merah adalah harta yang paling istimewa di kalangan orang Arab kala itu di masa Nabi .
Hati Siapakah yang Marah ketika Melihat Kesyirikan? (Bag. 3)
https://muslim.or.id/51967-marah-ketika-melihat-kesyirikan-bag-3.html
Daftar Isi Baca pembahasan sebelumnya Hati Siapakah yang Marah ketika Melihat Kesyirikan? (Bag. 2) [lwptoc] Al-wala dan al-bara merupakan salah satu konsekuensi laa ilaaha illallah Membenci dan memusuhi syirik, sangat terkait dengan aqidah yang saat ini telah banyak ditinggalkan oleh kaum muslimin, yaitu aqidah al-wala wal bara. Padahal di antara konsekuensi kalimat syahadat adalah seseorang mewujudkan aqidah al-wala wal bara ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan bahwa pada asalnya, al-wala berarti cinta dan dekat, sedangkan al-bara berarti benci dan jauh. [1] Sehingga yang dimaksud dengan al-wala adalah menolong, mencintai, memuliakan, dan menghormati, serta selalu merasa bersama dengan orang yang dicintainya baik secara lahir maupun batin. Adapun yang dimaksud dengan al-bara adalah menjauh, berlepas diri, membenci, dan memberikan permusuhan. Di antara pokok aqidah Islamiyyah adalah wajib bagi setiap muslim untuk memperhatikan al-wala dan al-bara, sehingga dia mencintai sesama muslim lainnya dan membenci musuh-musuhnya. Dia mencintai orang-orang yang bertauhid dan loyal kepada mereka, serta membenci dan memusuhi pelaku syirik. Allah Taala telah mengharamkan orang-orang beriman untuk mencintai dan loyal kepada orang-orang kafir, meskipun mereka adalah kerabat dan saudaranya sendiri. Allah Taala berfirman, Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali [yaitu, teman akrab, pemimpin, pelindung, atau penolong, pen.] dengan meninggalkan orang-orang mukmin lainnya. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah dia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kamu kembali. (QS. Ali Imran [3]: 28) Allah Taala berfirman, Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya. Dan janganlah kamu ambil seorang pun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong. (QS. An-Nisa [4]: 89) Allah Taala berfirman, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka sebagai wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. At-Taubah [9]: 23) Al-wala dan al-bara merupakan konsekuensi rasa cinta kita kepada Allah Taala. Orang yang mencintai Allah Taala, maka dia dituntut untuk membuktikan cintanya kepada Allah Taala, yaitu dengan mencintai yang Allah Taala cintai, dan membenci apa yang Allah Taala benci. Di antara yang dicintai Allah Taala adalah ketaatan dan orang-orang yang bertakwa, sedangkan di antara yang Allah Taala benci adalah kemaksiatan, kekafiran, dan kemusyrikan. Sehingga Allah Taala berfirman, Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. (QS. Al-Mujadilah [58]: 22) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, : Ikatan iman yang paling kuat adalah loyal dan memusuhi karena Allah, mencintai karena Allah, dan membenci karena Allah Azza wa Jalla. (HR. Thabrani. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dhaif Al-Jami Ash-Shaghir no. 4304) Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, – – Mencintai karena Allah, membenci karena Allah, loyal karena Allah, memusuhi karena Allah, maka dengannya seseorang itu menjadi wali Allah. Dan tidaklah seorang hamba merasakan manisnya iman, meskipun dia banyak shalat dan berpuasa, sampai dia bisa seperti itu. Dan sungguh persaudaraan sebagian besar manusia dibangun di atas urusan dunia. Padahal yang demikian itu tidaklah memberikan manfaat kepada pemiliknya sedikit pun. (Jamiul Ulum wal Hikam, 1: 125. Lihat Al-Wala wal Bara fil Islam, hal. 32-33) Bahkan, betapa pentingnya aqidah al-wala wal bara ini sampai-sampai Allah Taala lebih mendahulukan pengingkaran kepada seluruh bentuk peribadatan kepada selain Allah Taala daripada keimanan kepada Allah Taala. Allah Taala berfirman, Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thaghut (sesembahan selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]: 256) Selain itu, di antara ulama bahkan ada yang berpendapat bahwa pengingkaran kepada sesembahan selain Allah Taala merupakan salah satu syarat sah dari persaksian laa ilaaha illallah. [2] Dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allah, maka telah terlindung harta dan darahnya. Sedangkan perhitungan amalnya terserah kepada Allah. (HR. Muslim no. 139) Inilah prinsip utama agama Islam, yaitu beriman dan beribadah hanya kepada Allah dan menentang setiap peribadatan kepada selain-Nya. Sehingga setiap muslim yang benar-benar sebagai seorang muslim, pasti meyakini bahwa penyembahan kepada malaikat, nabi, binatang, benda, patung, atau setan, dan lain-lain adalah bentuk kemusyrikan yang harus diingkari dan diperangi. Karena itu semua bertentangan dengan keimanan dan merupakan kekufuran. [3] [Bersambung] *** @Jogjakarta, 1 Dzulhijjah 1440/2 Agustus 2019 Penulis: M. Saifudin Hakim Artikel: Muslim.or.id [1] Lihat Al-Wala wal Bara fil Islam, hal. 71. [2] Lihat At-Tanbihaat Al-Mukhtasharah, hal. 43. [3] Lihat buku Kebangkitan Paham Abu Jahal, hal. 14.
Daftar Isi Baca pembahasan sebelumnya Hati Siapakah yang Marah ketika Melihat Kesyirikan Bag. 2 lwptoc Alwala dan albara merupakan salah satu konsekuensi laa ilaaha illallah Membenci dan memusuhi syirik, sangat terkait dengan aqidah yang saat ini telah banyak ditinggalkan oleh kaum muslimin, yaitu aqidah alwala wal bara. Padahal di antara konsekuensi kalimat syahadat adalah seseorang mewujudkan aqidah alwala wal bara ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan bahwa pada asalnya, alwala berarti cinta dan dekat, sedangkan albara berarti benci dan jauh. Adapun yang dimaksud dengan albara adalah menjauh, berlepas diri, membenci, dan memberikan permusuhan. Dia mencintai orangorang yang bertauhid dan loyal kepada mereka, serta membenci dan memusuhi pelaku syirik. Allah Taala berfirman, Janganlah orangorang mukmin mengambil orangorang kafir menjadi wali yaitu, teman akrab, pemimpin, pelindung, atau penolong, pen. dengan meninggalkan orangorang mukmin lainnya. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah dia dari pertolongan Allah, kecuali karena siasat memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolongpenolongmu, hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Orang yang mencintai Allah Taala, maka dia dituntut untuk membuktikan cintanya kepada Allah Taala, yaitu dengan mencintai yang Allah Taala cintai, dan membenci apa yang Allah Taala benci. Sehingga Allah Taala berfirman, Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasihsayang dengan orangorang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orangorang itu adalah bapakbapak, anakanak, saudarasaudara, ataupun keluarga mereka. AlMujadilah 58 22 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ikatan iman yang paling kuat adalah loyal dan memusuhi karena Allah, mencintai karena Allah, dan membenci karena Allah Azza wa Jalla. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dhaif AlJami AshShaghir no. Dan tidaklah seorang hamba merasakan manisnya iman, meskipun dia banyak shalat dan berpuasa, sampai dia bisa seperti itu. Dan sungguh persaudaraan sebagian besar manusia dibangun di atas urusan dunia. Padahal yang demikian itu tidaklah memberikan manfaat kepada pemiliknya sedikit pun. Allah Taala berfirman, Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. 2 Dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allah, maka telah terlindung harta dan darahnya. Sedangkan perhitungan amalnya terserah kepada Allah. Sehingga setiap muslim yang benarbenar sebagai seorang muslim, pasti meyakini bahwa penyembahan kepada malaikat, nabi, binatang, benda, patung, atau setan, dan lainlain adalah bentuk kemusyrikan yang harus diingkari dan diperangi. Karena itu semua bertentangan dengan keimanan dan merupakan kekufuran. 3 Bersambung Jogjakarta, 1 Dzulhijjah 14402 Agustus 2019 Penulis M. Saifudin Hakim Artikel Muslim.or.id 1 Lihat AlWala wal Bara fil Islam, hal. 3 Lihat buku Kebangkitan Paham Abu Jahal, hal.